Sang Protokoler Langit
Oleh:
Med Hatta
Protokoler dalam pengertian luas adalah seluruh hal yang
mengatur pelaksanaan suatu kegiatan baik dalam kedinasan/kantor maupun
masyarakat. Lalu kemudian kalimat ini mengalami perkembangan cepat sekali sehingga
kini protokoler sudah menjadi populer dipakai sebagai kebiasan-kebiasan dan
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan formalitas, tata urutan dan etiket
diplomatik. Aturan-aturan protokoler ini menjadi acuan institusi pemerintahan
dan berlaku secara universal. Tentu kita tidak akan membahas kalimat protokoler
ini lebih dari yang sudah ada, itupun karena terlanjur menjadi bagian dari
judul tulisan kita.
Sesungguhnya, yang ingin penulis sampaikan melalui
tulisan ini dengan judul di atas adalah tentang “keapikan” Anregurutta KH. Abd
Rahman Ambo Dalle di dalam menyusun setiap agenda-agenda acara yang
direncanakannya selama memimpin organisasi Darud Da'wah wal-Irsyad
(DDI). Sebagai ilustrasi sederhan, pernah suatu hari Anregurutta KH. Abd Muin
Yusuf, Kali Sidenreng, diundang membawakan ceramah Maulid atau Isra Mi’raj
(penulis lupa persisnya), waktu itu penulis masih umur Kls II Mts, baru
menjalani satu tahun percobaan hidup di pesantren Kaballangan.
Ringkas cerita, hari itu Gurutta Kali Sidenreng sedang
di jamu di rumah sebelum menuju ke pusat acara di Masjid Teteaji, dan imam desa
menuntun tangan penulis menuju ke Pak Kiyai sambil memperkenalkan: “Tabe,
Fung,,, ini ada anak kita namanya Muhammad Hatta sudah setahun belajar di
Pesantrennya Gurutta kali Ambo Dalle di Kaballangan mohon di do'akan agar
pintar”. Dan Gurutta kali Sidenreng langsung memegang tangan penulis sambil
bertanya: “Apakah kamu sudah mencium tangannya Gurutta Ambo Dalle,,, kalau
sudah berarti kamu sudah mengambil berkahnya dan ilmunya nanti akan datang
sendiri...”. Peristiwa itu berlalu sangat cepat sekali,,, lalu hening
sejenak...
Setelah Gurutta Kali Sidenreng mengambil nafas agak
dalam,,, Beliau mulai bercerita kepada semua yang hadir di rumah itu: “Ada
sebuah peristiwa langkah yang tidak mungkin saya bisa lupakan seumur hidup
(Gurutta Kali Sidenreng memulai kisahnya),,, pada suatu hari saya sedang
duduk-duduk santai diteras rumah di Pesantren sambil mengurus bunga-bunga di
dalam pot,,, waktu itu saya hanya mengenaka
sarung tidur yang agak terangkat sedikit di bawah lutut dan hanya
memakai kaos oblong putih merek Swan,,, tiba-tiba saya mihat ada sebuah mobil
yang datang mengarah ke rumah saya,,, tadinya saya mengira itu pasti salah satu
orang tua santri yang mau menjenguk anaknya di pesantren. Namun, saya sangat
terkejut begitu melihat yang turun dari mobil adalah Ale Malebbina
Anregurutta Ambo Dalle....
Belum lagi saya pulih dari syok berat itu (lanjut
Gurutta Kali Sidenreng), Gurutta Ambo Dalle sudah memegang bahu saya sambil
senyum-senyum dan mengatakan: "Begitu saja Muin (nama kecil Gurutta Kali
Sidenreng),,, tidak usah repot-repaot,,, saya juga tidak mau berlama-lama (kata
Gurutta Ambo Dalle),,,, saya hanya kebetulan lewat di sini saja lalu teringat
ingin menziarahimu he he (mujamalah Gurutta Ambo Dalle)....
Setelah agak cair suasana, tuan rumah mulai mengorek
maksud kedatang sang tamu: Ada keperluan apa gerangan sehingga alena Gurutta
mau repot-repot datang sendiri ke rumah saya?
Gurutta Ambo Dalle menjelaskan maksud kedatangannya: "Saya
ini berencana mengadakan "Muktamar dan Maulid Akbar" di pesantren dan
saya berharap kamu harus hadir karena kamu nanti yang akan mengisi "Hikmah
Maulid" (ungkap Gurutta Ambo Dalle to the point)...
Hhm,,, tapi ini kan baru bulan Murram Fung (Gurutta Muin
menimpali),,, artinya masih ada jedah waktu 3-4 bulan lagi... Maka Gurutta Ambo Dalle menjawab: Iya, saya sengaja
memberitahukan kamu sekarang agar kamu bisa mengatur waktumu.... Subhanallah,
sungguh sebuah protokoler yang sangat dahsyat..
Belakang diketahui ternyata Gurutta Ambo Dalle tidak
melakukan hal seperti itu hanya kepada Gurutta Kali Sidenreng saja, tetapi hal
yang sama dilakukan pula kepada ulama-ulama besar Sulawesi yang ada pada zaman
itu,,,, Semua didatanginya satu-persatu jauh-jauh hari sebelum hari pelaksanaan
agenda acara yang akan digelarnya... Maka tidak heran hampir setiap acara yang
diadakan oleh Gurutta selalu dipenuhi oleh barisan-barisan ulama publik
Sulawesi seperti Gurutta Yunus Maratan (Sengkang), Gurutta Junaid (Bone), Gurutta
Ismal (Soppeng), Gurutta Pabbaja dan Gurutta Yusuf Hamzah (Parepare), dll...
Dan, belakangan juga diketahui bahwa salah satu trik
Gurutta mendatangkan pejabat-pejabat besar negara dan tokoh-tokoh penting masyarakat
lainnya adalah menghadirkan pemantik-pemantik pamungkas, dan salah satu pemantik
yang memiliki daya magnet tinggi kala itu adalah kehadiran kelompok besar ulama
dalam satu event. Ibarat strategi perang China kuno “memancing singa turun dari
gunung”. Serta terbukti, tidak sedikit acara-acara yang digagas oleh Gurutta,
sekecil apapun, selalu dihadiri oleh pejabat-pejabat tertinggi TK I, sampai
menteri dan pemimpin tertinggi negara. Bahkan kami dulu di Kaballangan sering
melihat pemandangan ada barisan kursi diisi oleh bupati-bupati, artinya bukan
hanya bupati Pinrang saja yang hadir di acara, tapi ada dari Sidrap, Wajo,
Enrekang, Parepare, Soppeng, Barru, Pangkep, Maros, Toraja, Polewali mandar,
dlll....
Yang ingin penulis kesankan – sebenarnya – dari cerita
pendek di atas, sehubungan dengan akan digelarnya Muktamar Ke-XXII DDI Tahun 2020
ini di Kaltim (pertama kali di luar Sulawesi), bahwa jika kita menyepakati indicator
suksesnya sebuah pestival Muktamar besar yang kita gelar tahun ini adalah antusias
semua peserta undangan dengan berbondong-bondong datang dari berbagai daerah
asal cabang-cabang DDI di Seluruh Indonesia untuk menghadiri acara Muktamar
yang mereka tunggu-tunggu dengan penuh suka-cita. Sehingga acara Muktamar
DDI-pun berkesan di dalam hati mereka dan menjadi topik pembicaraan mereka dari
Muktamar ke Muktamar berikutnya.
Maka protokoler “memancing harimau turun gunung” ala
Gurutta Ambo Dalle perlu dilestarikan. Mungkin saja panitia nanti akan
mengundan Kepala Negara, atau wakilnya, atau salah satu dari anggota kabinet
negara untuk hadir membuka secara resmi pelaksanaan acara Muktamar, tapi –
menurut penulis – jika hanya mengirim surat saja tidak cukup memancing
harimaunya datang. Paling yang diundang akan bertanya kepada “Dirjen Bimas
Islam Kemenag”, siapakah itu DDI? Dan pak Dirjen pasti akan bilang bahwa DDI
adalah salah satu Pesantren atau lembaga pendidikan islam dari 100.000 lembaga
islam yang ada di negeri ini…
Tetapi dengan adanya pemantik-pemantik ampuh semacam
pigur-pigur publik yang ramah perss, pasti ceritanya akan berbeda. Kata orang bijak:
فأذا كنت تريد أن تصبح عظيما فعليك بالمجاورة العظماء
“Jika kamu menginginkan DDI itu menjadi besar, maka
sandingkan dengan organisasi-organisasi besar sejenisnya”. Atau:
عزة النفس أن تسمو
وتبتعد عن كل من يقلل من قيمتك
“Jika ingin berbagga menjadi diri sendiri, maka sibaklah
hal-hal yang dapat mengurangi akan nilai-nilai diri-mu”.
Baca Juga :
BACA JUGA:
- DUKUNGGURUTTA AMBO DALLE SEBAGAI PAHLAWAN NASIONAL 2020
- GURUTTA AMBODALLE DAN NAMA-NAMA ASHABUL KAHFI
- ANREGURUTTAAMBO DALLE; Maha Guru Dari Bumi Bugis
- ANREGURUTTA KH. AMBO DALLE MAHA GURU YANG KARISMATIK:
- BIOGRAFIANREGURUTTA AMBO DALLE RUJUKAN PENTING DI MALAYSIA
- MENGENANG 12TAHUN WAFATNYA GURUTTA AMBO DALLE
- PENA DAN KAPUR SANG PAHLAWAN SEJATI:
- GURUTTA AMBO DALLE PEJUANG KHARISMATIK, VISIONER
- GURUTTA AMBO DALLE PERLU DIAKUI NEGARA SEBAGAI PAHLAWAN NASIONAL
- KEPAHLAWANAN GURUTTA AMBO DALLE SEPERTI JEND. SUDIRMAN
- GURUTTA AMBO DALLE: PEJUANG MENDIDIK PEJUANG?
- GURUTTA AMBO DALLE PAHLAWAN MULTI TALENTA
- AGKH. ABD RAHMAN AMBO DALLE PEJUANG MELAWAN KEBODOHAN
- AGKH. ABD RAHMAN AMBO DALLE BERJASA TERHADAP KEUTUHAN NKRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar