Minggu, Maret 22, 2020

MENGGADANG-GADANG PASSELLE PASAU DDI 2020 - 2025:


Imam Besar Untuk Masjid Besar
By: Med Hatta

Saya biasanya tidak suka membuat tulisan yang pendek-pendek, tetapi kali ini saya ingin tulisan ini terurai seringan mungkin, singkat, dan mudah dipahami – lahir dan batinnya – oleh semua kalangan.


Langsung! Adalah Gurutta Ambo Dalle seperti juga Tokoh nabi Muhammad SAW yang diteladaninya dengan sepenuh jiwa dan raganya, tidak menunjuk siapa yang akan menggantikan posisinya setelah ia meninggal. Terdapat asumsi bahwa Gurutta tidak menunjuk siapa yang menggantikannya karena seluruh ilmunya telah ditransfer kepada kader-kader mudanya (Baca: Passelle Pasau). 

Bercermin dari “siirah” ke-khalifah-an setelah Rasullulah SAW wafat, mulai dari Khalifa Abu Bakar, Umar, Utsman hingga ke Khalifa Ali Bin Abi Thalib, yang telah dicatat dan selalu diapresiasi, bahwa walaupun telah terjadi berbagai insiden – kecil dan besar – dalam perebutan menuju tampuk kekuasaan dan pertentangan antar kubu, namun para khalifa itu telah mampu membangun sebuah imperium Islam yang solid dan disegani oleh imperium lainnya, yang dicatat dalam sejarah sebagai masa keemasan Islam. Bahkan para khalifa telah mampu mengekspansi Islam bukan saja terbatas di Jazirah Arabiah akan tetapi menerobos hingga ke benua Afrika, Eropa dan Asia dalam tempo waktu 30 tahun yang didasarkan atas semangat ke-Islaman.

Perjuangan para Khalifa untuk mengembalikan semangat ummat Islam sebagaimana ketika rasulullah SAW masih hidup, menjadi sebuah prioritas utama bagi setiap khalifa dalam menjalankan fungsinya. Konsekwensinya, para Khalifa komitmen menghayati dan mengamalkan seluruh praktek yang telah dijalankan oleh rasulullah SAW selama hidupnya baik itu qauli, fi’li dan taqriri dalam menyelesaikan seluruh masalah yang dihadapi kaum muslimin. Lebih dari itu, para Khalifa telah mengorbankan harta dan jiwanya dalam rangka melestarikan ajaran rasulullah SAW dan menjadi suri teladan bagi kaum muslimin kala itu. Karena itu, rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya bersabda “Alaiukum bisunnati wasunatu khulafaurrasyidin”. Hadits ini menggambarkan betapa pentingnya peran yang dimainkan oleh para Khalifa dalam menegakkan islam sehingga ummat islam dituntut bukan saja bercermin kepada nabi SAW tetapi juga para sahabat dan khalifahnya.

DARI cerita pendek di atas, dapat dipahami bahwa kebesaran dan kemajuan dakwah islam itu tidak terlepas dari “siirah kepemimpinan khalifah”. Para khalifah, berkat kedekatannya dengan rasulullah SAW, terutama kedekatan usia dan emosional, sehingga mereka mampu mengimplementasikan seluruh materi dakwah yang telah diajarkan oleh rasulullah SAW secara sempurna. Oleh karena itu, sangat naif sebuah komunitas/lembaga (organisasi) yang mau melupakan siirah yang telah melahirkan organisasinya.

Kalau di dalam sejarah islam tadi kita mengenali siirah kepemimpinan khalifah yang terpetunjuk, maka di DDI-pun kita – semestinya – melestarikan “siirah kepemimpinan ulama” (Passelle Pasau). Meskipun kata orang sudah banyak generasi-generasi muda DDI (Al-Addariyun) yang sukses, baik secara pendidikan, karir maupun usaha. Dan mereka-mereka itu ibarat “pemuda-pemuda cemerlang” seperti: Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Usamah bin Zaid, Amr Ibn Salamah, Zaid bin Tsabit, dan yang sebayanya pada zaman rasulullah SAW.

Namun, setinggi apapun espektasi dari mereka, tapi tetap saja akan tidak elok - secara etika dan protokoler modern - seorang Ali atau Ibnu Abbas atau usamah duduk di atas Abu Bakar atau Umar atau Utsman. Meskipun Ali atau Ibnu Abbas itu lebih pintar dan cakap (sekalipun) dari segi ilmu, organisasi dan siasat dari ketiga seniornya tersebut. Apatah lagi kalau masih lebih junior lagi seperti Rafie bin Khudaij atau Samrah bin Jundub yang masih “bau kencur” pada jaman itu tetapi sudah mau ikut-ikutan masuk kedalam barisan tentara muslimin bersama orang-orang dewasa…

Walau telah santer di dalam ke-protokoler-an Khulafaur Rasyidin ada ungkapan mengatakan: (ابدأ على اليمين ولو كان عمر على اليسار), artinya “Mulailah (bersalaman) dari yang paling kanan meskipun ada Umar bin Khattab berdiri di sebelah kiri”. Adanya sebuah sifat keprotokoleran yang diperlakukan secara khusus, menunjukkan bahwa sifat-sifat keprotokoleran umum tetap berlaku sangat ketat.

Maka beruntunglah kita di DDI ini, adanya kita masih memiliki (lengkap) pigur-pigur kelas Abu Bakar, Umar dan Utsman di antara kita. Kepada mereka-lah kami “mappesonakan” DDI ini. Kami yang generasi Ali, Ibnu Abbas, Usamah, Amr, Zaid dan seudara-saudara kami yang junior kalian ini, akan senantiasa berada pada “husni dhannikum”,,,, wa nahnu daaiman tahta amrekum. Wassalam!



 

1 komentar:

  1. AJOQQ menyediakan permainan poker,domino, bandarq, bandarpoker, aduq, sakong dan capsa :)
    ayo segera bergabung bersama kami dan menangkan uang setiap harinya :)
    AJOQQ juga menyediakan bonus rollingan sebanyak 0.3% dan bonus referal sebanyak 20% :)

    BalasHapus

Salam!