Ibrah Bagi Umat Jaman
NOW:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
Artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami”. (QS. Yunus: 92).
Kisah Kota Pompeii (Lihat: Sambungan)
Kisah Kota Pompeii (Lihat: Sambungan)
Kisah Kota Pompeii
RAIB kurang lebih dua millenium raib, Pompeii
secara tak sengaja ditemukan tahun 1748. Ketika itulah misteri hilangnya kota
Pompeii selama ribuan tahun akhirnya terbongkar. Bahkan lebih mengejutkan
adalah artefak yang ditemukan tidak hanya berupa tembikar dan barang kuno,
tetapi juga puluhan jasad dalam kondisi mengejutkan.
Ajaib! Jasad-jasad ditemukan dalam kondisi
utuh nyaris tanpa kerusakan. Kita bahkan bisa menyaksikan mimik wajah warga
Pompeii yang ketakutan saat menghadapi maut. Mayat-mayat dengan segala pose itu
mengeras, membatu dan diawetkan oleh abu. Seakan-akan Allah melindungi
jasad-jasad itu sebagaimana telah menyelamatkan jasad Firaun ribuan tahun
sebelumnya, untuk menjadi ibrah otentik bagi manusia yang datang belakangan. Benar
firman Allah:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
Artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami”.
Penemuan jasad-jasad yang telah menjadi batu ini
mengungkapkan karakteristik penduduk kota yang kaya raya pada waktu itu, Kota
itu juga ternyata melegalkan perzinaan. Bahkan bisa diyakini telah menjadi
surga bagi kaum homoseksual. Pompeii penuhi dengan lokasi perzinahan atau
prostitusi yang menyebar di segala penjuru kota. Oleh karena saking banyaknya
hingga susah membedakan tempat pelacuran umum dan kawasan rumah biasa.
Penduduk Pompeii pada saat itu dikatakan
mengamalkan kepercayaan ‘Mithra’ yang menyakini bahwa alat kelamin serta persetubuhan
tidak seharusnya dilakukan secara sembunyi tetapi harus dilakukan di tempat
terbuka. Tak heran jika Pompeii dijuluki ‘kota maksiat’. Oleh karena itu Allah
memberikan azab yang pedih pada kaum tersebut tanpa mereka perhitungkan.
Menurut ilmuwan dilansir Live Science,
sebelum kota ini hancur terkubur, penduduk di waktu itu tidak menggubris tanda-tanda
akan terjadinya letusan dashyat Gunung Vesuvius. Mereka tidak ambil pusing
dengan gempa kecil dan besar yang mengeringkan sumur dan sumber mata air
sebelumnya. Sementara anjing-anjing menggonggong sedih atas diamnya
burung-burung.
Wajah wajah Ketakutan, putus asa dan apa pun
yang mereka lakukan pada saat itu secara sempurna diawetkan dalam abu dan lava
yang mengeras. Hal ini menguntungkan para arkeolog karena mereka dapat melihat
hampir secara sempurna pula sejarah budaya kuno ini – jendela ke dalam
kehidupan orang-orang yang hidup pada waktu itu.
Perhatikan bagaimana tubuh tubuh abu mereka
menggambarkan usaha mereka yang berupaya mati-matian untuk menutup mulut
mereka, melindungi anak-anak mereka yang belum lahir, atau mencoba untuk
menjaga diri dari serangan puing-puing dan batuan vulkanik.
Para Dokter diketahui dari alat bedah yang
mereka genggam, “dominas”, atau wanita kaya, terlihat pada perhiasan mahal dan
pusaka yang mereka pakai, sedangkan budak ditemukan dengan cincin besi di
sekitar pergelangan kaki mereka. Item seperti ini memberi wawasan berharga bagi
arkeolog untuk menentukan milik siapakah tubuh tubuh yang pernah hidup
tersebut, dan sebagai apakah mereka ketika masih hidup.
Kisah Bangsa Sodom
HAL serupa juga Allah pernah perlakukan pada
bangsa Sodom beberapa abad sebelumnya. Tentu anda masih ingat kisah Nabi Luth
yang menghadapi kaumnya yang penuh maksiat di kota Sodom sampai akhirnya Allah
memusnahkan kota tersebut dengan bencana…
Seperti kota Pompeii yang diceritakan di atas,
di Kota Sodom juga masyarakatnya bebas melakukan maksiat tanpa batasan sampai
melakukan penyimpangan seksual dimana hampir seluruh kaum laki-lakinya hanya
tertarik kepada sesamanya dan begitu juga kaum wanitanya. Kedua jenis
kemungkaran ini begitu merajalela di dalam masyarakat sehingga hal tersebut
merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sodom.
Kelakuan para masyarakat Sodom ini diabadikan
di dalam Al-Qur’an:
أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ
الْعَالَمِينَ، وَتَذَرُونَ
مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ ۚبَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ.
Artinya: “Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di
antara manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu
untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas“. (QS. Asshuara: 165-166).
Berkali-kali nabi Luth menyerukan kepada
mereka untuk meninggalkan kebudayaan menyimpang mereka, namun karena sudah
terlanjur hancur moral masyarakat disana merekapun tidak mau mendengar
perkataan nabi Luth. Hanya sebagian kecil saja yang mau mengikuti ajaran nabi
Luth.
DEMIKIAN, dua kisah dari
dua kota legendaris di atas semoga dapat menjadi ibrah dan pelajaran bagi umat
jaman NOW!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar