Simbol Sains pada Ayat-Ayat Sumpah di Dalam Alquran {3/3}
(Bulan Purnama)
By: Med Hatta
Allah berfiman:
وَالْقَمَرِ إِذَا اتَّسَقَ (١٨)Terjemah Arti: "Demi Bulan Apabila Purnama" (QS. Al-Insyiqaq: 18)
Catatan Purnama Bulan Rajab 1433 H:
Pertama, pada pukul 18.13 WIB, terjadi gempa bumi berkekuatan 6,1 SR mengguncang Sukabumi, Jawa Barat. Ibukota DKI Jakarta pun merasakan guncangan gempa tersebut.
Kedua, pada saat hampir bersamaan, gerhana bulan pun terjadi yang puncaknya kira-kira pukul 18.15 WIB. Gerhana ini di saksikan oleh Sumardi La Moha dan Ahmad Care dari Kalimantan Selatan, berkementar dalam status FB-nya: "Subhanallah, ini salah satu bukti kekuasaan Allah dengan adanya gerhana bulan". Dan Abu Syakkar dari Kalimantan Timur mengomentari statusnya pula: "Subhanallah: Gerhana bulan....!"
Ketiga, masih saja gerhana berlangsung dan ibu-ibu rumah tangga berkomentar tentang gempa baru saja berlalu, hujan pun mengguyur Harapan Mulia, Kemayoran - Jakarta Pusat, hingga tulisan ini di turunkan hujan belum juga berhenti. Tidak tahu di tempat lain apakah ada hujan juga atau tidak, karena tidak ada satu komentar pun yang saya lihat di status Facebook dari friend saya tentang hujan terakhir ini....
Pertanyaan kemudian terlontar, apakah ini semua terjadi karena murni kebetulan saja? Apa hubungan antara bulan purnama dengan gempa bumi yang terjadi di banyak tempat pada hari ini dan 2 hari belakangan termasuk gempa Nabire dan yang paling parah di Italia (29/5) sampai membawa korban 15 jiwa. Dan banyak kejadian serupa yang terjadi saat bulan purnama seperti sekarang. (Lihat: Catatan statistik di bawah)?
Lalu, apa pula yang dimaksudkan oleh Allah SWT dengan sumpah-Nya: "Demi bulan apabila purnama" (QS: 84: 18), ayat kajian di atas?
Fakta Ilmiah Tentang Bulan Purnama:
Bulan
purnama adalah keadaan di mana bulan nampak bulat sempurna dari bumi. Pada saat
itu, bumi berada hampir segaris di antara matahari dan bulan, sehingga
seluruh permukaan bulan yang di terangi matahari terlihat jelas dari arah bumi.
Kebalikannya adalah saat bulan mati, yaitu di
mana bulan terletak pada hampir segaris di antara matahari dan bumi, sehingga
yang "terlihat" dari bumi adalah sisi belakang bulan yang gelap, yaitu
tidak nampak apa-apa.
Di antara kedua fase itu terdapat keadaan bulan
separuh dan bulan sabit, adalah pada saat posisi bulan terhadap bumi membentuk
sudut tertentu terhadap garis bumi - matahari. Pada saat itu, hanya sebagian
permukaan bulan yang disinari matahari yang terlihat dari Bumi.
Ayat ke-18 surah al-Insyiqaq (terbelah), Allah
bersumpah "Demi bulan apabila purnama". Allah SWT apabila bersumpah di dalam al-Qur’an atas nama
makhluknya, sesungguhnya dalam sumpah tersebut mengandung warning akan adanya
sebuah peristiwa besar dari gejala alam yang di sumpahkan-Nya, agar manusia
selalu berpikir dan kembali mengingat-Nya.
Fakta sains mengungkapkan bahwa bulan mempunyai peranan sangat besar terhadap terjadinya berbagai bencana alam di bumi terutama gempa, bahkan gempa sering terjadi pada bulan purnama atau bulan mati. Sungguh Maha Suci Allah dari segala yang disumpahkan.
Sederhananya, gempa, tsunami dan juga letusan
gunung berapi merupakan kegiatan yg bersifat "seketika" atau
tiba-tiba dan dipicu oleh sebuah "trigger" berupa perubahan
kecil. Gunung berapi misalnya mungkin didahului dengan gejala-gejala lain
sebelum benar-benar erupsi (meletus), baik erupsi effusive (seperti aktifitas
gunung merapi) maupun eksplosif (meletusnya Pinatubo, atau Krakatau dan
Tambora).
Namun gempa dan tsunami sangat sulit diprediksi
dan keduanya bersifat lebih mendadak ketimbang gunung berapi. Semuanya sangat
dipengaruhi oleh kondisi grafitasi bumi pada saat itu.
Sudah cukup banyak riset yang membuktikan
adanya hubungan antara terjadinya gempa-gempa besar dengan pasang surut (tide).
Memang tidak selalu kondisi pasang-surut maksimum menyebabkan terjadinya gempa.
hanya saja pada saat bulan purnama atau bulan mati peluang terjadinya gempa
sangat besar.
Berikut ini beberapa catatan statistik tentang
peristiwa-peristiwa bencana alam ditanah air sehubungan dengan bulan purnama
dan bulan mati:
- Gempa Alor (12/11 2004 terjadi menjelang bulan baru (28 Ramadhan 1425).
- Gempa Nabire (26/11 2004 terjadi menjelang purnama 13 Syawal 1425.
- Gempa dan Tsunami Aceh (26/12 2004 terjadi saat purnama 14 Dzulqaidah 1425.
- Gempa Simeulue (26/2 2005) terjadi setelah purnama (16 Muharam 1426.
- Gempa Nias (28/3 2005) setelah purnama (17 Safar 1426).
- Gempa Mentawai (10/4 2005) terjadi pada bulan baru (1 Rabiul Awal 1426.
- Gempa Yogya (27/5/2006) terjadi menjelang bulan baru (29 Rabiuts Tsaniah 1427), persis enam tahun lalu. (Lihat: ANTARA NEWS: 23/05/2007).
Apa
pengaruh bulan terhadap aktifitas bencana alam?
Bulan sangat mempengaruhi pasang surut, pasang
surut ini tentu saja mempengaruhi gaya gravitasi bumi dan merubah berat benda.
Teori terjadinya gempa, misalnya, sering disebut "elastic rebound"
atau proses pelentingan. Seperti ketapel bila dilepas maka karet akan
melentingkan batu didalamnya. Demikian juga dengan gempa akibat tekanan
pergeseran lempeng tektonik yang tertahan maka efeknya seperi karet yang
tertahan.
Nah, penahan ini sangat dipengaruhi oleh
beratnya sendiri, dimana berat benda tentunya tergantung dari grafitasinya.
Astronot bias melanyang diangkasa karena grafitasi sangat kecil, sebenarnya
grafitasi di bumi juga berfluktuasi sesuai dengan adanya bulan (daya tarik
bulan) dan juga tentunya matahari. (Lihat: Gambar di atas).
LALU, apa
maksud peringatan Allah dari sumpah: "demi bulan apabila purnama"
ini?
Pada zaman dahulu setiap bulan purnama sering
diadakan upacara khusus diikuti dengan sesajian untuk menolak bala (bencana),
namun dengan al-Qur’an kita tahu bahwa dengan sesajian-pun tidak akan menolong
dari terjadinya gempa. Justru mungkin dengan kewaspadaan di bulan purnama ini
yang menjadi hikmah mengapa di bulan purnama manusia harus memberikan perhatian
khusus.
Sebagai umat Islam, setiap melihat fenomena
alam, terutama yang didahului warning berupa sumpah dari Allah SWT seperti di
ayat yang kita kaji ini, yaitu dampak pengaruhnya sangat besar, kita diharuskan
waspada dan selalu berpikir tentang kekuasaan Allah. Sesungguhnya pada setiap
fenomena terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah.
Kalau kita sudah mengetahui rahasia peringatan
Allah yang ada pada sumpah "demi bulan apabila purnama" ini,
maka langkah yang harus dilakukan adalah:
- Selalu memikirkan ciptaan Allah (dilangit maupun di bumi) dan mengagumi kekuasaannya, seraya menyebutkan firman-Nya: "Tuhan kami, Engkau tidak-lah menciptakan hal ini sia-sia, Maha Suci Engkau maka hindarkanlah kami dari api neraka(bencana)"
- Meneliti dan mengetahui di mana daerah-daerah ‘matang’ (rawang) yang menunjukkan gejala bencana alam, dan mengadakan penanggulangan dini serta tidak merusak lingkungan.
- Memperhatikan kondisi pasang surut.
- Dan tidak perlu takut bahkan fobia terhadap bulan purnama, tapi perlu waspada pada saat bulan purnama seraya mendekatkan diri di sisi Allah.
"Katakan-lah bahwa kita tidak akan ditimpakan (bencana) kecuali hal itu sudah ditentukan oleh Allah." (Wallahua'lam).
BACA JUGA :
|
|||
1
|
2
|
||
3
|
4
|
||
5
|
6
|
||
7
|
8
|
||
9
|
10
|
||
11
|
12
|
||
13
|
14
|
||
15
|
16
|
||
17
|
18
|
||
19
|
20
|
||
21
|
22
|
Karya Terbaru Penulis:
Beli Bukunya Sekarang! |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!