Bangga Menjadi Cucu Nenenda Petta Hj. St. Zainab
Oleh: Nur Hidayah Ilyas
Membaca
tulisan yang diposting Pamanda H. Maqbul di salah satu grup Facebook beberapa waktu
lalu, membuka kembali lembaran kenangan kebersamaan bersama Nenenda Petta Hj.
St. Zainab binti Mas'ud semasa hidupnya. Sebagai cucu dari Beliau, saya betul-betul
merasakan dan menyaksikan langsung bagaimana pengabdian Beliau untuk DDI. Nenenda
tak sungkan-sungkan mengorbankan waktu dan materi demi kemajuan DDI.
Kami
diajarkan banyak hal terutama nilai keikhlasan. Untuk nilai yang satu ini, Beliau
selalu berpesan pada saya "ikhlas itu ketika senyum di wajah kita tak
beda sedikitpun dengan apa yang ada di hati kita... ikhlas itu ketika tidak
takut kehilangan apapun demi sesuatu yang sangat kita cintai... kita cinta DDI,
maka kita harus ikhlas bekerja untuk DDI apapun konsekuensinya".
Saya
yang pernah tinggal bersama Beliau selama beberapa waktu, banyak menimba
pelajaran berharga darinya. Tak hanya tentang ilmu agama, namun terlebih lagi tentang
etika dan kehidupan sosial. Dari nenenda saya belajar menjadi seorang
"perempuan"... Sebab, bersama beliau saya diajari berbusana muslimah,
terampil di dapur untuk masak dan buat kue, termasuk bagaimana seorang
perempuan harus mempunyai bekal keterampilan sepanjang hayat yaitu menjahit
pakaian (termasuk menyulam lambang DDI, namun keterampilan yang satu ini saya
gagal untuk menguasainya)...
Saya
betul-betul merasakan hikmah dibalik ketegasan nenenda mendidikku semasa
tinggal bersamanya. Beliau juga mengajarkan saya untuk tidak kikuk menghadapi
orang banyak. Bangga nian menjadi cucu Beliau. Nilai-nilai yang diajarkannya
dahulu, kini terasa sangat bermanfaat. Beliau adalah ibu teladan, yang berhasil
mendidik keenam putra-putrinya menjadi anak-anak sholeh dan sholehah yang
berhasil...
Nenenda
selalu berkata padaku (dulu), "saya tak mewariskan harta berlimpah kepada
anak cucuku, tapi ilmu yg bermanfaat. Sebab dengan ilmu, segalanya akan dapat
kita raih". Betapa merindunya hati ini akan hadirnya... Beliau adalah
figur perempuan tegar yang tak lemah oleh tantangan apapun.
***
Sebagaimana kata ust. Med Hatta dalam goresannya tentang Beliau: "DDI
sejak dahulu dikenal sebagai gudangnya ulama kaliber Sulawesi dan nasional tapi
tidak banyak mencetak ulama perempuan, dan salah satu ulama perempuan yang
langka dari rahim DDI tersebut adalah Gurutta (almaghfurata laha) KHj. St.
Zainab binti Mas'ud. Beliau adalah srikandi DDI perintis beberapa cabang DDI di
daerah-daerah Sulawesi Selatan dan luar Sulsel.
Kalau
di NKRI ini dikenal ibu Fatmawati Soekarno (istri Presiden Pertama RI) sebagai
penjahit bendera pusaka merah putih, maka DDI telah mencatat juga dengan tinta
emas ustadzah Hj. Zainab sebagai penyulam pertama lambang DDI di atas kain dari
design langsung Gurutta Ambo Dalle." Sungguh mulia nian perjuanganmu
nenendaku tercita!
Petta
Hj. St. Zainab binti Mas'ud. Nama ini selalu mengisi relung hati dan memenuhi
ingatanku. Mengenang beliau, mengingatkanku akan Pettaji Mama tercinta yang juga
telah tiada. Petta Hj. St. Zainab binti Mas'ud dan KH. M. Arib bin Mustary,
terima kasih telah melahirkan Pettaji Mama dan mendidiknya menjadi ibu terbaik
bagi kami anak-anaknya…. Bangga menjadi Anak Pettaji Mama, dan cucu Pettaji
Zainab dan Pettaji Arib... Alfatihah untuk semuanya.... AMIN!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar