Senin, Agustus 06, 2012

AL-QUR’AN MULTI-INTERPRETASI BERGEMA MENGGETARKAN SENSASI PARA ILMUAN


Serial Bulan Ramadhan: Tafsir Ayat-Ayat Petuntuk Al-Qur’an (03/ 19)
Festival Bulan Suci Ramadhan 1433 H.  (H: 17) 

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ
(Allah Menurunkan Perkataan Yang Paling Baik (Al-Qur'an) Yang Multi-Interpretasi Bergema Menggetarkan Kulit Mereka Yang Takut Tuhannya)
Oleh: Med HATTA
Mukaddimah:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وبعد! 
Al-Qur’an Di Sebut Al-Hadits (Perkataan):
Kata sahabat Sa’ad bin Abu Waqqash ra, adalah para sahabat senior (yang menyaksikan turunnya al-Qur’an) selalu merasa antusias mendengarkan perkataan-perkataan yang dibacakan oleh nabi, maka mereka pun bolak-balik kepada rasulullah SAW memintanya diperdengarkan perkataan-perkataan yang menyenangkan itu, maka turunlah ayat kajian di atas, Allah berfirman: 

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ
Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (al-Qur’an)”. 
Lalu mereka meminta lagi agar diceritakan sesuatu maka turun ayat: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini kepadamu” (QS: 12: 3). 

Oleh karena itu, menurut riwayat Ibn Mas’ud: Bahwa al-Qur’an diberbagai ayat yang berbeda-beda, disebut juga sebagai al-Hadits (Perkataan), karena rasulullah SAW selalu menceritakan perkataan-perkataan itu kepada para sahabatnya dan bangsa Quraisy, seperti pada firman Allah:
فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ (٥٠)
Artinya: “Maka kepada perkataan apakah sesudah al-Qur’an ini mereka akan beriman?” (QS: 77: 50).
أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ (٥٩)
Artinya: “Maka apakah kamu merasa heran terhadap perkataan ini?” (QS: 53: 59)
إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا (٦)
Artinya: “Sekiranya mereka tidak beriman kepada perkataan ini (al-Qur’an)” (QS: 18: 6);
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا (٨٧)
Artinya: “Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?” (QS: 04: 87);
فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ
Artinya: “Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan Perkataan ini (al-Qur’an).” (QS: 68: 44)
Al-Qur’an Multi-Interpretasi dan Berulang-Ulang:
Allah berfirman:
كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (٢٣)
Artinya: “al-Qur’an yang serupa lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (QS: 39: 23);
Sudah disinggung sepintas lalu pada kajian sebelumnya, bahwa sebahagian ayat-ayat al-Qur’an itu adalah “al-muhkamaat”, yaitu kokoh dan sangat jelas maksudnya sehingga tidak memerlukan penjelasan tambahan. Sedangkan sebahagian yang lain ada yang “al-mutasyabihaat”, yaitu serupa, multi-interpretasi atau mempunyai banyak pengertian alternatif selain yang disebutkan. Sebagaimana dalam firman Allah:
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ (٧)
Artinya: Dia-lah yang menurunkan al -Kitab (al-Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS: 03: 7).
Adapun ayat-ayat al-Qur’an yang “muhkamaat” itu kita sudah bahas cukup memadai (Lihat: Kembali). Sekarang tinggal membahas sisi lain, yaitu bagian “al-mutasyabihaat” ini, yang juga merupakan bagian yang paling sensitif dan rumit di dalam al-Qur'an itu. Rumitnya karena untuk mengetahui dan mendalami kandungan jenis ayat-ayat mutasyabihat ini sungguh memerlukan talenta-talenta tertentu dan disiplin-disiplin ilmu yang memadai. 

Orang yang ingin mendalami ilmu al-mutasyabihat itu haruslah seorang yang kuat iman, teguh hati dan sabar; mempunyai pengalaman yang sangat panjang, berwawasan luas, dan terkadang harus melalui berbagai tahapan riset dan observasi-observasi ilmiah tertentu untuk mendefinisikannya; Dan yang paling penting selain pengetahuaan ilmu-ilmu al-Qur'an dan tata bahasa Arab, adalah membutuhkan waktu yang panjang. Kata Ibn Abbas ra: "Janganlah apriori menafsirkan al-Qur'an karena waktulah yang akan menafsirkannya", (maksudnya ayat-ayat mutasyabihat itu). 

Kemudian ia juga sensitif karena ayat-ayat mutasyabihat itu berpeluang untuk di salah gunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan musuh-musuh al-Qur'an, mereka bisa memelintir ayat tertentu dan dita'wilkannya kepada bukan maksudnya, tujuannya untuk menyebarkan fitnah di kalanga umat Islam dan mendiskreditkan al-Qur'an, misalnya menuduh ayat-ayatnya tidak kokoh padu atau saling bertentangan satu sama lain. Padahal mereka tidak tahu ta'wilnya dan tidak mengerti maksud ayat perayat di dalam al-Qur'an. 

Dalam masalah aqidah pun ayat-ayat jenis ini bayak ditemukan pula, dan harus benar-benar mencermatinya dengan seksama, pertama percaya kepada ayat kemudian mencari penjelasannya pada ayat-ayat lain. Itulah sebabnya pada ayat kajian ini Allah menambahkan kalimat: 
"مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ
Artinya: "serupa lagi berulang-ulang"; 
yaitu di antara ayat-ayat al-Qur'an itu banyak yang serupa (kalimat dan artinya); berulang-ulang penyebutannya antara ayat demi ayat; dan saling menjelaskan satu sama lain. Contoh pada kasus ini, Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya” (QS: 39: 53)
Ayat ini mutasyabih yang mempunyai dua pengertian; pertama, Allah mengampuni dosa-dosa bagi semua orang yang bertobat; kedua, mengampuni dosa-dosa bagi semuanya termasuk kepada yang tidak bertobat.

Kemudian ke-umum-an ayat di atas, dijelaskan dan dipisahkan oleh ayat lain - yang serupa dan muhkam - di dalam al-Qur'an, Allah berfirman:
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى (٨٢)
Artinya: dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar(QS: 20:82).
Maka jelaslah dari ayat muhkam bahwasanya Allah SWT mengampuni dosa-dosa semuanya bagi orang yang bertobat, yaitu mukmin dan mengikuti jalan yang lurus. Dan masih banyak contoh-contoh yang lain seperti kasus ini terseber di surah-surah al-Qur'an yang berbeda-beda. (Lihat: Kitab-Kitab Ulumul Qur'an, dan lihat juga tulisan kita yang lain diblog ini: Ulumul Qur'an 4 (Muhkam dan Mutasyabih).
Ayat-Ayat Mutasyabih Mengembangkan Media Sains-Teknologi dan Memotifasi Bidang Riset dan Observasi Ilmiah:
Allah berfirman:
تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ 
Artinya: “gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya”;
Para pakar al-Qur'an dunia telah banyak sekali mengungkapkan hikmah-hikmah di balik turunnya ayat-ayat mutasyabih tersebut dari berbagai spesialisnya, di antaranya yang ingin penulis sebutkan di sini, sebagai berikut:
  1. Allah SWT menurunkan ayat-ayat mutasyabih sebagai media riset dan observasi ilmiah, agar orang-orang mu'min terilhami untuk menekuninya, lalu mengembangkan dan mengembalikan kepada faktanya, maka mereka akan mendapatkan pahala besar atas penemuaannya itu, sedangkan orang munafiq semakin sesat dan berputus asa maka akan mendapatkan siksaan. Sebagaimana firman Allah:Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan? dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk” (QS: 02: 26). 
  2. Allah SWT ingin membukakan sarana ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya kepada orang-orang yang mendedikasikan hidupnya untuk pengembangan bidang sains, agar mereka dapat mengembalikan arti ayat-ayat mutasyabih tersebut pada konteks muhkamnya, yaitu maksud ayat yang sebenarnya setelah bekerja keras dan mendapat petunjuk dari Allah. Maka mereka akan semakin luas wawasan pengetahuannya, dan semakin memicu perhatian mereka pada bidang-bidang riset ilmiah. Jika seandainya Allah menurunkan al-Qur’an secara muhkam semuanya, maka akan tidak ada perbedaan antara orang pintar dan bodoh, oleh karena itu para pakar sains berpacu untuk menyingkapnya lebih banyak untuk memperoleh porsi pahala semakin besar; kedudukan yang tinggi dan kemulian disisi Allah sebagai tujuan utama mereka. Ganjaran yang besar setara dengan manfaat yang dihasilkan.
Ayat kajian di atas lebih tajam menguatkan tesis ini, Allah berfirman: gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya; Dikatakan kulit gemetar karena ia merupakan bagian tubuh yang paling sensitif, ialah yang paling pertama menerima setiap pengaruh dari luar, merasakan panas, dingin, tekanan, desakan dan rasa sakit. Maka kulitlah yang pertama kali akan merasa gemetar dan meregang setiap mendengarkan ancaman atau tantangan dari luar. Apalagi jika yang didengarkan itu adalah ayat-ayat Allah.

Kulit selain bisa mendengar ia juga bisa berbahasa Bugis, sebagaimana dalam firman Allah:
وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ (١٩) حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٢٠) وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ
Artinya: “dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya; sehingga apabila mereka sampai ke neraka, telinga, mata dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata...". (QS: 41: 19-21).
Mengenai apakah kulit itu juga bisa mendengar dan berbicara menjadi saksi di depan KPK nanti, itu ada pembahasan khusus yang akan kita bahas juga pada waktunya, Insya Allah. Sebagai gambaran saja, kata seorang futurolog Jepang bahwa pada suatu saat kelak ikat pinggang dan sepatu kulit yang kita pakai akan menegur dan mengingatkan kita pada setiap janji-janji bisnis kita, karena ada kandungan dari bahan-bahan tertentu pada bahan kulit tersebut yang memungkinkan ia untuk diajak berkomunikasi. Jadi kelak para koruptor akan semakin jerah melakukan tindakan penilapannya karena takut di saksikan oleh sepatunya sendiri. 

Kembali kepada ayat kajian, apakah setiap kulit bisa merasa gemetar setiap mendengarkan ayat-ayat al-Qur'an? Dijawab oleh ayat berikutnya yaitu hanya: kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya; Lalu siapakah mereka itu? Dijelaskan di dalam al-Qur'an pada ayat lain, Allah berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS: 35: 28).
Hanya kelompok kecil inilah dari orang-orang yang mempunyai pengetahuan tinggi, yang bisa menikmati extar-indra itu, yaitu kulit dan hatinya bisa merasakan getaran tertentu ketika mendengarkan ayat-ayat al-Qur'an, terutama yang menyangkut ayat-ayat keagungan dan kebesaran Allah yang di saksikan di cosmos raya ini. Karena merekalah yang bisa memahami ayat-ayat Allah dengan benar, dan bekerja keras mengkaji semua kandungan ayat sesuai bidang spesialisanya; bidang aqidah, syariah, astronomi, geoscience, sains umum, scientology, kedokteran, biologi, botani, dan lain sebagainya. 

Lalu hasil-hasil kajian tersebut mereka terapkan dan mengaplikasikannya kebentuk nyata sehingga menjadi petunjuk yang bermanfaat kepada semua makhluk. Dan pahalanya pun terus menerus berjalan sesuai kadar besar dan manfaat hasil kajiannya tersebut. Penulis tidak perlu memberikan contoh di sini tentang simbol-simbol sains yang berhubungan dengan ayat-ayat mutasyabih tersebut, karena sebahagian di antaranya sudah kita bahas diblog ini. (Lihat: Menu atau Daftar Isi untuk informasi lebih dalam).

Tanpa mereka yang sudah mendapatkan hidayah dari Allah SWT tersebut, dapat dipastikan petunjuk al-Qur'an tidak akan sampai dengan maksimal, dan alam semesta ini masih terus ditutupi oleh kegelapan yang mendalam karena cahaya al-Qur'an tidak keluar secara utuh. Berkat ilmuan-lah sebagai pewaris nabi, yang telah bekerja keras sambil mengharapkan petunjuk dari Allah, sehingga cahaya al-Qur'an itu bisa kita rasakan seperti sekarang. Al-Qur'an pun tidak tanggung-tanggung men-justifikasi kelompok ilmuan ini atas keilmuannya tersebut, Allah berfirman:
وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ (٧)
Artinya: tidak ada yang mengetahui ta'wilnya (ayat-ayat mutasyabih) melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS: 03: 7).
Seperti habis menyantap sebuah hidangan yang enak sekali, para ilmuan itu akan merasa puas dan senang apabila telah berhasil menyingkap sedikit demi sedikit dari banyak ilmu Allah yang tidak terbatas itu, mereka akan mundur bersujud sambil tak henti-hentinya memuji kekeagungan Allah. Keadaan mereka itu secara live digambarkan pada ayat kajian selanjutnya. Allah berfirman:
ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ 
Artinya: “kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.”;
Kulit mereka akan kembali tenang tidak gemetar lagi, dan hati mereka pun akan puas legah setelah sukses melakukan suatu observasi tadabbur terhadap ayat mutasyabih di dalam al-Qur'an. Mereka akan semakin bertambah imannya kepada Allah SWT dan ayat-ayat-Nya. Mereka inilah golongan yang telah di bangga-banggakan al-Qur'an, Allah berfirman:
 
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (١٩١)
Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (mereka mengobservasinya sambil berdecak kagum berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS: 03: 191).
Firman Allah:
ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (٢٣)
Artinya: “Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.
Yaitu ilmu yang benar adalah ilmu yang dihasilkan berdasarkan petunjuk dari Allah SWT, betapa banyak orang yang berilmu tinggi tetapi tidak mendapatkan petunjuk dari Allah dengan ilmunya tersebut. Dan tidak sedikit juga orang mempunyai ilmu tinggi justru dengan ilmunya tersebut bisa membimbing dia mendapatkan petunjuk dari Allah SWT, sehingga ilmunya dapat berguna untuk dirinya dan membawa manfaat banyak kepada orang lain. Wallahua'lam!
Bersambung ke: Tafsir Ayat-Ayat Petunjuk Al-Qur'an -----
Kajian yang Lalu:
  1. Al-Qur’an PetunjukYang Universal (Manusia dan Jin)
  2. Al-Qur’an Petunjuk Pergaulan Sosial dan Moral
  3. Al-Qur’an PenawarMujarab dan Rahmat Yang Amat Tinggi
  4. Al-Qur’an PeetunjukKepada Jalan Yang Lebih Lurus (Tauhid)
  5. Qur’an Dalamal-Qur’an (Al-Qur’an Petunjuk Kepada Hukum Syariat)
  6. Bulan Ramadhan Bulan Al-Qur’an
  7. I’tikaf Dalam Mesjid Di Bulan Ramadhan
  8. Kasus-Kasus Pelanggaran Dalam Menjalankan Ibadah Puasa
  9. Imsak Benang Putih dan Benang Hitam Waktu Fajar
  10. Ibadah Puasa Syariat Rahmatan Lil-'Alamin
  11. Takbir Idul Fitri Sarana Mempersatukan Umat
  12. Ru'yatul Hilal & Mencukupkan Bilangan Asli Puasa ramadhan
  13. Sejarah Hisab Dalam Tradisi Ibadah Puasa Umat Islam 
  14. Bulan Ramadhan Di Tetapkan Dengan Menyaksikan Hilal Secara Langsung
  15. Puasa Ramadhan Membatalkan Hukum Puasa Sebelumnya
  16. Awal Ramadhan 1433 H Akan Masuk Pada Malam Sabtu (21/07/'12) 
Artikel yang berhubungan:
Karya Terbaru Penulis: 
Beli Buku: Di Sini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!