Serial Bulan Ramadhan: Tafsir Ayat-Ayat Petuntuk Al-Qur’an (03/
17)
Festival Bulan Suci Ramadhan 1433 H. (H: 14)
Festival Bulan Suci Ramadhan 1433 H. (H: 14)
“تِلْكَ
آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ هُدًى
وَرَحْمَةً لِلْمُحْسِنِينَ”
(Inilah
Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Mengandung Hikmat Menjadi Petunjuk dan Rahmat Bagi Orang-Orang
Yang Berbuat Kebaikan)
Oleh: Med HATTA
Mukaddimah:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي بنعمته تتم
الصالحات، وبعد!
Al-Qur’an dalam al-Qur’an:
Satu lagi nama al-Qur’an yang
akan kita bahas dalam kajian sederhana ini adalah “al-Kitabul Hakiim”. Kalimat “al-Hakiim”
dari asli bahasa Arab “al-ihkam” (kokoh), di dalam pembahasan ulumul Qur’an
dikenal dengan “al-muhkamaat”, artinya detail, permanen, yang mempunyai
tingkat ketepatan tinggi; seperti bangunan yang di desain dengan sangat kokoh
apabila direncanakan dengan cermat, maka tidak akan mengalami gangguan dan
kerusakan apapun.
Sedangka menurut terminologi, jika dihubungkan dengan
ayat tema di atas, maka dapat di definisikan sebagai ayat-ayat al-Qur’an yang
sangat jelas maksudnya, sehingga tidak memerlukan pengertian alternatif.
Kebalikannya adalah “al-mutasyabihaat”, yaitu yang mempunyai banyak pengertian
alternatif selain yang disebutkan. Kedua keadaan ini telah digambarkan dengan sangat
jelas dalam al-Qur’an, surah Ali Imran, Allah berfirman:
مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ
Artinya: “di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat” (QS: 03: 7).
Petunjuk Pergaulan Sosial dan Moral:
Allah berfirma:
الم (١) تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ (٢) هُدًى وَرَحْمَةً لِلْمُحْسِنِينَ (٣)
Artinya: “Alif laam Miim; Inilah ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung hikmat; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,” (QS: 31: 1-3);
Pembukaan surah Ali Imran “Alif
laam Miim”; ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian
dari surat-surat al-Qur’an seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam
miim shaad dan sebagainya. Di antara pakar tafsir ada yang menyerahkan
pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat,
dan ada pula yang menafsirkannya.
Golongan yang menafsirkannya ada
yang memandangnya sebagai nama surah, dan ada pula yang berpendapat bahwa
huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya
memperhatikan al-Qur’an itu, sekaligus mengisyaratkan bahwa al-Quran itu diturunkan
dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Dan jika mereka
tidak percaya bahwa al-Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad SAW
semata-mata, maka cobalah mereka buat
semacam al-Quran.
Allah berfirman pada surah al-Baqarah ayat ke-2: "Al-Kitab ini tidak ada keragu-raguan padanya memberikan petunjuk kepada mereka yang bertaqwa"; berfirman pada surah Luqman ayat ke-3: "memberikan petunjuk bagi mereka yang berbuat kebaikan"; surah an-Nahl ayat ke-64, berfirman: "dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman"; masih di surah an-Nahl ayat ke-89, Allah berfirman: "dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri"; dan di surah yang sama ayat ke-102, berfirman: "Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al-Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang muslim".
Secara umum semua petunjuk yang telah disebutkan di atas tidak ada yang berbeda, hanya saja dimensi dan kafasitas-kafasitasnya yang memisahkan. Pada surah al-Baqarah misalnya, Al-Qur'an menjadi petunjuk bagi mereka yang bertaqwa; dan di surah Luqman ia menjadi petunjuk dan rahmat bagi mereka yang berbuat kebaikan. Allah menambahkan fungsi rahmat pada surah Lukman, dan membedakan kafasitas "muttaqin" (mereka yang bertaqwa) dengan "muhsinin" (mereka yang berbuat kebaikan). Orang bertaqwa (takut) adalah yang memelihara dirinya, maka orang yang takut dari nereka ia akan memelihara dirinya dari nereka tersebut.
Berbeda dengan orang "muhsin" (yang berbuat kebaikan), maka ia akan berbuat baik kepada dirinya dan juga kepada orang lain, sebagaimana pada firman Allah: "Berbuat kebaikanlah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu", dan "berbuat kebaikanlah kepada kedua orang tuamu". Oleh karena itu perbuatan kebaikan selalu berujung kepada berbagai dimensi; berbuat baik kepada diri sendiri, kepada orang lain dan kepada alam sekitar, itulah perbedaan antara orang bertaqwa dan orang muhsin.
Kemudian berbuat kebaikan kepada sesama merupakan rahmat, maka Allah menambahkan fungsi rahmat bagi mereka yang berbuat kebaikan pada surah Lukman. Dengan demikian orang muhsin lebih utama dari orang bertaqwa, yang hanya bertanggung jawab menjalankan syariat-syariat Allah secara mutlak, sebagaimana telah dijelaskan pada kajian lalu. (Lihat: Kembali). Adapun orang muhsin maka dimensinya lebih jauh dari pada itu, karena balasan itu setara dengan perbuatan atau lebih.
Pengertian muhsin (ihsan) sendiri, adalah tercermin dari hadits Jibril AS, nabi bersabda: "Ihsan itu adalah bahwa kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya maka Dia melihatmu".
Adapun iman lebih umum daripada ihsan, dan tidak mungkin seseorang mencapai taqwa sebelum ia beriman, sebelumnya lagi adalah berserah diri. Jadi kalau mau diurut tangga-tangga derajat moral orang "Islam kaffah", adalah: Pertama, berserah diri kepada Allah (muslim); kedua, percaya kepada Allah, malaikat, kitab suci, rasul, dan taqdir (mu'min); ketiga, menjalankan syariat Allah, berupa perintah-perintah dan larangan-laranga (taqwa); dan keempat, adalah mencapai haqqul yaqin (derajat ihsan). Dimanakah kita mau masuk? Wallahua'lam!
Petunjuk-Petunjuk Al-Qur'an Kepada Ahlinya:Jika kita menelusiri ayat-ayat al-Qur'an maka akan menemukan dimensi-dimensi petunjuknya yang paling sempurnan; pertama, al-Qur'an memberikan petunjuk kepada mereka yang bertqwa; kedua, menberikan petunjuk dan rahmat kepada mereka yang berbuat kebaikan; ketiga, menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman; keempat, memberikan petunjuk dan berita gembira kepada orang-orang muslim; kelima, memberikan petuntuk, rahmat dan berita gembira kepada orang-orang yang muslim. Lalu, apakah perbedaan petunjuk-petunjuk tersebut?
Allah berfirman pada surah al-Baqarah ayat ke-2: "Al-Kitab ini tidak ada keragu-raguan padanya memberikan petunjuk kepada mereka yang bertaqwa"; berfirman pada surah Luqman ayat ke-3: "memberikan petunjuk bagi mereka yang berbuat kebaikan"; surah an-Nahl ayat ke-64, berfirman: "dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman"; masih di surah an-Nahl ayat ke-89, Allah berfirman: "dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri"; dan di surah yang sama ayat ke-102, berfirman: "Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al-Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang muslim".
Secara umum semua petunjuk yang telah disebutkan di atas tidak ada yang berbeda, hanya saja dimensi dan kafasitas-kafasitasnya yang memisahkan. Pada surah al-Baqarah misalnya, Al-Qur'an menjadi petunjuk bagi mereka yang bertaqwa; dan di surah Luqman ia menjadi petunjuk dan rahmat bagi mereka yang berbuat kebaikan. Allah menambahkan fungsi rahmat pada surah Lukman, dan membedakan kafasitas "muttaqin" (mereka yang bertaqwa) dengan "muhsinin" (mereka yang berbuat kebaikan). Orang bertaqwa (takut) adalah yang memelihara dirinya, maka orang yang takut dari nereka ia akan memelihara dirinya dari nereka tersebut.
Berbeda dengan orang "muhsin" (yang berbuat kebaikan), maka ia akan berbuat baik kepada dirinya dan juga kepada orang lain, sebagaimana pada firman Allah: "Berbuat kebaikanlah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu", dan "berbuat kebaikanlah kepada kedua orang tuamu". Oleh karena itu perbuatan kebaikan selalu berujung kepada berbagai dimensi; berbuat baik kepada diri sendiri, kepada orang lain dan kepada alam sekitar, itulah perbedaan antara orang bertaqwa dan orang muhsin.
Kemudian berbuat kebaikan kepada sesama merupakan rahmat, maka Allah menambahkan fungsi rahmat bagi mereka yang berbuat kebaikan pada surah Lukman. Dengan demikian orang muhsin lebih utama dari orang bertaqwa, yang hanya bertanggung jawab menjalankan syariat-syariat Allah secara mutlak, sebagaimana telah dijelaskan pada kajian lalu. (Lihat: Kembali). Adapun orang muhsin maka dimensinya lebih jauh dari pada itu, karena balasan itu setara dengan perbuatan atau lebih.
Pengertian muhsin (ihsan) sendiri, adalah tercermin dari hadits Jibril AS, nabi bersabda: "Ihsan itu adalah bahwa kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya maka Dia melihatmu".
Adapun iman lebih umum daripada ihsan, dan tidak mungkin seseorang mencapai taqwa sebelum ia beriman, sebelumnya lagi adalah berserah diri. Jadi kalau mau diurut tangga-tangga derajat moral orang "Islam kaffah", adalah: Pertama, berserah diri kepada Allah (muslim); kedua, percaya kepada Allah, malaikat, kitab suci, rasul, dan taqdir (mu'min); ketiga, menjalankan syariat Allah, berupa perintah-perintah dan larangan-laranga (taqwa); dan keempat, adalah mencapai haqqul yaqin (derajat ihsan). Dimanakah kita mau masuk? Wallahua'lam!
Bersambung ke: Tafsir Ayat-Ayat Petunjuk Al-Qur'an -----
Kajian yang Lalu:
- Al-Qur’an PenawarMujarab dan Rahmat Yang Amat Tinggi
- Al-Qur’an PeetunjukKepada Jalan Yang Lebih Lurus (Tauhid)
- Qur’an Dalamal-Qur’an (Al-Qur’an Petunjuk Kepada Hukum Syariat)
- Bulan Ramadhan Bulan Al-Qur’an
- I’tikaf Dalam Mesjid Di Bulan Ramadhan
- Kasus-Kasus Pelanggaran Dalam Menjalankan Ibadah Puasa
- Imsak Benang Putih dan Benang Hitam Waktu Fajar
- Ibadah Puasa Syariat Rahmatan Lil-'Alamin
- Takbir Idul Fitri Sarana Mempersatukan Umat
- Ru'yatul Hilal & Mencukupkan Bilangan Asli Puasa ramadhan
- Sejarah Hisab Dalam Tradisi Ibadah Puasa Umat Islam
- Bulan Ramadhan Di Tetapkan Dengan Menyaksikan Hilal Secara Langsung
- Puasa Ramadhan Membatalkan Hukum Puasa Sebelumnya
- Awal Ramadhan 1433 H Akan Masuk Pada Malam Sabtu (21/07/'12)
Artikel yang berhubungan:
- Menyambut Pestival Amal shaleh
- Menghidupkan Bulan Sya'ban
- Isra' - Mi'raj Ke Elle SalewoE Bersama H. Jamalu
- Isra'-Mi'raj Melumpuhkan Sistem Digital
- Kelahiran Nabi SAW Menciptakan Peradaban Baru Umat Manusia
- Maulid Nabi SAW dan Sejarah Perjuangan
- Al-Qur'an Kampanye Anti-Miras
- Silsilah Para Nabi, Rasul dan Bangsa-Bangsa Dunia
- Bumi Allah Amat-lah Luas Berhijrah-lah
- 1 Jam Dimurka Gurutta Ambo Dalle
- Seorang Muhajir Fakir
Karya Terbaru Penulis:
Beli Buku: Di Sini! |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!