MyBukuKuning.com – Hikmah Maulid nabi Besar Muhammad SAW
adalah untuk Mendorong Umat Islam Membaca Shalawat pada Nabi Besar Muhammad
SAW.
إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
MAKNA MAULID
Maulid nabi besar Muhammad SAW yang
diperingati oleh umat Islam seluruh dunia setiap tanggal 12 Rabiul Awal (kelahiran
nabi) bukan lagi sebuah kesemarakan seremonial belaka, tapi sebuah momen
spiritual untuk mentahbiskan Nabi SAW sebagai figur tunggal yang mengisi
pikiran, hati dan pandangan hidup umat Islam.
Dalam maulid umat Islam tidak sedang merayakan
sebuah upacara, tapi perenungan dan pengisian batin agar tokoh sejarah tidak
menjadi fiktif dalam diri umat Islam, tapi betul-betul secara kongkrit
tertanam, mengakar, menggerakkan detak-detak jantung dan aliran darah ini.
Arti Maulid Nabi
Kata Maulid berasal dari bahasa Arab yang
beratrti lahir, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan suatu tradisi
yang berkembang setelah Nabi SAW wafat, dengan di peringatinya Maulid Nabi SAW ini
yang merupakan suatu wujud ungkapan rasa syukur dan kegembiraan serta
penghormatan kepada sang utusan Allah karena berkat jasa Beliau ajaran agama
islam sampai kepada kita.
Selain sebagai ekspresi rasa syukur atas
kelahiran Rasulullah SAW., substansi dari peringatan Maulid Nabi SAW adalah
mengukuhkan komitmen loyalistas pada Beliau. Setidaknya, ini terwujud dengan
beberapa hikmah.
Hikmah Perayaan Maulid Nabi
- PERTAMA: Peringatan Maulid Nabi SAW mendorong umat Islam untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah SWT, Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
- KEDUA: Peringatan Maulid Nabi SAW adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan Beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu (Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, paman Nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka cita. Dan karena kegembiraannya, kelak di alam baqa’ siksa atas dirinya diringankan setiap hari Senin tiba).
Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun
yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir
sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati karena
kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, apalagi anugerah Allah bagi umatnya
yang beriman dan bertakwa.
- KETIGA: Meneguhkan kembali kecintaan kepada Rasulullah SAW. Bagi seorang mukmin, kecintaan terhadap Rasulullah SAW. adalah sebuah keniscayaan, sebagai konsekuensi dari keimanan. Kecintaan pada utusan Allah ini harus berada di atas segalanya, melebihi kecintaan pada anak dan isteri, kecintaan terhadap harta, kedudukannya, bahkan kecintaannya terhadap dirinya sendiri. Rasulullah bersabda:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: لَايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ
وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ. (صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW : “Belum
sempurna iman kalian, hingga aku lebih dicintainya, dari ayah ibunya, dan
anaknya, dan seluruh manusia.” (Shahih
Bukhari)
- KEEMPAT: Meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah SAW. dalam setiap gerak kehidupan kita. Allah SWT. berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Kita tanamkan keteladanan Rasul ini dalam
keseharian kita, mulai hal terkecil, hingga paling besar, mulai kehidupan
duniawi, hingga urusan akhirat. Tanamkan pula keteladanan terhadap Rasul ini
pada putra-putri kita, melalui kisah-kisah sebelum tidur misalnya. Sehingga
mereka tidak menjadi pemuja dan pengidola figur publik berakhlak rusak yang
mereka tonton melalui acara televisi.
- KELIMA: Melestarikan ajaran dan misi perjuangan Rasulullah SAW, dan juga para Nabi. Sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir, Rasul meninggalkan pesan pada umat yang amat dicintainya ini. Beliau bersabda:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ
أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ
رَسُوْلِهِ
“Aku tinggalkan pada kalian dua hal, kalian
tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya sallallahu
alaihi wa sallam” (HR. Malik)
Keutamaan Perayaan Maulid Nabi
Menurut fatwa seorang Ulama besar: Assyekh Al-Hafidz
Assuyuthi menerangkan bahwa mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW,
dengan cara mengumpulkan banyak orang, dan dibacakan ayat-ayat Alquran dan
diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi sejak kelahiran
hingga wafatnya, dan diadakan pula sedekah berupa makanan dan hidangan lainnya
adalah merupakan perbuatan bid’ah hasanah (yang baik), dan akan
mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakannya dan yang menghadirinya, sebab
terdapat runtutan beberapa ibadah yang dituntut oleh syara’ serta
sebagai wujud kegembiraan, kecintaan atau mahabbah kapada Rasullullah SAW.
Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:
مَنْ أَحَبَّنِى كَانَ مَعِيْ فِي الْجَنـَّةِ
“Barang siapa yang senang, gembira, dan cinta
kepada saya maka akan berkumpul bersama dengan saya masuk surga”.
Dalam sebuah hadits dikatakan:
مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِىْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ
يَـوْمَ الْقِيَا مَةِ. وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِى فَكَأَ
نَّمَا اَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَ هَبٍ فِى سَبِيْلِ اللهِ
“Barang siapa yang memuliakan/memperingati
hari kelahiranku maka aku akan memberinya syafa’at pada hari kiamat. Dan
barang siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiranku, maka
akan diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah.
Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq berkata:
مَنْ أَنْفَقَ دِرْ هَماً فِى مَوْ لِدِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِيْ فِى الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang memberikan infaq satu
dirham untuk memperingati kelahiran Nabi SAW: akan menjadi temanku masuk
surga”.
Sahabat Umar bin Khatthab berkata:
مَنْ عَظَّمَ مَوْ
لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ أَحْيَا اْلإِسْلاَمَ
“Barang siapa yang memuliakan/memperingati
kelahiran Nabi SAW, berarti telah menghidupkan Islam”.
Sahabat Ali Bin Abi Tholib berkata:
مَنْ عَظَّمَ مَوْ
لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْياَ
اِلاَّ بِاْلإِ يْمَانِ
“Barang siapa yang memuliakan/memperingati
kelahiran Nabi Saw, apabila pergi meninggalkan dunia pergi dengan membawa
iman”.
Melihat besarnya pahala tersebut maka
banyaklah kaum muslimin/muslimat yang selalu melahirkan rasa cintanya kepada
Nabi dan mengagungkan hari kelahiran Nabi dengan cara-cara yang terpuji seperti
pada tiap-tiap malam Senin atau malam Jum’at mengadakan jama’ah membaca kitab
Al-Barzanji, shalawat maulud, dan ada pula yang menyediakan tabungan yang
berwujud uang hasil tanaman atau sebagian gajinya untuk kepentingan
memperingati kelahiran Nabi SAW. Wallahua’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar