Islamic
Center; Peluang dan Tantangan Dakwah Islamiah
Oleh:
Rusdy Ambo Dalle[1]
Prolog
Islamic Center; tentu saja bukanlah produk
Negara-negara Islam, bahkan belum pernah dikenal dalam sejarah Islam
sebelumnya. Istilah ini justru muncul pertama kali di negara-negara barat,
disebabkan oleh keresahan umat muslim yang minoritas yang mengalami kesusahan
dalam beribadah dan bersilaturahmi dengan umat muslim lainnya. Karena mereka
tidak memiliki masjid di dekat tempat tinggal mereka. Akhirnya masyarakat
muslim minoritas dari beberapa daerah di luar negeri berkumpul mendirikan
Islamic Center yang menjadi pusat untuk menampung kegiatan shalat, ceramah
agama atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ke-Islaman.
Pencetusan Islamic
Center sebagai pusat umat Islam di luar negeri inilah yang kemudian diadopsi di
Indonesia. Di nusantara dan di mancanegara, Islamic Center memiliki beberapa
nama yang sejenis seperti; Center For Islamic Studies, Islamic Studies Center,
Islamic Cultural Center, Markaz Islamic Center, Religious organization. Masjid
Islamic Centre, Al-Markaz Al-Islami. Ada pula yang setelah lslamic Center
diikuti dengan nama tokoh Ulama Salaf, ada pula ulama Khalaf, ada pula nama
seseorang tersendiri, juga ada nama sebuah organisasi.
Secara garis besar
pengertian dasar Islamic Center bagi masyarakat Indonesia adalah: “Sebuah
lembaga keagamaan yang dalam fungsinya sebagai pusat pembinaan dan pengembangan
Agama Islam, yang berperan sebagai mimbar Pelaksanaan Dakwah dalam Era
Pembangunan”.
[1]
Oleh karena itu di
kompleks Islamic Center umumnya terdapat berbagai elemen bangunan dan badan
Islam. Yang paling vital adalah Masjid sebagai pusat segala aktivitas,
perpustakaan Islam dan umum, lembaga manajemen ZISWA (Zakat, Infak, Shadaqah,
dan Wakaf), dan gedung PUSDIKLAT (Pusat Pendidikan dan Latihan). Tak jarang
juga terdapat sekolah/madrasah dari tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
sampai dengan universitas, pondok pesantren, ruang serba guna, ruang audio
visual atau multimedia. Ada pula penerbitan, percetakan, studio rekaman,
audiovisual, rumah sakit dan klinik kesehatan, koperasi, kantin, laboratorium
komputer bahasa dan Alquran, auditorium, asrama, bimbingan manasik dan
sebagainya. Dengan kekayaan manajemen Islamic Center seperti ini maka sangat
layak menjadi pusat dakwah Islam modern.
Peluang
dan Tantangan Dakwah Islamiah
Peluang
dakwah Islam dalam kehidupan masyarakat di era globalisasi saat ini, sepanjang
pengamatan penulis setidaknya ada tiga sektor strategis yang patut menjadi
perhatian dakwah di dalam kehidupan modern di Indonesia, yaitu: Pertama,
sektor keilmuan dan teknologi, yaitu dengan berkembangnya semangat religiusitas
(keislaman di kampus-kampus dan pusat-pusat kajian ilmiah); kedua,
sektor politik kekuasaan dan birokrasi dengan tumbuhnya semangat religiusitas
dari pusat pemerintahan sampai ke desa-desa; dan ketiga, sektor
wirausaha dan industri dengan mulai banyaknya keterlibatan tokoh-tokoh
interpreneurship dan pelaku industri tingkat nasional dalam kegiatan dakwah dan
pemberian fasilitas dakwah di pusat-pusat kegiatan kerja mereka.
Jika
Islamic Center sebagai pelopor Dakwah Islam merintis akses kuat pada ketiga
sektor strategis tersebut maka akan mempunyai peluang besar dalam mengaktifkan
kegiatan dakwahnya di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, dan tentunya
sangat strategis karena dakwah tidak hanya bertujuan menanamkan doktrin dan
nilai-nilai Islam semata, tetapi juga banyak mengaktualisasikan doktrin dan
nilai-nilai keislaman itu sendiri ke dalam realisasi sosial, sehingga agama
tidak mutlak menjadi faktor normatif dalam realitas kehidupan, tetapi adalah
sebagai faktor penting yang relevan dan signifikan lainnya seperti
faktor-faktor motivatif, inovatif dan integratif. Dengan demikian dakwah secara
fungsional lebih berperan dalam proses tranformasi serta mempunyai pengaruh
yang lebih efektif dalam dinamika kehidupan.
Namun,
tentu setiap usaha yang dikembangkan dalam mencapai setiap tujuan pastilah
mendapat hambatan dan tantangan untuk mewujudkannya, apalagi melaksanakan
sebuah missi suci berupa dakwah atau seruan demi tegaknya hukum Tuhan di muka
bumi. Oleh sebab itu sebuah Islamic Center menjadi sangat penting untuk selalu
reaktualisasi dan revitalisasi dakwah khususnya pada saat ini dan masa datang
mengingat berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi. Beberapa tantangan
dakwah yang harus dicermati Media Center, seperti:
1.
Pertama,
masalah-masalah yang tumbuh di masayarakat semakin kompleks seperti krisis
moral di berbagai bidang kehidupan, kekerasan dalam bermacam-macam bentuk,
perilaku sosial yang semakin beraneka-ragam lepas atau semakin menjauh dari
nilai-nilai keagamaan, penindasan manusia atas manusia dalam beragam corak,
pengrusakan lingkungan dan alam kehidupan yang semakin semena-mena, dan
berbagai penyakit kehidupan lainnya dari yang terselubung hingga
terang-terangan. Itulah gambaran dari kehidupan yang anomali (penuh
penyimpangan) dan mengalami disorientasi (keterputusan nilai dan arah
kehidupan), sehingga manusia semakin menyerupai perilaku hewan yang buas tetapi
cerdik, bahkan dalam Alquran dikatakan ”bal hum adhallu”, malahan jauh
lebih ganas ketimbang binatang.
2. Kedua,
semakin berkembangnya berbagai pemikiran yang ekstrim atau radikal dari yang
cenderung radikal konservatif-fundamentalistik hingga radikal
liberal-sekularistik, yang menimbulkan pertentangan yang kian tajam dan hingga
batas tertentu kehilangan jangkar teologis dan moral yang kokoh dalam
menghadapi gelombang kehidupan modern yang dahsyat. Setiap radikalisme atau ekstrimitas
apapun bentuknya selalu melahirkan ketimpangan dan mengundang banyak benturan.
Ekstrim konservatif memang memberi peneguhan pada kemapanan beragama, tetapi
menjadi naif dan kehilangan kecerdasan dalam menghadapi kehidupan yang serba
kompleks. Esktrim liberal memberi horizon yang cerdas atau luas tetapi sering
kehilangan pijakan nilai dan moral yang kokoh sehingga memberi ruang pada
sekularisasi bahkan nihilisme kehidupan. Di sinilah pentingnya wawasan baru
pemikiran dan gerakan dakwah yang berdimensi pemurnian (purifikasi) sekaligus
pembaruan (tajdid, dinamisasi) yang harus semakin kaya (bergizi tinggi) tanpa
harus terseret pada polarisasi yang ekstrim.
3. Ketiga,
semakin berperan dan meluasnya para juru dakwah kontemporer di media massa
elektronik dan majelis-majelis taklim yang mempengaruhi ruang publik umat
sedemikian rupa. Kehadiran dakwah media-elektronik dan majelis-majelis taklim
maupun majelis-dzikir yang menguasai ruang publik umat dan masyarakat saat ini
seungguh merupakan fenomena baru yang berhasil menggeser peran-peran dakwah
konvensional yang selama ini dilakukan oleh Islamic Center dan ormas-ormas
Islam besar nasional sepert NU, Muhammadiyah, DDI, dan lainnya. Memang fenomena
dakwah kontemporer tersebut merupakan hal positif dan bahkan dapat dijadikan
kekuatan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Namun
di sisi lain juga memunculkan dampak berupa agama yang cenderung “instan”, tak
ubahnya obat generik yang sekadar memblok rasa sakit. Tetapi dakwah yang
seperti itu apapaun kekurangannya kini jauh lebih populer dan mengalahkan
model-model dakwah maupun sosok juru dakwah gaya lama. Di sinilah pentingnya
pembaruan model dakwah di tengah tuntutan pasar yang sedemikian dihinggapi
budaya populer tetapi harus bersifat mencerdaskan, mencerahkan, dan
membebaskan.
4. Keempat, semakin berperannya media massa baik cetak apalagi
elektronik dalam mempengaruhi, membentuk, dan mengubah orientasi hidup manusia
modern saat ini. Dengan kata lain media massa modern tersebut sebenarnya telah
menjelma menjadi ”organisasi dakwah” yang berwajah lain, sekaligus menjadi
pesaing tangguh Islamic Center yang selama ini berkiprah di belantara kehidupan
umat dan masyarakat. Pengaruh dan daya jelajah media massa bahkan sangat
spektakuler, sehingga dalam hitungan detik per detik dapat menjangkau setiap
relung kehidupan manusia di mana pun dan kapan pun tanpa harus permisi atau
minta izin. Televisi misalnya secara anarkhis atau bebas sebebas-bebasnya dapat
langsung mengunjungi balita, remaja, orangtua, dan sispapun tanpa harus ketuk
pintu. Hal itu sangat berbeda dengan kegiatan dan langkah Islamic Center yang
konvensional, yang datang ke rumah siapapun harus minta izin terlebih dulu.
Televisi bukan hanya dapat dengan sekejap membangkitkan orang untuk hidup, tetapi
pada saat yang sama dapat membunuh orang tanpa prosedur apapun. Di sinilah
kedahsyatan peran media massa modern, yang menjadi lawan tanding Islamic
Center, sekaligus sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai alat dakwah paling
canggih.
Penutup
Meski Islamic Center menghadapi
berbagai tantangan, seperti dikemukakan di atas, peluang bagi dakwah Islamiah jelas masih tetap besar. Situasi sosiologis
umat Islam Indonesia, yang setidak-tidaknya dalam dua dasawarsa terakhir
menemukan “new attachment”
kepada Islam merupakan modal yang sangat berharga bagi Islamic Center, dan lembaga-lembaga dakwah Islam umumnya.
Fenomena kemunculan Islamic Center, dan sejenisnya merefleksikan, bahwa dakwah Islam yang diperankan oleh Islamic Center tetap mendapat tempat yang semakin kuat.
Kini tinggal bagi Islamic Center untuk
memberdayakan dirinya untuk mampu benar-benar menjadi “media dakwah alternatif” yang memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif dalam menghadapi arus modernisasi dan globalisasi.
Sejalan dengan itu, Islamic Center tetap harus me-revitalisasi dakwah sebagai proses
penguatan kembali langkah-langkah dakwah baik yang bersifat kuantitas maupun
kualitas dalam seluruh aspek kehidupan menunju terwujudnya kehidupan yang
Islami. Peningkatan intensitas (kuantitas) dan kualitas dakwah yang
semakin tinggi dan maju, diharapkan agar dakwah benar-benar berpengaruh
langsung dalam membentuk kehidupan masyarakat yang Islami. Dengan kehidupan
masyarakat yang Islami maka akan terbentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Islamic Center harus yakin bahwa dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar