Spiritualitas Gurutta Ambo Dalle Adalah “Ati Macinnong”
Oleh: Helmi Ali
Kata Budayawan D Zazawi Imron, dalam pidato
pengantar acara dialog Nasional yang selenggarakan Alumni Pesantren DDI Kaballangang
(25/5) lalu, spiritualitas - Almaghfuurulah – Gurutta Abdurrahman Ambo Dalle
dasarnya adalah 'ati macinnong' (hati yang jernih - red). Ati macinnong
yang membuat - Almaghfuurulah – bertindak secara total (menyebarkan ajaran dan
nilai-nilai agama, membangun DDI, mempersiapkan kader-kadernya, mendidik
murid-muridnya dan masyarakat) penuh dengan keihlasan, kerendahan hati, dan
kasih sayang.
Akkininnawa madeceng (prasangka baik - red) juga
memungkinkan beliau senantiasa berpikiran jernih. Maka, dengan Akkininnawa
macinnong itu, tidak ada ruang dalam hati dan benak - Almaghfuurulah – untuk
membenci, berpikiran buruk yang memungkinkan orang bertindak merugikan
masyarakat, memfitnah, dan sebagainya. Itulah spiritualisme Ulul albab, yang
merupakan sumber energy positif untuk berbuat dan bertindak. Itulah yang
membuat - Almaghfuurulah – besar. Itulah 'Api' yang seharusnya terus-menerus
menyala.
Maka pertanyaannya, kata Zawawi, apa kita hanya
mengambil abunya atau apinya al-maghfuurulah; kalau kita hanya mengambil
abunya, maka sesungguhnya almaghfuurulah telah meninggal ketika dikuburkan;
tetapi kalau kita mengambilnya apinya, maka sesungguhnya almaghfuurulah hidup
terus; hidup dalam dada kita , dalam hati kita, dalam diri kita. Ati macinnong
membangun Akal sehat, dan membangun karakter.
Lebih lanjut, Kiai Zawawi (setelah mengamati,
mempelajari dan merenungkan secara mendalam karya-karya Al-maghfuurulah Gurutta
Abdurrahman Ambodalle), menyimpulkan bahwa al-maghfuurulah telah mempertemukan
(di lain kesempatan dia menggunakan istilah 'sintesa') tradisi dengan
modernitas. Zawawi mengatakan “Gurutta adalah kombinasi sempurna antara tradisi
bugis dengan modernitas”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar