Serial Tafsir Ayat-ayat Haji dan
Umrah (03/20)
Menyambut Hari Raya Qurban 1433 H/ 2012 M.
Menyambut Hari Raya Qurban 1433 H/ 2012 M.
“الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا”
(Baitullah Tujuan Manusia dan Tempat Yang Aman)
Oleh: Med HATTA
Mukaddimah:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي بنعمته تتم
الصالحات، وبعد!
Tanah Haram Di Dunia:
Makkah al-Mukaramh adalah satu-satunya tanah haram yang diletakkan Allah di
pemukaan bumi, negeri yang telah di agungkan oleh Allah SWT dan diberinya
berbagai keutamaan dan keistimewaan. Di antara keutamaan dan keistimewaan itu
adalah dijadikannya tempat tujuan yang selalu dirindukan oleh setiap jiwa
manusia pada setiap saat di mana ada kesempatan, sebagaimana pada ayat kajian
di atas, yang akan kita jelaskan nanti di sini.
Orang-orang yang datang mengunjungi kota suci ini dari berbagai belahan
bumi untuk menunaikan haji dan umrah, selalu merasa berat untuk meninggalkannya.
Dan mereka berjanji akan datang mengunjunginya lagi dan lagi, seakan-akan
manusia tidak pernah bosan menziarahinya dan selalu dirindukan oleh setiap
jiwa. Kenyataan yang unik ini telah ditegaskan oleh Allah SWT di dalam al-Quran.
Allah berfirman:
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ (١٢٥) وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (١٢٦) وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (١٢٧) رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (١٢٨) رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (١٢٩) وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ (١٣٠)
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan “Baitullah” itu rumah tujuan (tempat berkumpul) bagi manusia dan tempat yang aman. Dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat, dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, i'tikaf, ruku' dan yang sujud”; Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat Kembali”; Dan (ingatlah), ketika Ibrahim membangun pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui; Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang; Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Quran) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”; Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh”. (QS: 02: 124-130)
Baitullah Rumah Tambatan Hati Manusia:
Allah berfirman:
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan “Baitullah” itu rumah tujuan (tempat berkumpul) bagi manusia dan tempat yang aman.”
Kalimat “Matsabatan” (tujuan atau tempat berkupul) pada ayat, yaitu:
Allah SWT telah sengaja menjadikan Baitullah itu “rumah tambatan hati”
manusia, datang dan pergi setiap saat, setiap waktu kapan ada kesempatan,
seakan-akan manausia tidak pernah bosan mengunjunginya. Ini isyarat keterikatan
erat antara hati manusia dengan Baitullah al-Haram, maka setiap kali ingin
berpisah pasti berjanji akan mengunjunginya lagi.
Rumah inilah satu-satunya - sekarang - yang mampu mempersatukan seluruh
umat Islam dari berbagai penjuru dunia, di sanalah bisa berkumpul berbagai
warna kulit, suku, ras, etnik yang berbeda-beda, golongan dan aliran-aliran yang
bertentangan, dan bahkan mengumpulkan antara kelompok dan bangsa-bangsa yang
bertekai, mereka semuanya berkumpul dalam satu waktu, satu tempat dan satu tujuan.
Maka tidak berlebihan kalau dikatakan, bahwa Ka’bah inilah satu-satunya media
– saat ini – yang masih menyisakan pesona untuk kesatuan dan persatuan umat Islam
dunia dalam keadaan bagaimana pun, terlepas dari semua perbedaan suku, bangsa
dan kulitnya.
Konfrensi akbar tahunan, yang melibatkan jutaan manusia dari berbagai
pelosok dunia yang mendapatkan undangan dari Allah SWT, seperti yang
sedang diselenggarakan saat ini, dengan berbagai pengorbanan materil dan moril,
cukup memberikan kesaksian betapa erat tambatan jiwa umat Islam dan
kecintaannya kepada rumah suci yang penuh berkah ini. Maka benar firman Allah: “Dan
(ingatlah), ketika Kami menjadikan “Baitullah” itu rumah tujuan (tempat
berkumpul) bagi manusia dan tempat yang aman....”
Adalah nabi Muhammad SAW, meskipun Allah SWT telah membukakan baginya
Madinah al-Munawwarah, dan menyebarkan da’wah Islam dengan luas keberbagai
pelosok Jazirah Arab saat itu, namun tetap saja matanya selalu tertuju ke
Baitullah, persis ketergantunganya sebelumnya ke kota Makkah. Ketergantungan
dan kecintaan nabi SAW ini tercermin saat Beliau pertama kali ingin
meninggalkan rumahnya pada suatu subuh yang gelap saat hijrah bersama Abu Bakar.
Nabi Muhammad SAW sebelum melanjutkan perjalanannya ke Madinah, Beliau
berhenti sejenak dan kembali menengok ke Kota Makkah seraya berucap dalam
sabdanya: “Demi Allah, kamu (Makkah) negeri Allah yang paling aku cintai, dan
kamu sangat berarti bagiku, kalau saja pendudukmu tidak mengusirku maka aku
tidak akan pernah meninggalkanmu”.
Perpisahan yang hara biru inipun sampai menggetarkan langit, sehingga Allah
SWT menghibur Beliau dalam sebuah janji suci yang tegas, Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ
Artinya: “Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) al-Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (Makkah)” (QS: 28: 85).
Terbukti kemudian setelah da’wah Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat
di Madinah al-Munawwarah, Allah SWT membukakan kembali tanah suci Makkah kepada
nabi SAW, sehingga Beliau masukinya dengan damai bersama rombongan yang sangat
besar dari kaum muslimin.
Hari yang monumentum tersebut dikenal kemudian dalam sejarah Islam sebagai “Yaumul
Fathu” (Hari Pembebasan Kota Makkah) dari kemusyrikan dan kezaliman,
setelah sebelumnya mengadakan perundingan maraton yang berjalan sangat alot
bersama kaum musyikin Makkah di lembah “Hudaibiyah”, yang dimenangkan oleh
pihak muslimin.
Nabi Muhammad SAW bersama pengikutnya memasuki tanah haram dengan suka duka penuh
haru, dan rombonga beliau pun langsung melakukan tawaf di Baitullah dan
menghancurkan semua patung dan berhala-berhala yang berada di sekitarnya. Lalu
nabi SAW memerintahkan kepada Sayyinina Ali bin Abu Thalib ra membacakan “Dekrit
Hudaibiyah” yang terkenal itu: “Mulai hari ini tidak diperkenkan lagi
melaksanakan haji bagi orang-orang musyrik, dan tidak diperbolehkan melakukan
tawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang”.
Maka dari sinilah mulai diperkenalkan pakaian ihram (kain tidak berjahit),
yang hingga kini menjadi simbol bagi kaum muslimin (khususnya laki-laki) untuk
melakukan umrah dan haji di Baitullah.
Anda bertanya: Apa rahasia dibalik keterikatan dan kecintaan manusia (khususnya umat Islam) kepada Baitullah?; Secara psikologis, rahasia keterikatan dan rasa cinta yang sangat untik kepada Baitullah ini, sungguh sangat sulit dijelaskan dengan kalimat, kalau penulis tidak mengatakan TIDAK mungkin, karena itu adalah taqdir Allah yang sangat sekret ditambatkan ke dalam hati semua orang mu'min dari sejak azali.
Tetapi berdasarkan dengan fakta matematis dan naluri kemanusian, setelah melihat dari berbagai fenomena dan gejala-gejalanya, penulis
bisa menyimpulkan beberapa hal dasar, yang menjadi penyebab adanya keterikatan itu, dan tentu saja tidak semuanya karena banyak sekali, sebagai berikut:
- PERTAMA: Memenuhi panggilan nurani dan merespon seruan ke-Tuhan-an, Allah berfirman: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,” (QS: 22: 27);
- KEDUA: Respon Allah SWT kepada permohonan Ibrahim as: “Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka” (QS: 14: 37);
- KETIGA: Allah SWT telah mengistimewakan Baitullah dengan beberapa simbol ibadah tertentu yang menjadikannya lebih dihormati dari negeri-negeri lainnya, seperti: Haji, umrah, tawaf, mencium hajar aswad atau menyalaminya.
- KEEMPAT: Jenis ibadah-ibadah ketaatan yang dilakukan di Baitullah menjanjikan pahala yang sangat besar dan berkali-kali lipat, misalnya:
- Balasan surga untuk haji mabrur, nabi bersabda: “Haji mabrur tiada lain balasannya kecuali surga”. (Lihat: Shahihain);
- Pembebasan total dari dosa-dosa dengan melakukan berbagai ritual ibadah di Baitullah seperti haji dan umrah, nabi bersabda: “Barangsiapa menunaikan haji di Baitullah ini, dan tidak rafats dan tidak fasik, maka ia akan kembali laksana bayi baru dilahirkan dari ibunya”(Lihat: Shahihain);
- Mendapatkan pahala membebaskan seorang budak dengan melakukan tawaf, nabi bersabda: “Barangsiapa melaksanakan tawaf di Baitullah selama seminggu, maka dihitung seperti membebaskan seorang budak” (Lihat: Sunan at-Tirmizi);
- Meraih pahala 100.000 kali shalat berbanding hanya satu kali shalat saja di Masjidil Haram, nabi bersabda: “Satu shalat dilakukan di masjidku ini lebih utama dari 1000 shalat di Masjid lain kecuali di Masjidul Haram, dan satu shalat yang dilakukan di Masjidil Haram lebih utama dari melakukan 100.000 kali shalat di tempat lain”. Maka berdasarkan riwayat ini dapat dikalkulasikan seperti: Sekali saja shalat di Masjidil Haram sebanding dan lebih utama jika seseorang melaksanakan shalat selama (55 Tahun + 6 Bulan + 20 Malam), atau sehari semalam shalat (lima waktu) di Masjidil Haram, maka sebanding dan lebih mulia dari orang shalat selama (270 Tahun + 7 Bulan + 10 Malam);
- Mendapatkan kesaksian Hajar Aswad di hari kiamat bagi siapa yang pernah menyalaminya, nabi bersabda: “Kelak di hari kiamat Hajar Aswad ini akan datang mempunyai dua mata dan bibir, ia akan memberikan kesaksian dihadapan Allah kepada siapa saja yang pernah menyalaminya dengan tulus”. (Lihat: Sunan Ibn Majah).
- KELIMA: Meningkatkan devisa pendapatan negara dan kelapangan hidup bagi masyarakat sekitar Baitullah, Allah berfirman mengisahkan do’a Ibrahim: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari berbagai penghasilan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS: 02: 126);
- KEENAM: Membebaska dari kemiskinan dan kefakiran bagi orang yang mengikutkan haji bersama umrah. (Lihat: Kitab-kitab Sunan).
Itulah beberapa keistimewaan dan masih banyak lagi yang lain, menjadi
penyebab sekaligus sebagai faktor-faktor utama yang menstimulus orang-orang
sehingga terpaut hatinya ke Baitullah, dan merindukan untuk menziarahinya
setiap saat.
Tanah Haram Zona Teraman Di Dunia:
Allah berfirman:
مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا
Artinya: “rumah tujuan (tempat berkumpul) bagi manusia dan tempat yang aman....”
Islam merupakan ajaran yang pertama kali memperkenalkan zona aman tertentu
di dunia dengan segala pengertian keamanan, yaitu “Tanah Haram Makkah”, tidak
ada satu pun ajaran, budaya, ataupun peradaban di dunia yang memiliki konsep zona
aman selevel dengan tanah haram, kecuali hanya Islam. Dan yang meletakkan dan
menjaga zona aman ini adalah Allah SWT, Tuhan yang maha perkasa, pencipta alam
semesta, banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang menegaskan keterangan ini,
penulis hanya ingin menyebutkan di sini sebahagian saja. Allah berfirman:
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ (٦٧)
Artinya: “dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?” (QS: 29: 67).
أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ (٥٧)
Artinya: “dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS: 28: 57).
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (٣) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (٤)
Artinya: “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah); yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan” (QS: 106: 3-4).
Adalah pada jaman dahulu kala, manusia saling berperang dan tidak tercipta
keamanan satu sama lain di antara mereka, maka Allah mengutus kepada mereka di
bumi seorang khalifah; Yang mengatur ketenteraman masyarakat; melaksakan
hukuman bagi pelaku kejahatan, sehingga dapat merubah prilaku buruk mereka
seperti dengki, dendam dan saling berperang. Dan menyebarkan keadilan kejalan
yang di ridhai Allah SWT.
Selain itu Allah juga menciptakan zona haram tertentu kepada mereka, maka
mereka pun menghormati zona haram itu di dalam hati masing-masing, dan mereka menghindarkan
segala bentuk pertikaian di sekitar al-Haram tersebut. Maka keamanan mutlak pun
diperoleh oleh setiap orang memasuki Baitulharam, sehingga imam Abu Hanifah ra
menfatwakan: Apabila seseorang masuk mengambil perlindungan di sekitar zona
Baitulharam, tidak akan dikenakan hukum pidana pencurian dan pidana zina...
Wallahua’lam!
Materi Sebelumnya:
Materi Yang Berhubungan:
- Pengantar Umum Tafsir Ayat-Ayat Hukum Jinayat (Kriminal)
- Pidana Menuduh Wanita Baik-baikBerzina
- Pidana Berbuat Zina
- Pengantar Umum Tafsir ayat-Ayat Ahkam (Ibadah)
- Tafsir Ayat-Ayat Ahkam 02 (At-Thaharah)
- Tafsir Ayat-Ayat Ahkam (Hukum Shalat Lima Waktu)
- Tafsir Ayat-Ayat Ahkam (Zakat)
- Tafsir Ayat-Ayat Ahkam (HukumPuasa)
- Tafsir Ayat-Ayat Ahkam (Haji)
- Perkembangan Tafsir Di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar