Prof. Hamka Haq Mengenang Gurutta Rusdy Ambo Dalle
Assalamu alaikum war.wab. Maaf dan salam hormat saya
sampaikan kepad segenap warga DDI di manapun berada. Baru saat ini saya sempat
menulis komen soal wafatnya kakanda Dr.Ali Rusdi Ambo Dalle. Mungkin karena
saya agak sulit menyadari untuk segera menerima kenyataan takdir Tuhan akan
kepergian kakanda tercinta Rusdi AD yang berlangsung begitu mendadak. Terus
terang saya mengalami sedikit stres bercampur kebingungan, bimbang antara
desakan keinginan menghadiri pemakaman beliau di Pare-Pare, dan posisi sulit
saya yang sedang berada di Kotawaringin Kalimantan Tengah, yang tidak
memungkinkan saya untuk berburu waktu menuju Makassar dan terus ke Pare-Pare.
Maka saya berusaha menenangkan perasaan menerima kenyataan, merelakan beliau
pergi tanpa sempat menyaksikan pemakamannya.
Sebenarnya semalam sebelum menerima berita meninggalnya kak
Raudi, saya mengalami sesuatu yang mungkin itu sebagai isyarat, tetapi saya
tidak memahami isyarat apa gerangan ini. Di malam itu, badan saya lemas sekujur
tubuh, perasaan resah, tidur tidak nyenyak gelisah tidak menentu. Tidak pernah
mengalami keadaan seperti itu sebelumnya. Usai sholat Subuh saya kembali
merebahkan diri untuk menenangkan perasaan. Saat saya bangun kembali, dan
mengaktifkan HP, SMS pertama yang saya baca adalah: Inna lillahi wa inna ilaihi
rojiun, AG Dr. H.Ali Rusdi Ambo Dalle telah berpulang ke rahmtullah Kamis, 21
Januari 2016. Usai membacanya, respon saya biasa-biasa saja, seolah tidak
terjadi apa-apa. Beberapa saat kemudian baru perasaan berubah drastis, mencapai
puncak kesedihan yang mendalam, tak dapat saya ungkapkan kecuali dengan sebuah
kata: "bersedih".
Masih saja terbayang wajahnya dalam mimpi dengan jas warna
krem yang dipakainya ketika saya menemani beraudiensi dgn Wapres Jusuf Kalla 6
Januari 2016. Sederhana sekali, beliau hanya naik taksi, dan ketika saya
mengantarnya pulang, dia minta didrop saja di Jl. Thamrin dekat Sarinah,
katanya biar dek Hamka bisa cepat cepat ke Senayan lagi. Sesudah itu komunikasi
selalu ada sampai saya menghadiri Rakernas DDI di Sudiang Makassar tgl 16
Januari. Di arena Rakernas, saya diajak ke kamarnya, dan sempat sholat zhuhur
di sana. Karena sajadah entah di mana, dia pun langsung menghamparkan sarung
sholatnya di depan saya, katanya ini sajadahnya sambil ketawa kecil hehe khas
beliau.
Saya juga diminta untuk bicara 15 menit di depan peserta
Rakernas soal issu-issu aktual nasional dan pengembangan DDI ke depan. Tapi
sebelum itu, ada acara khusus Pendahuluan yakni pernyataan lisan dari dua
pimpinan DDI, Dr.H.Ali Rusdi Ambo Dalle dan Prof. K.H. Farid Wadjdy, MA,
mendeklarasikan penyatuan DDI setelah terpisah selama 17 tahun. Usai deklarasi
mereka siap-siap turun dari panggung, tapi dengan cepat saya bangkit dari kursi
meminta mereka berjabat tangan dulu disaksikan oleh hadirin peserta Rakernas.
Saya dan bebetapa peserta sempat mengabadikan dgn kamera HP.
Ketika saya pamit ke Bandra menuju Surabaya, adinda Halim
Ambo Dalle menyodorkan ke saya berkas usulan RUSUNAWA untuk diteruskn ke
Menteri PU, tapi tiba-tiba dicegah oleh kak Rausdi, Katanya, akan dilengkapi
dan nanti dia sendiri yang akan menyerahkannya ke saya sekembali ke Jakarta.
Namun tidak lagi sempat bertemu sebab saya keburu ke Kalimantan Tengah tanggal
20 Januari untuk tugas Legislatif dan tugas Partai. Hingga sekarang saya masih
di Kotawaringin Kalteng. Dari Kotawaringin saya ucapkan Selamat Jalan Kanda Ali
Rusdi Ambo Dalle, Allah SWT lebih mencintaimu melebihi cinta warga DDI yang
engkau tinggalkan. Engkau dipanggil segera oleh Allah SWT, mungkin karena Allah
ingin engkau tetap bersih, dan penyatuan DDI yang engkau lakukan tidak ternodai
semasa hidupmu. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar