My Buku Kuning Center : BINTANG-BINTANG DI RUANG ANGKASA

DROP MENU

Jumat, Juni 06, 2008

BINTANG-BINTANG DI RUANG ANGKASA

Simbol Sains Di Dalam Alquran II(Keunggulan Sains Pada Ayat-Ayat Sumpah Di Dalam Alquran) :

Bintang-Bintang Di Ruang Angkasa 
By: Med Hatta


Allah berfirman : 

 فَلَآ اُقْسِمُ بِالْخُنَّسِۙ؛ الْجَوَارِ الْكُنَّسِۙ
Terjemah Arti: "Aku bersumpah demi bintang-bintang, yang beredar dan terbenam" (QS. At-Takwir: 15-16).

وَالنَّجْمِ اِذَا هَوٰىۙ 
Terjemah Arti: "Demi bintang ketika terbenam" (QA. An-Najm: 1).

وَالسَّمَاۤءِ ذَاتِ الْبُرُوْجِۙ 
Terjemah Arti: "Demi langit yang mempunyai gugusan bintang" (QS. Al-buruj: 1).

وَالسَّمَاۤءِ وَالطَّارِقِۙ؛ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الطَّارِقُۙ؛ النَّجْمُ الثَّاقِبُۙ 
Terjemah Arti: "Demi langit dan yang datang pada malam hari, Dan tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?, (Yaitu) bintang yang bersinar tajam" (QS. At-Thariq: 1-3).

فَلَآ اُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوْمِ 
Terjemahan Arti: "Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang" (QS. Al-Waqi'ah: 75).


Prolog:
Bintang adalah pelita-pelita yang menghiasi langit dekat, merupakan bola besar yang panas, terang, pijaran gas yang mengeluarkan cahaya. Bintang kelihatan kecil karena sangat jauh dari bumi. Bintang yang terdekat dengan tata surya kita adalah Proxima Centauri, yang berjarak lebih dari 4000 juta juta km, atau sekitar 4 tahun cahaya.

Al-Qur’an telah menjelaskan kegunaan manfaat bintang-bintang sebagai: Tanda untuk penunjuk jalan, hiasan langit dunia, peluru-peluru untuk melempar syaitan dan sebagai salah satu sumber rejeki.

Pada bigian ini penulis berusaha mengenalkan beberapa bintang-bintang dan fungsi dan faedahnya, dengan mengacu kepada ayat-ayat yang mengandung sumpah di dalam Al Qur’an. Dan sekaligus menampakan nilai-nilai sains di dalam Al Qur’an, sebagai berikut:
1. LUBANG HITAM (BLACK HOLES)

Allah berfirman : 

 فَلَآ اُقْسِمُ بِالْخُنَّسِۙ؛ الْجَوَارِ الْكُنَّسِۙ

Terjemah Arti: "Aku bersumpah demi bintang-bintang, yang beredar dan terbenam" (QS. At-Takwir: 15-16).

Makna kata (Al Khunnasi - Al Jawari - Al Kunnasi):
Kalimat “al-khunnasi al-jawari al-kunnasi” dari Surah at-Takwir ayat ke-16 dalam bahasa Arab, dapat dilihat dari Kamus Ibnu Faris (w. 395 H) dan Kamus-kamus bahasa Arab lainnya, mendifinisikan dua kalimat ini agar mendekati kepada pengertian yang dimaksud kalimat al-khunnasi al-jawari al-kunnasi pada kedua ayat surah At-Takwir, sbb:
  • Pertama: “Al-khunnas”, berasal dari kata kerja “khanasa”, yang artinya menghilang dan tertutupi, dikatakan al-khanasu, hilang dipersembunyiaanya, seperti dikatakan pula “khanastu anhu, wa akhnastu anhu haqqahu”, saya tersembunyi dari dia, atau saya menyembunyikan dari dia. Wal-khunnasi: Bintang hilang dipersembunyian, dikatakan demikian karena menghilang di siang hari dan muncul pada malam hari. Dan “al khunnaasu”, bentuk isim fail dalam bahasa Arab, adalah sifat syetan karena dia kabur jika disebutkan Nama Allah. Dengan demikian, al-khunnas plural “khaanis”, yaitu sesuatu yang hilang dari pandangan mata.‏
  • Kedua: “Al-jawari”, atau “al-jariyati” : melintas (pada porosnya), yaitu plural “jariyatu”, dari asal kata “al-jariyu”, melintas dengan kecepatan tinggi.

  • Ketiga: “Al-kunnasi”, (kanasa) bisa berarti dua hal: pertama, menghapuskan sesuatu dimukanya, menyapunya atau menghilangkannya. Kedua, berarti tersembunyi. Arti yang pertama menyapu rumah, yaitu membersihkannya dari debu, sedangkan “al-maktasatu” berarti alat sapu dan “al-kannaasatu”, yang disapu.
    Dengan demikian, “Wal-kunnasi” : Bintang-bintang yang menghilang dan tersembunyi di tempat peredarannya kerena melintas sangat cepat.
Hakikat sains Al Qur’an :
Firman Allah: “Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang menghilang dan terbenam.
Pengertian-pengertian di atas sesuai dengan apa yang dimaksud kalimat al-khunnasi, tetapi adanya dua kalimat pada ayat ke-16 dari surah At-Takwir yang mengandung arti yang sama, mendorong ahli tafsir berspekulasi lain penafsirannya pada dua ayat di surah At Takwir ini:

Allah bersumpah suatu sumpah yang tegas demi bintang-bintang yang bersinar, bersembunyi di siang hari, melintas pada tempat peredarannya kemudian tersapu dan tertutup pada petangnya.

Al-Qurthubi menafsirkan: “Yaitu bintang-bintang yang bersembunyi di siang hari, dan tersapu atau tertutup pada petang harinya”. Makhluf menafsirkan: “Allah SWT bersumpah demi bintang-bintang yang tersembunyi di siang hari, yaitu hilang cahayanya dari pandangan mata, tetapi ia tetap berada pada tempat peredarannya, dan tersapu atau tertutupi pada petang harinya”. Beberapa ahli tafsir modern menafsirkan: “Yaitu bintang-bintang yang menghilang atau kembali pada porosnya, dan melintas keperedarannya kemudian bersembunyi.

Dengan mempertimbangkan spekulasi-spekulasi pengertian di atas, penulis berkesimpulan bahwa indikasi dari dua kalimat yang terdapat pada ayat ke-16 surah At Takwir tersebut, Allah mengarahkan perhatian pada sebuah kenyataan ilmiah penting.
Allah bersumpah dengan bintang-bintang yang beredar dan terbenam, indikasi ini sama persis dengan salah satu fenomena alam di ruang angkasa yang baru pada abad ke-20 ditemukan oleh astronom, yaitu “Lubang Hitam” (Black Holes).
Hakikat Ilmu Pengetahuan Kontemporer:
Lubang hitam: Adalah suatu fenomena alam ruang angkasa terbentuk ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya ambruk hancur ke dalam dirinya sendiri, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan kerapatan tak hingga dan volume nol serta medan magnet yang amat kuat.

Kita tidak mampu melihat lubang hitam dengan teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun, bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya di wilayah sekelilingnya.
Tak ada sesuatu, termasuk radiasi elektromagnetik yang dapat lolos dari gravitasinya, bahkan cahaya hanya dapat masuk tetapi tidak dapat keluar atau melewatinya, dari sini diperoleh kata "hitam".

Istilah "lubang hitam" pertama kali digunakan tahun 1969 oleh fisikawan Amerika John Wheeler. Awalnya, kita beranggapan bahwa kita dapat melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada bintang-bintang di ruang angkasa yang cahayanya tidak dapat kita lihat. Sebab, cahaya bintang-bintang yang runtuh ini lenyap. Cahaya tidak dapat meloloskan diri dari sebuah lubang hitam disebabkan lubang ini merupakan massa berkerapatan tinggi di dalam sebuah ruang yang kecil.

Gravitasi raksasanya bahkan mampu menangkap partikel-partikel tercepat, seperti foton (partikel cahaya). Misalnya, tahap akhir dari sebuah bintang biasa, yang berukuran tiga kali massa Matahari, berakhir setelah nyala apinya padam dan mengalami keruntuhannya sebagai sebuah lubang hitam bergaris tengah hanya 20 kilometer (12,5 mil)! Lubang hitam berwarna "hitam", yang berarti tertutup dari pengamatan langsung. Namun demikian, keberadaan lubang hitam ini diketahui secara tidak langsung, melalui daya hisap raksasa gaya grafitasinya terhadap benda-benda langit lainnya.

Sebagaimana telah dibahas, bintang-bintang yang dijelaskan sebagai Al-Khunnasi al-jawari al-khunnasi dalam Al Qur'an memiliki kemiripan dekat dengan Black Holes yang dipaparkan di abad ke-20, dan mungkin mengungkapkan kepada kita tentang satu lagi keajaiban ilmiah Al Qur'an. (Wallahu A’lam).
2. BINTANG SYI'RAA (SIRIUS)

Allah berfirman :

وَالنَّجْمِ اِذَا هَوٰىۙ 

Terjemah Arti: "Demi bintang ketika terbenam" (QA. An-Najm: 1).

Menurut kamus bahasa arab Al-Muhith, kalimat “hawa”, pada ayat ke-1 surah An Najm ini artinya “jatuh”, yang kalau dirujuk pada kirab-kitab tafsir semuanya berkisah tentang bintang yang jatuh. Allah SWT tidak menjelaskan nama bintang yang jatuh pada ayat ini, ahli tafsir berbeda pendapat dalam mengidentifikasikan nama bintang tersebut. Yang dapat mencerahkan kita adanya ayat ke-49 surah yang sama menyebutkan bintang "Syi'raa" (Sirius).
Bintang Sirius (Syi’raa) :
Banyak sekali riwayat yang berbeda-beda dari ahli tafsir tentang bintang yang dimaksud ayat ini, penulis cenderung menyebutnya sebagai bintang “Sirius” (Syi’raa) dengan alasan, sbb :
  • Pertama, surah yang menceritakan peristiwa ini dinamakan surah An Najm (Bintang), di dalam surah yang terdiri dari 62 ayat ini tidak disebutkan bintang kecuali hanya pada dua tempat saja, yaitu pada ayat ke-1 disebutkan dalam bentuka sumapah “demi bintang ketika jatuh” (tidak dijelaskan namanya). Dan pada ayat ke-49 disebutkan sebagai Bintang Sirius, dalam firman Allah : “dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi'raa” (QS. An-Najm : 49).
  • Kedua, Allah tidak bersumpah di dalam Al Qur’an kecuali hanya pada hal-hal yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap manusia, kenyataan bahwa kata Arab “Syi’raa”, yang merupakan padan kata bintang Sirius adalah bintang paling terang di langit malam hari.

    Sirius sesungguhnya adalah sepasang dua bintang, yang dikenal sebagai Sirius A dan Sirius B. Yang lebih besar adalah Sirius A, yang juga lebih dekat ke Bumi dan bintang paling terang yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Tapi Sirus B tidak dapat dilihat tanpa teropong.

    Bintang ganda Sirius beredar dengan lintasan berbentuk bulat telur mengelilingi satu sama lain. Masa edar Sirius A dan B mengelilingi titik pusat gravitasi mereka yang sama adalah 49,9 tahun. Angka ilmiah ini kini diterima secara bulat oleh jurusan astronomi di universitas Harvard, Ottawa dan Leicester.

  • Ketiga, Bintang Sirius telah mengambil perhatian besar bangsa-bangsa terdahulu, sebagaimana diketahui bahwa bangsa Mesir kuno menjadwalkan banjir sungai Nil dengan lewatnya bintang Sirius di atas angkasa, mereka memantaunya dengan tujuan tersebut dan mengawasi setiap gerakannya. Dan bintang Sirius ini juga punya peranan penting pada legenda-legenda bangsa Persia dan Arab pada umumnya.

    Syi’raa adalah bintang raksasa dan paling terang di langit malam hari, bintang yang nyaris dijadikan Tuhan oleh nabi Ibrahim kalau-lah tidak meperoleh hidayah dari Allah SWT. Syi’raa salah satu sembahan bangsa arab jaman jahiliyah, yaitu kasus yang dicela dan diberantas oleh surah An Najm ini. Maka indikasi yang paling dekat dimaksud pada awal ayat An Najm “Demi bintang ketika jatuh”, adalah bintang “Sirius”.
Dengan demikian, pemilihan fenomena “Demi bintang ketika jatuh”, sesuai karakter bintang Sirius. Dengan kata lain Allah memperingatkan dalam sumpah-Nya bahwa bintang sebesar apapun adanya termasuk Sirius pasti akan jatuh dan berubah bentuknya, maka tidak layak untuk disemabah. Yang wajib disembah adalah Allah Yang Maha Perkasa, Tinggi dan Kekal. >>>>> Bersambung...!!! [•Baca: Disini•]

BACA JUGA :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

1 komentar:

henry mengatakan...

فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ (15) الْجَوَارِ الْكُنَّسِ)16
"sungguh AKU bersumpah demi AlKhunnas (Bintang Nebula yg lembut ringan, lunak). Yaitu Bintang Aljawaaril Khunnas" (At Takwir)
------
Aljawaaril Kunnas, menurut Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud adalah ialah sapi (kijang) yang bersembunyi di bawah naungan.(tafsir ibnu katsir)
---------
menurut Khazanah Perbintangan Nusantara : Bintang Kijang adalah Bintang yang sama dengan Bintang Nebula Orion atau Bintang Nair Al Saif atau Pedang Orion atau Nebula M42

歓迎 | Bienvenue | 환영 | Welcome | أهلا وسهلا | добро пожаловать | Bonvenon | 歡迎

{} Thanks For Visiting {}
{} شكرا للزيارة {}
{} Trims Tamu Budiman {}


MyBukuKuning Global Group


KLIK GAMBAR!
Super-Bee
Pop up my Cbox
Optimize for higher ranking FREE – DIY Meta Tags! Brought to you by ineedhits!
Website Traffic