Dialog Bersama DR. Driss Khalifa
Oleh: Med HATTA
Semua pemerhati budaya beragama di Maroko mengakui keterkaitan erat antara masyarakat Maroko dan aqidah Asy’ariyah. Hubungan emosial ini telah berjalan sekitar 10 abad lalu, dan telah menjadi ciri khas bangsa ini. Aqidah Asy’ariyah juga telah mengambil peranan penting dalam kemajuan negeri Alaouiyinne ini dari berbagai bidang, seperti: Sejarah, sosial dan politik.
Dan Aqidah Asy’ariyah merupakan label agama dan budaya yang sangat kental serta menjadi identitas beragama di Maroko. Kenyataan ini telah diungkapkan dengan indah oleh seorang penyair terkenal: Abdelouahid Ibn Achir (w. 1040 H), bersenandung melantunkan:
Dan Aqidah Asy’ariyah merupakan label agama dan budaya yang sangat kental serta menjadi identitas beragama di Maroko. Kenyataan ini telah diungkapkan dengan indah oleh seorang penyair terkenal: Abdelouahid Ibn Achir (w. 1040 H), bersenandung melantunkan:
في عقد الأشعري وفقه مالك *** وفي طريقة الجنيد السالك
Artinya kurang lebih: “Aqidahnya Asy’ariyah, fiqhinya imam Malik dan tarekatnnya mengikuti Al Junaid”.Para tokoh alim-ulama Maroko semenjak abad ke-5 hijriyah lalu, telah melihat suatu relefansi yang sangat istimewa dan toleransi yang dalam pada Aqidah Asy’ariyah. Dan menyokong perjuangan besar yang dipelopori oleh Abu Al Hassan Al Asy’ari dalam mengembalikan pokok-pokok aqidah Ahlussunnah dan Ahlussalaf kepada sumber aslinya yang benar, dan kepada sendi-sendi imania yang lurus.
Kemudian para tokoh alim-ulama ini sepakat menetapkan bahwa: “Aqidah Asy’ariyah adalah juga merupakan aqidah Ahlussunnah wal-Jama’ah”. Dan kemudian budaya ini berlangsung terus hingga saat sekarang ini.
Nah, apa rahasia membuat orang Maroko berpegang teguh pada Aqidah ini sampai sekarang? Dan apa daya tarik menjadi kekuatan pokok aqidah ini sehingga mampu berkembang dan berkesinambungan? Untuk menjawab semua pertanyaan ini dan lainnya, Site: Arrabita Al Mohammadia lil-Ulama membuka kesempatan berdialog langsung dengan Prof. DR. Driss Khalifa, Amied Kulliyah Usuluddin dan Anggota tetap Almajlis Alilmi Alaala, dan salah seorang fakar di bidang ini.
Kemudian para tokoh alim-ulama ini sepakat menetapkan bahwa: “Aqidah Asy’ariyah adalah juga merupakan aqidah Ahlussunnah wal-Jama’ah”. Dan kemudian budaya ini berlangsung terus hingga saat sekarang ini.
Nah, apa rahasia membuat orang Maroko berpegang teguh pada Aqidah ini sampai sekarang? Dan apa daya tarik menjadi kekuatan pokok aqidah ini sehingga mampu berkembang dan berkesinambungan? Untuk menjawab semua pertanyaan ini dan lainnya, Site: Arrabita Al Mohammadia lil-Ulama membuka kesempatan berdialog langsung dengan Prof. DR. Driss Khalifa, Amied Kulliyah Usuluddin dan Anggota tetap Almajlis Alilmi Alaala, dan salah seorang fakar di bidang ini.
*****
Pada kesempatan dialog perdananya, Prof. DR. Driss Khalifa mengambil tema: Bagaimana membaca ulang aqidah Asy’ariyah? Dan menegaskan bahwa keluar dari Mazhab Imam Malik dan Aqidah Asy’ariyah berarti keluar dari ijma’ umat…
Prof. DR. Driss Khalifa, Amied Kulliyah Usuluddin, Univ. Karaouiyinne - Tetouan, mengajak untuk kembali membaca ulang aqidah Asy’ariyah dari sumber aslinya, khususnya kitab karya Abu Zaid Al Kairaouani dan kitab-kitab setara lainnya. Serta menuliskan kembali pokok-pokok aqidah ini dengan subjektif dan jauh dari unsur-unsur diskriminatif seperti yang berkembang pada era abad pertengahan.
DR. Khalifa mengatakan bahwa Hubungan emosional Maroko dengan aqidah Asy’ariyah sangat jelas dan merupakan materi pokok pendidikan di Univ. Karaouiyinne dan Jamie Karaouiyinne. Maroko pada umumnya berpegang teguh pada ajaran aqidah ini, sehingga tiada seorang Maroko-pun mengatakan tentang Al Qur’an makhluk…
Dan bangsa Maroko umumnya mempercayai semua sifat-sifat wajib bagi Allah dan mensucikan Allah dari segala sifat-sifat menyerupai makhluk… Maroko semuanya tidak menghukum kafir bagi pembuat dosa besar… Orang Maroko semuanya mencitai shahabat dan tidak membeda-bedakannya satu sama lain. Dan semuanya sepakat bahwa kesempurnaan iman adalah dengan mengerjakan amal shaleh…
Menjawab pertanyaan salah seorang peserta, DR. Khalifa menegaskan bahwa seorang Maroko menganut mazhab selain Maliki dan beraqidah bukan Asy’ariyah, akan memunculkan musykil tertentu, apalagi kalau yang bersangkutan seorang berpendidikan dan mengerti hukum. Karena orang berpendidikan pasti mengetahui sejarah mazhab-mazhab fiqhi yang ada dan mengenal mazhab Malik dan segala kelebihannya. Serta membaca aqidah Asy’ariyah dengan segala keistimewaannya.
Dalam kaitan ini DR. Khalifa mengisyaratkan bahwa keluar dari mazhab Maliki dan aqidah Asy’ariyah berarti keluar dari ijma’ umat. Dan akan menimbulkan pertentangan mazhab dan mengacaukan urusan fiqhi dan fatwa.
Selain itu, anggota tetap Almajlis Alilmi Alaala, dalam kesempatan ini mengatakan bahwa Maroko saat sekarang ini melalui masa-masa yang paling penting dalam sejarahnya, dia sedang menegaskan jati dirinya dan mempertegas eksestensi, serta mengangkat harkatnya.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, DR. Khalifa mengecam jauhnya ulama Maroko dari umat, dan jauh dari problematika masyarakat. Serta menunjukkan betapa banyak ulama Maroko tidak menguasai sarana modern seperti computer dan Internet dan tidak memamfaatkannya, sebagian besar mereka menyampaikan materi pelajarannya dengan metode klasik.
Dengan demikian – menurut DR. Khalifa – membuat hilangnya ulama dari peredaran pada saat umat sangat membutuhkannya. Dan pada saat maraknya pelanggaran aqidah dan akhlak yang selanjutnya mengarah kepada pelecehan syariat Islam..
Pada akhirnya DR. Khalifa mengajak untuk merevolusi metodelogi da’wah dan mengingatkan ulama pada kewajibannya serta memperkenalkannya dengan sarana-sarana modern yang mengkhidmat pada masyarakat.
Prof. DR. Driss Khalifa, Amied Kulliyah Usuluddin, Univ. Karaouiyinne - Tetouan, mengajak untuk kembali membaca ulang aqidah Asy’ariyah dari sumber aslinya, khususnya kitab karya Abu Zaid Al Kairaouani dan kitab-kitab setara lainnya. Serta menuliskan kembali pokok-pokok aqidah ini dengan subjektif dan jauh dari unsur-unsur diskriminatif seperti yang berkembang pada era abad pertengahan.
DR. Khalifa mengatakan bahwa Hubungan emosional Maroko dengan aqidah Asy’ariyah sangat jelas dan merupakan materi pokok pendidikan di Univ. Karaouiyinne dan Jamie Karaouiyinne. Maroko pada umumnya berpegang teguh pada ajaran aqidah ini, sehingga tiada seorang Maroko-pun mengatakan tentang Al Qur’an makhluk…
Dan bangsa Maroko umumnya mempercayai semua sifat-sifat wajib bagi Allah dan mensucikan Allah dari segala sifat-sifat menyerupai makhluk… Maroko semuanya tidak menghukum kafir bagi pembuat dosa besar… Orang Maroko semuanya mencitai shahabat dan tidak membeda-bedakannya satu sama lain. Dan semuanya sepakat bahwa kesempurnaan iman adalah dengan mengerjakan amal shaleh…
Menjawab pertanyaan salah seorang peserta, DR. Khalifa menegaskan bahwa seorang Maroko menganut mazhab selain Maliki dan beraqidah bukan Asy’ariyah, akan memunculkan musykil tertentu, apalagi kalau yang bersangkutan seorang berpendidikan dan mengerti hukum. Karena orang berpendidikan pasti mengetahui sejarah mazhab-mazhab fiqhi yang ada dan mengenal mazhab Malik dan segala kelebihannya. Serta membaca aqidah Asy’ariyah dengan segala keistimewaannya.
Dalam kaitan ini DR. Khalifa mengisyaratkan bahwa keluar dari mazhab Maliki dan aqidah Asy’ariyah berarti keluar dari ijma’ umat. Dan akan menimbulkan pertentangan mazhab dan mengacaukan urusan fiqhi dan fatwa.
Selain itu, anggota tetap Almajlis Alilmi Alaala, dalam kesempatan ini mengatakan bahwa Maroko saat sekarang ini melalui masa-masa yang paling penting dalam sejarahnya, dia sedang menegaskan jati dirinya dan mempertegas eksestensi, serta mengangkat harkatnya.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, DR. Khalifa mengecam jauhnya ulama Maroko dari umat, dan jauh dari problematika masyarakat. Serta menunjukkan betapa banyak ulama Maroko tidak menguasai sarana modern seperti computer dan Internet dan tidak memamfaatkannya, sebagian besar mereka menyampaikan materi pelajarannya dengan metode klasik.
Dengan demikian – menurut DR. Khalifa – membuat hilangnya ulama dari peredaran pada saat umat sangat membutuhkannya. Dan pada saat maraknya pelanggaran aqidah dan akhlak yang selanjutnya mengarah kepada pelecehan syariat Islam..
Pada akhirnya DR. Khalifa mengajak untuk merevolusi metodelogi da’wah dan mengingatkan ulama pada kewajibannya serta memperkenalkannya dengan sarana-sarana modern yang mengkhidmat pada masyarakat.
Artikel yang berhubungan:
- Sendi-Sendi Kebudayaan Islam II
- Sendi-Sendi Kebudayaan Islam I
- Maulid Nabi: Kelahiran Peradaban Baru
- Memperingati 14 Abad Lahirnya Peradaban Baru Dunia Modern
- Memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW
- Restorasi Dakwah Islam Bangsa-Bangsa Melayu II
- Sejarah Singkat Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
- Sejarah Masuk dan Perkembangan Aqidah Asy'ariyah di Maroko
- Maroko dan Aqidah Asy'ariyah
- Mengenang 534 Tahun Jatuhnya Grenada Andalousia
- Al-Karaouiyinne Universitas Tertua di Dunia
- Tokoh Cendekiawan Muslim Andalusia
- Internet Media Dakwah Islam Kontenporer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar