Membangun Pilar-Pilar DDI Sebagai
Simbol Pendidikan Islam Nusantara
(Dimana Ada Komunitas Sulawesi di Situ Ada DDI)
Oleh: Dr. KH. M.A. Rusdy Ambo Dalle
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، اللهم صلي على سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم، وبعد!قال تعالى: وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَصدق الله العظيم.
Bapak-Bapak Yang Terhormat
Dewasa ini, gelombang peradaban masyarakat modern telah mengalami perubahan
yang begitu cepat dan pesatnya. Arus informasi dan teknologi menjadi kekuatan
dan kekuasaan yang dapat menentukan dinamika kehidupan masa kini. Menurut Alvin
Toffler mengatakan bahwa ”siapa yang menguasai informasi maka ia akan menguasai
kehidupan”. Shimon Peres pun berpendapat bahwa di era informasi, ada tiga
kekuatan yang dominan: Pertama, ilmu pengetahuan; kedua,
teknologi sebagai penerapan ilmu pengetahuan; ketiga, informasi. Ketiga
dominasi kekuatan ini tidak mengenal batas-batas teritorial bangsa dan negara,
kekuatannya bagaikan arus gelombang yang tidak ada yang dapat menghentikan dan
menghambatnya.
Perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat modern menuntut bangsa-negara
untuk menguasi informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bangsa yang tidak
menguasinya maka dengan sendirinya akan terhegemoni oleh bangsa-negara maju
yang menguasai gelombang peradaban informasi. Indonesia sebagai salah satu
negara dunia berkembang tentu memerlukan kesiapan dan kemampuan anggota
masyarakatnya berupa daya adaptasi dengan nilai-nilai baru, daya
saing/kompetisi, dan kreativitas untuk dapat eksis di era peradaban informasi.
Pendidikan adalah media strategis untuk melakukan transformasi sosial dalam
menyiapkan human resources yang cerdas, dinamis, progresif , inovatif-kreatif
dan tentu mempunyai basis spiritualitas dan akhlak mulia.
Maka TDK syak lagi, pendidikan merupakan pilihan strategis untuk melakukan
proses perubahan sosial menuju masyarakat yang cerdas, beradab, adil, makmur
dan sejaktera. Pendidikan berfungsi membentuk watak peradaban sebuah bangsa
yang beradab dan bermartabat. Dan menjadikan pendidikan sebagai agenda utama
kebijakan pemerintah adalah pilihan stategis untuk menghadapi tantangan arus
peradaban informasi. Namun, tentu ilmu pengetahuan modern saja tidak cukup
mesti dibarengi dengan iman. Alangkah indah dan nikmatnya ketika ilmu
pengetahuan dibarengi dengan iman. Allah berfirman: “Niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS: al-Mujaadilah: 114).
Oleh karena itu, Anregurutta Ambo Dalle dengan DDI-nya semenjak awal dakwahnya
telah berusaha maksimal mengisi kekosongan tersebut, yaitu dengan mendirikan
madrasah-madrasah Islam dan mengirim guru-guru syariat keberbagai wilayah
nusantara sebagai pion dan pilar-pilar perdana DDI, yang membawa misi
pengembangan pendidikan Islam yang lebih
luas, terutama kepada komunitas-komunitas Bugis – Makassar – Mandar di Sulawesi
Selatan dan negeri-negeri rantau di seluruh persada Indoneia. Sehingga dalam
waktu relatif singkat – sampai akhir hayat Beliau – telah mencetuskan sekitar
1700 madrasah pendidikan Islam di seluruh wilayah NKRI. Sebagai sebagai semboyan Anregurutta Ambo
Dalle: Di mana ada komunitas Sulawesi di situ ada DDI.
Anregurutta Ambo Dalle menyadari bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan
mulia pendidikan ini, tentu saja tidak cukup dengan membekali peserta didik dengan
pengetahuan umum dan teknologi modern, tetapi harus disenergikan dengan
pendidikan moral keagamaan yang kental, maka Anregurutta Ambo Dalle memulai
menerapkan metodeloginya yaitu mengacu kepada firman Allah SWT:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (١٢٢)Artinya: “tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS: At-Taubah: 122).
Sepintas ayat ke-122 dari surah at-Taubah ini menyarankan kepada mukminin
untuk tidak monoton pergi berperang mengejar power dan kekuasaan, tetapi
memberikan alternatif kepada pendalaman pengetahuan agama untuk menyeimbangkan
power dan kekuasaan tersebut. Sehingga tercapai perubahan hakiki meraih kemakmuran
dan kebahagian dunia dan akhirat.
Ayat di atas juga lebih jauh mewajibkan kepada setiap golongan, bangsa,
suku, komunitas dan kelompok untuk mendelegasikan kepada salah satu putra
terbaiknya pergi menuntut ilmu agama. Yaitu ilmu agama merupakan fardhu ‘ain,
harus ada di antara salah satu putra setiap golongan/ komunitas mengambil
spesialisasi pendidikan agama, karena kalau tidak akan mewariskan dosa kolektif
pada golongan atau komunitas tersebut. Oleh karena itu, menjadi kewajiban
setiap kepala daerah, camat, lurah/ desa dan tokoh-tokoh masyarakat untuk
setiap tahun mempersiapkan beberapa putra daerahnya mewakili komunitas
masing-masing keluar menuntut ilmu agama, sebagaimana menganjurkan yang lain
pergi menuntut ilmu pengetahuan umum.
Mega Proyek IAPDIKA Untuk Mengembangkan Pendidikan DDI
DDI yang telah dibangun oleh Anregurutta Ambo Dalle selama hidupnya, dengan
sangat menyesal, telah mengalami kemunduran multidimensi, bukan saja
terpecah-pecah setelah kepergian Gurutta, tetapi kuantitas dan kualitas
madrasah-madrasah DDI secara fisik dan ruh juga telah mengalami penurunan
drasistis. Dari data statistik yang ada bahwa madrasah-madrsah DDI yang masih
bertahan di seluruh Indonesia hingga sekarang tinggal 400 buah madrasah dari
sebelumnya tercatat sekitar 1700 madrasah, dan 400 itu pun tidak semuanya dalam
kondisi sehat/ baik tetapi kebanyakan dalam kondisi memprihatinkan, baik dari
segi fisik bangunan, prasarana pendukung belajar mengajar dan jumlah siswa yang
diterima setiap tahun juga menurun.
Dengan demikian, untuk membangung kembali DDI sebagaimana amanah dan
cita-cita Anregurutta Ambo Dalle mengembagkan pendidikan berbasis Islam
terbesar di negeri ini, maka IAPDIKA disamping akan membenahi sistem managemen
organisasi terpadu juga berusaha menerapkan sistem semi otonomi pesantren
perwilayah DDI, atau pilar-pilar yang akan menjadi standard pendidikan DDI di
setiap wilayah. Pilar-pilar tradisional DDI yang telah dikenal selama ini
seperti: Mangkoso, Pare-Pare dan Kaballangang akan lebih dikembangkan menjadi
madrasah-madrasah unggulan serta menjadi standard bagi madrasah-madrasah DDI di
wilayah masing-masing.
Adapun di luar Sulawesi Selatan akan dikembangkan pilar-pilar baru yang
akan menjadi standard pula di wilayah-wilayah otoritas masing-masing, seperti
pesantren yang akan kita bangun sekarang di Tanah Bumbu ini, diharapkan akan
menjadi pilar utama DDI yang akan mengayomi seluruh pesantren dan
madrasah-madrasah DDI se Kalimantan Selatan. Begitu pula di daerah lain seperti
Kaltim, Jambi, Riau, Sulbar, Sulteng dan lain-lain. Setiap daerah harus ada
satu pilar DDI untuk mengayomi madrasah-madrasah binaan yang ada di wilayah
otoritasnya.
Disamping itu, IAPDIKA juga akan membangun beberapa perguruan tinggi DDI sebagai
menara keilmuan dan dakwah Islam yang dikembangkan oleh organisasi DDI.
Wilayah-wilayah potensial untuk mendirikan perguruan tinggi DDI dapat saya
sebutkan – sebagian sudah dalam dalam tahap proses – seperti perguruan tinggi
DDI di Mamuju Sulbar, Palu Sulteng, Tanah Bumbu Kalsel, Samarinda Kaltim dan
tentunya beberapa perguruan tinggi lainnya di wilayah Sulawesi Selatan.
Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu
Itu adalah sebagian dari program-program dibidang pengembangan pendidikan
DDI yang diusung oleh IAPDIKA, dan masih banyak lagi program lain yang lebih
kreatif inovatif yang tidak bisa saya presentasikan semua dalam waktu yang
sangat terbatas di sini. Sisanya akan kami sajikan lewat jurnal dan
tabloid-tabloid yang digarap oleh rekan-rekan di IAPDIKA. Dan tentunya mega
proyek ini amat berat dan kami tidak sanggup mengembannya sendiri tanpa
dukungan, partisifasi dan doa dari seluruh warga DDI. Oleh karena itu, besar
harapan saya memohon kepada seluruh warga DDI Tanah Bumbu khususnya dan
Kalimantan Selatan umumnya untuk turut berpartisipasi mensukseskan mega proyek
IAPDIKA ini untuk sama-sama menyongsong Purnama DDI yang kita impikan semua. SEKIAN
Wassalam.
NOTE: Ceramah disampaikan pada acara Halal Bihalal & Peletakan Batu Pertama Pesantren DDI Terpadu di Batulicin - Kalsel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar