*Serial: 99 Inspirasi Dahsyat dari Perumpamaan-Live AlQuran (18) :
Saksi Mata Kebangkitan Dari Mati
By: Med Hatta
"Peristiwa rekonstruksi kebangkitan setelah mati 100 tahun itu, terjadi pada tahun keruntuhan negeri Yahudi. Bangsa Yahudi mulai membangun negeri sendiri setelah sebelumnya mereka berada di bawah kekuasaan Fir'aun di Mesir selama sekitar 400 Tahun, kemudian diperintah oleh 70 Dewan Senator dan Rabbi (pendeta Yahudi) sekitar 400 tahun juga. Selanjutnya, secara priodik berpindah-pindah kepada pemerintahan Thalout, Syamuel, Daud dan mencapai puncaknya pada pemerintahan King Sulaeman."
Allah Berfirman:
أَوْ كَٱلَّذِى مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْىِۦ هَٰذِهِ ٱللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ ٱللَّهُ مِا۟ئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُۥ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِا۟ئَةَ عَامٍ فَٱنظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَٱنظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِّلنَّاسِ ۖ وَٱنظُرْ إِلَى ٱلْعِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Terjemah Arti: "Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur? Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari. Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya, lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah, dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang). Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia, dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS: Al-Baqarah: 259).
Kehancuran Negeri Yahudi:
Peristiwa rekonstruksi kebangkitan setelah mati 100 tahun itu, terjadi pada tahun keruntuhan negeri Yahudi. Bangsa Yahudi mulai membangun negeri sendiri setelah sebelumnya mereka berada di bawah kekuasaan Fir'aun di Mesir selama sekitar 400 Tahun, kemudian diperintah oleh 70 Dewan Senator dan Rabbi (pendeta Yahudi) sekitar 400 tahun juga. Selanjutnya, secara priodik berpindah-pindah kepada pemerintahan Thalout, Syamuel, Daud dan mencapai puncaknya pada pemerintahan King Sulaeman.
Sulaeman adalah satu dari empat King of The King yang pernah ada di permukaan bumi setelah sebelumnya dikenal raja Namrud di Babilonia, Fira'un di Mesir dan Zulqarnain raja penjelajah dunia. Sulaeman juga merupakan seorang nabi dan rasul Allah ke-17 setelah ayahandanya Daud, Harun dan Musa dari keturunan Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim as.
Sebagaimana diketahui sejarah bahwa puncak kejayaan negeri Yahudi yaitu ketika pada pemerintahan nabi Sulaeman, dan selanjutnya melakukan invansi-invasi sampai wilayah kerajaannya meliputi Furat, Yaman, sebagian Rum dan berbatasan langsung dengan negeri Kerajaan Persia. Sejarah negeri Yahudi ini hampir sama dengan riwayat negeri Arab, yaitu ketika telah sampai pada puncak perluasannya ia harus berhadapan dengan pasukan Tatar, maka negerinya pun hancur oleh Tatar pada abad ke-6.
Itulah malapetaka terburuk yang pernah dirasakan oleh bangsa Yahudi dan negerinya yang telah dibangun berabad-abad lamanya itu hancur seketika dan diratakan dengan tanah oleh pasukan Tatar yang sangat bengis itu. Maka ayat kajian di atas datang memberikan potret live bagaimana suasana kehancuran negeri Yahudi itu. Allah berfirman:
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا
Terjemah Arti: "Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya";
Alquran tidak menyebutkan secara langsung nama negeri, dan sebagaimana tidak menjelaskan nama tokoh yang sedang melakukan perjalanan melewati negeri yang hancur itu.
Oleh karena itu, para pakar tafsir dunia berbeda pendapat: Apakah tokoh yang lewat itu seorang kafir, nabi atau orang shaleh (wali), jika bukan seorang kafir apakah mungkin dia itu adalah 'Uzair atau Armiya bahkan mungkin nabi Kheider? Begitu juga berbeda pendapat tentang nama negeri, apakah Baitul Maqdis atau negeri lain disekitarnya? Tidak ada dokumen yang dapat menjelaskan secara terang dan tidak ada pemerhati sejarah yang mencermatinya, kecuali beberapa cerita-cerita israiliyat (tidak valid).
Namun, yang sangat jelas adalah pemandangan yang sangat menprihatinkan, membuat perasaan pilu dan sedih hati yang dalam bagi siapa saja yang menyaksikannya, dimana pemandangan mayat bertebaran di mana-mana, runtuhan bencana, kosong, sunyi, sepi, ngeri dan semua peristiwa-peristiwa yang mencekam lainnya bersatu bahasa Alquran: "negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya". Sehingga membuat gemetar perasaan laki-laki yang melewati negeri yang baru ditimpa bencana kebiadaban manusia itu sendiri.
Menyaksikan pemandangan yang mengerikan di depan matanya, sang laki-laki bergeming sambil bergumam dalam hati tanpa sadar, dan ucapannya diabadikan di dalam AlQuran, Allah berfirman:
أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا
Terjemah Arti: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?":
Sesungguhnya, nampak sekali kalau laki-laki musafir tersebut adalah seorang yang sangat alim dan percaya terhadap ke Mahakuasaan Tuhan, akan tetapi pemandangan dari bencana mengerikan dan kematian yang mengekalkan terpajang langsung di depan matanya, membuat dia jadi sanksi: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?". Yaitu bagaimana membangkitkan dari kematian yang hancur parah ini?
Rekonstruksi Live Kebangkitan Dari Kematian:
Selanjutnya, terjadiah rekonstruksi live kebangkitan kembali manusia dan himarnya dari kematiannya yang telah berlangsung selama 100 tahun, Allah berfirman:
فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ
Terjemah Arti: "Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali";
Allah tidak sekedar menjawab pertanyaannya, tetapi memperlihatkannya langsung dan nyata di depan matanya. Karena untuk memberikan efek kepada perasaan terkadang harus dengan cara keras, mendalam dan kadang-kadang tidak masuk akal dan jiwa, serta adakalanya tidak mempan dengan kesaksian mata saja, tetapi memberikan efek kuat adalah dengan melalui eksprimen sendiri dan uji laboratorium terbuka langsung, yang memberikan dampak kepuasan pada jiwa dan hati, tanpa ada bahasa. Demikianlah yang terjadi pada laki-laki itu sekarang, dan ketika dibangkitkan, ia tanya:
قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ
Terjemah Arti: "Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari";
Setelah ditanya berapa lama ia tidur (mati), ia tidak tau karena perasaan dengan waktu tidak akan ada kecuali dalam keadaan hidup sadar. Dan perasaan manusia bukanlah ukuran yang valid untuk mengetahui hakikat ril, karena terkadang meleset dan menyesatkan, maka kadang-kadang melihat waktu yang telah berlangsung lama seperti kalau baru saja terjadi karena kondisi tertentu. Begitupula waktu yang sangat pendek atau singkat sekejap mata dirasakannya seperti telah berlangsung lama dan terus-menerus, karena berada pada kondisi tertentu juga. Oleh karena itu, Allah menegaskannya:
قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ
Terjemah Arti: "Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya";
Sesuai prinsip sebuah eksprimen pada umumnya, karena ini adalah uji coba praktek dan nyata maka haruslah ada sesuatu berupa jejak yang bisa ditelusuri menunjukkan peristiwa 100 tahun lalu, dan petunjuk itu tidak nampaknya pada bekal makanan dan minuman laki-laki itu, karena bekal perjalanannya itu tidak berubah warna, bentuk dan rasanya melaikan masih tetap seperti semuala, tidak basi serta mengalami pembusukan, sebagaimana digambarkan Alquran. Allah berfirman:
فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ
Terjemah Arti: "lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah";
Kata pakar tafsir dunia Al Mughniah (Tafsir Al Kasyif), redaksi Alquran "لَمْ يَتَسَنَّهْ" (yang belum lagi berubah), datang dalam bentuk tunggal bukan menunjukkan dua sesuatu, karena makanan dan minuman adalah terbilang satu jenis dari segi proses pembusukannya, dan arti "لَمْ يَتَسَنَّهْ" adalah tidak berubah sifat-sifatnya meski telah berlalu selama 100 tahun, bahkan ia tetap seperti semula sebelum pemiliknya mati sementara. Ini juga menunjukkan salah satu mukjizat ketuhanan, karena lazimnya makanan dan minuman adalah dua hal yang sangan cepat berubah dan rusak.
Penulis khawatir nanti ada spekulisi yang berusaha menerapkan makna Alquran kepada temuan teknologi modern, dan mengatakan bahwa makanan dan minuman itu disimpan di dalam Preser (lemari pendingin). Dengan demikian tanda-tanda zaman itu tidak nampak dari makanan dan minuman karena Allah memeliharanya dengan maksud yang Dia kehendaki, tetapi tanda-tanda zaman itu terdapat pada himar binatang tunggangannya. Allah berfirman:
وَانْظُرْ إِلَى حِمَارِكَ
Terjemah Arti: "dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang)";
Bagaimana keledai itu telah hancur menjadi tulang-belulang yang berserakan, sedangkan makanan dan minuman yang tersisa masih utuh tidak berubah dari aslinya, dan ini juga sebuah mukjiza dan menunjukan ke Mahaperkasaan Allah dalam menciptakan keluar biasaan. Karena pada lokasi dan tempat yang sama, serta temparatur yang sama pula, jika semua itu merupakan faktor-faktor berpengaruh, maka semestinya makanan dan minumun yang harus lebih cepat rusak daripada himar karena himar lebih kuat bertahan dari keduanya.
Maka matinya laki-laki dan tetapnya bentuk manakan dan minuman yang ditinggal selama 100 tahun adalah bukti nyata bahwa tidak ada sesuatu yang mustahil bagi Allah secara mutlak. Allah melakukan itu untuk menghilangkan keraguan yang ada di dalam hati sang lelaki, dan menepis rasa pasimis dia terhadap kekuasaan Allah menghidupkan kembali penduduk negeri. Dan yang paling penting adalah Allah ingin menjadikannya bukti nyata akan adanya "Hari Kebangkitan" kepada orang-orang yang mengetahui sejarahnya pada masanya. Maka inilah arti firman Allah:
وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ
Terjemah Arti: "Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia";
Kemudian peristiwa selanjutnya adalah atraksi dari rekonstruksi kebangkitan, Allah berfiman:
وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Terjemah Arti: "dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".
Laki-laki itu mengalami semua tahapan-tahapan itu, bahkan dirinya sendiri telah menjadi relawan dalam eksprimen tersebut, maka setelah selesai segala prosesi uji coba yang tidak meragukan itu, dan bagaimana mungkin dia bisa ragu pada sesuatu yang dia alami dan saksikan sendiri terjadi nyata dan depan matanya. Setidaknya laki-laki itu telah menyaksikan tiga mukjizat terjadi di depan matanya dalam satu waktu, yaitu:
- Pertama: Dia dibangkitkan kembali setelah mati selama 100 tahun;
- Kedua: Menghidupkan hamar/ keledainya secara bertahap dari tulang-belulang hingga dibungkus dengan daging dan menjadi himar seperti semula, dan semua itu disaksikan langsung di depan matanya;
- Ketiga: Tidak berubah sifat makanan dan minumannya dan tidak basi sebelum teknologi modern menemukan preser (lemari pendingin).
<<<===[17]•TERKAIT•[19]===>>> KAJIAN SELANJUTNYA : KAJIAN SEBELUMNYA : (51) Kiamat Sekejap Mata (50) Ten |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar