Simbol Sains pada Ayat-Ayat Sumpah di Dalam Alquran
(Bintang Yang Beredar dan Terbenam)
By: Med Hatta
(Bintang Yang Beredar dan Terbenam)
By: Med Hatta
Allah berfirman:
فَلا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ، الْجَوَارِ الْكُنَّسِTerjemah Arti: "Sungguh! Aku Bersumpah Dengan Bintang-Bintang, Yang Beredar dan Terbenam" (QS. At-Takwir: 81).
Arti kata (al-Khunnasi - al-Jawaari - al-Kunnasi):
Tiga suku kata (al-khunnasi al-jawaari al-kunnasi) dari surah ke-081 (at-Takwir) ayat ke-16 pada tema kajian di atas, menurut pengertiannya dalam bahasa Arab, dapat dilihat dari Kamus Ibnu Faris (w. 395 H) dan Kamus-kamus bahasa Arab lainnya, yang mendifinisikan tiga kalimat ini agar mendekati kepada pengertian yang dimaksud kalimat al-khunnasi al-jawari al-kunnasi pada kedua ayat dari surah At-Takwir, sbb:
- Pertama: “Al-khunnas”, berasal dari kata kerja “khanasa”, yang artinya menghilang dan tertutupi, dikatakan al-khanasu, hilang dipersembunyiaanya, seperti dikatakan pula “khanastu 'anhu, wa akhnastu 'anhu haqqahu”, saya tersembunyi dari dia, atau saya menyembunyikan dari dia. Wal-khunnasi: Bintang hilang dipersembunyian, dikatakan demikian karena menghilang disiang hari dan muncul pada malam hari. Dan “al khunnaasu”, bentuk isim fail dalam bahasa Arab, adalah sifat setan karena dia kabur jika disebutkan Nama Allah. Dengan demikian, al-khunnasu plural “khaanisu”, yaitu sesuatu yang hilang dari pandangan mata.
- Kedua: “Al-jawari”, atau “al-jariyati” : melintas (pada porosnya), yaitu plural “jariyatu”, dari asal kata “al-jariyu”, melintas dengan kecepatan yang sangat tinggi.
- Ketiga: “Al-kunnasi”, (kanasa) bisa berarti dua hal: pertama, menghapuskan sesuatu dimukanya, menyapunya atau menghilangkannya. Kedua, berarti tersembunyi. Arti yang pertama menyapu rumah, yaitu membersihkannya dari debu, sedangkan “al-maktasatu” berarti alat sapu dan “al-kannaasatu”, yang disapu.
Dengan demikian, “Wal-kunnasi” : Bintang-bintang yang menghilang dan tersembunyi ditempat peredarannya kerena melintas dengan sangat cepat.
Hakikat Sains al-Qur’an
Allah berfirman seraya bersumpah:
فَلا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ، الْجَوَارِ الْكُنَّسِArtinya: “Sungguh! Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam” (QS: 081: 15-16)
Pengertian-pengertian di atas sesuai dengan apa yang dimaksud kalimat al-khunnasi, tetapi adanya dua kalimat pada ayat ke-16 dari surah at-Takwir yang mengandung arti yang sama, mendorong ahli tafsir berspekulasi lain dalam menafsirkan dua ayat dari surah at-Takwir tersebut:
Allah bersumpah suatu sumpah yang tegas pada ayat di atas, demi bintang-bintang yang bersinar, bersembunyi disiang hari, melintas pada tempat peredarannya kemudian tersapu dan tertutup pada petangnya, simak beberapa pendapat ahli tafsir berikut:
- Al-Qurthubi menafsirkan: “Yaitu bintang-bintang yang bersembunyi di siang hari, dan tersapu atau tertutup pada petang harinya”.
- Makhluf menafsirkan: “Allah SWT bersumpah demi bintang-bintang yang tersembunyi disiang hari, yaitu hilang cahayanya dari pandangan mata, tetapi ia tetap berada pada tempat peredarannya, dan tersapu atau tertutupi pada petang harinya”.
- Beberapa ahli tafsir modern menafsirkan: “Yaitu bintang-bintang yang menghilang atau kembali pada porosnya, dan melintas keperedarannya kemudian bersembunyi.
Allah bersumpah dengan bintang-bintang
yang beredar dan terbenam, indikasi ini sama persis dengan salah satu
fenomena alam diruang angkasa yang baru pada abad ke-20 diungkapkan oleh
astronom, yaitu “Lubang Hitam” (Black Holes).
Kita tidak mampu melihat lubang hitam dengan teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun, bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya di wilayah sekelilingnya.
Fakta Sains Modern:Lubang hitam: Adalah suatu fenomena alam ruang angkasa terbentuk ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh energinya ambruk hancur ke dalam dirinya sendiri, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan massa kerapatan tak terhingga dan volume nol serta medan magnet yang amat kuat.
Kita tidak mampu melihat lubang hitam dengan teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun, bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya di wilayah sekelilingnya.
Tak ada sesuatu, termasuk radiasi
elektromagnetik yang dapat lolos dari gravitasinya, bahkan cahaya-pun hanya
dapat masuk tetapi tidak dapat keluar atau lolos melewatinya, dari sinilah
diperoleh kata "hitam" dalam mendefinisikan fenomena dahsyat tersebut.
Istilah "lubang hitam" pertama kali diperkenalkan tahun 1969 oleh fisikawan Amerika John Wheeler. Awalnya, astronom beranggapan bahwa mereka dapat melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada bintang-bintang di ruang angkasa yang cahayanya tidak dapat mereka tembus. Sebab, cahaya bintang-bintang yang runtuh ini lenyap. Cahaya tidak dapat meloloskan diri dari sebuah lubang hitam disebabkan lubang ini merupakan massa berkerapatan tinggi di dalam sebuah ruang yang relatif kecil.
Gravitasi raksasanya bahkan mampu menangkap partikel-partikel tercepat sekalipun, seperti foton (partikel cahaya). Misalnya, tahap akhir dari sebuah bintang biasa, yang berukuran tiga kali massa Matahari, berakhir setelah kobaran apinya padam dan mengalami keruntuhannya sebagai sebuah lubang hitam bergaris tengah hanya 20 kilometer (12,5 mil)! Lubang hitam berwarna "hitam", yang berarti tertutup dari pengamatan langsung. Namun demikian, keberadaan lubang hitam ini diketahui secara tidak langsung, melalui daya hisap raksasa gaya grafitasinya terhadap benda-benda langit lainnya.
Sebagaimana telah dibahas, bintang-bintang yang dijelaskan sebagai al-Khunnasi al-jawari al-khunnasi dalam al-Qur'an memiliki karakter dekat dengan Black Holes yang dipaparkan pada abad ke-20 lalu, dan mungkin mengungkapkan kepada kita tentang satu lagi keajaiban sains al-Qur'an. (Wallahu A’lam).
Istilah "lubang hitam" pertama kali diperkenalkan tahun 1969 oleh fisikawan Amerika John Wheeler. Awalnya, astronom beranggapan bahwa mereka dapat melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada bintang-bintang di ruang angkasa yang cahayanya tidak dapat mereka tembus. Sebab, cahaya bintang-bintang yang runtuh ini lenyap. Cahaya tidak dapat meloloskan diri dari sebuah lubang hitam disebabkan lubang ini merupakan massa berkerapatan tinggi di dalam sebuah ruang yang relatif kecil.
Gravitasi raksasanya bahkan mampu menangkap partikel-partikel tercepat sekalipun, seperti foton (partikel cahaya). Misalnya, tahap akhir dari sebuah bintang biasa, yang berukuran tiga kali massa Matahari, berakhir setelah kobaran apinya padam dan mengalami keruntuhannya sebagai sebuah lubang hitam bergaris tengah hanya 20 kilometer (12,5 mil)! Lubang hitam berwarna "hitam", yang berarti tertutup dari pengamatan langsung. Namun demikian, keberadaan lubang hitam ini diketahui secara tidak langsung, melalui daya hisap raksasa gaya grafitasinya terhadap benda-benda langit lainnya.
Sebagaimana telah dibahas, bintang-bintang yang dijelaskan sebagai al-Khunnasi al-jawari al-khunnasi dalam al-Qur'an memiliki karakter dekat dengan Black Holes yang dipaparkan pada abad ke-20 lalu, dan mungkin mengungkapkan kepada kita tentang satu lagi keajaiban sains al-Qur'an. (Wallahu A’lam).
BACA JUGA :
|
|||
1
|
2
|
||
3
|
4
|
||
5
|
6
|
||
7
|
8
|
||
9
|
10
|
||
11
|
12
|
||
13
|
14
|
||
15
|
16
|
||
17
|
18
|
||
19
|
20
|
||
21
|
22
|
Karya Penulis:
Miliki Bukunya Sekarang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar