Imam Besar Untuk Masjid Besar
By: Med Hatta
Saya biasanya tidak suka membuat tulisan yang pendek-pendek, tetapi kali
ini saya ingin tulisan ini terurai seringan mungkin, singkat, dan mudah
dipahami – lahir dan batinnya – oleh semua kalangan.
Langsung! Adalah Gurutta Ambo Dalle seperti juga Tokoh nabi Muhammad SAW
yang diteladaninya dengan sepenuh jiwa dan raganya, tidak menunjuk siapa yang
akan menggantikan posisinya setelah ia meninggal. Terdapat asumsi bahwa Gurutta
tidak menunjuk siapa yang menggantikannya karena seluruh ilmunya telah
ditransfer kepada kader-kader mudanya (Baca: Passelle Pasau).
Bercermin dari “siirah” ke-khalifah-an setelah Rasullulah SAW
wafat, mulai dari Khalifa Abu Bakar, Umar, Utsman hingga ke Khalifa Ali Bin Abi
Thalib, yang telah dicatat dan selalu diapresiasi, bahwa walaupun telah terjadi
berbagai insiden – kecil dan besar – dalam perebutan menuju tampuk kekuasaan
dan pertentangan antar kubu, namun para khalifa itu telah mampu membangun
sebuah imperium Islam yang solid dan disegani oleh imperium lainnya, yang
dicatat dalam sejarah sebagai masa keemasan Islam. Bahkan para khalifa telah
mampu mengekspansi Islam bukan saja terbatas di Jazirah Arabiah akan tetapi
menerobos hingga ke benua Afrika, Eropa dan Asia dalam tempo waktu 30 tahun
yang didasarkan atas semangat ke-Islaman.
Perjuangan para Khalifa untuk mengembalikan semangat ummat Islam
sebagaimana ketika rasulullah SAW masih hidup, menjadi sebuah prioritas utama
bagi setiap khalifa dalam menjalankan fungsinya. Konsekwensinya, para Khalifa
komitmen menghayati dan mengamalkan seluruh praktek yang telah dijalankan oleh
rasulullah SAW selama hidupnya baik itu qauli, fi’li dan taqriri
dalam menyelesaikan seluruh masalah yang dihadapi kaum muslimin. Lebih dari
itu, para Khalifa telah mengorbankan harta dan jiwanya dalam rangka
melestarikan ajaran rasulullah SAW dan menjadi suri teladan bagi kaum muslimin
kala itu. Karena itu, rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya bersabda “Alaiukum
bisunnati wasunatu khulafaurrasyidin”. Hadits ini menggambarkan betapa
pentingnya peran yang dimainkan oleh para Khalifa dalam menegakkan islam
sehingga ummat islam dituntut bukan saja bercermin kepada nabi SAW tetapi juga
para sahabat dan khalifahnya.
DARI cerita pendek di atas, dapat dipahami bahwa kebesaran dan kemajuan
dakwah islam itu tidak terlepas dari “siirah kepemimpinan khalifah”. Para
khalifah, berkat kedekatannya dengan rasulullah SAW, terutama kedekatan usia
dan emosional, sehingga mereka mampu mengimplementasikan seluruh materi dakwah
yang telah diajarkan oleh rasulullah SAW secara sempurna. Oleh karena itu,
sangat naif sebuah komunitas/lembaga (organisasi) yang mau melupakan siirah
yang telah melahirkan organisasinya.
Kalau di dalam sejarah islam tadi kita mengenali siirah
kepemimpinan khalifah yang terpetunjuk, maka di DDI-pun kita – semestinya –
melestarikan “siirah kepemimpinan ulama” (Passelle Pasau).
Meskipun kata orang sudah banyak generasi-generasi muda DDI (Al-Addariyun)
yang sukses, baik secara pendidikan, karir maupun usaha. Dan mereka-mereka itu
ibarat “pemuda-pemuda cemerlang” seperti: Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas,
Usamah bin Zaid, Amr Ibn Salamah, Zaid bin Tsabit, dan yang sebayanya pada
zaman rasulullah SAW.
Namun, setinggi apapun espektasi dari mereka, tapi tetap saja akan tidak
elok - secara etika dan protokoler modern - seorang Ali atau Ibnu Abbas atau
usamah duduk di atas Abu Bakar atau Umar atau Utsman. Meskipun Ali atau Ibnu
Abbas itu lebih pintar dan cakap (sekalipun) dari segi ilmu, organisasi dan
siasat dari ketiga seniornya tersebut. Apatah lagi kalau masih lebih junior lagi
seperti Rafie bin Khudaij atau Samrah bin Jundub yang masih “bau kencur” pada
jaman itu tetapi sudah mau ikut-ikutan masuk kedalam barisan tentara muslimin
bersama orang-orang dewasa…
Walau telah santer di dalam ke-protokoler-an Khulafaur Rasyidin ada
ungkapan mengatakan: (ابدأ
على اليمين ولو كان عمر على اليسار),
artinya “Mulailah (bersalaman) dari yang paling kanan meskipun ada Umar bin
Khattab berdiri di sebelah kiri”. Adanya sebuah sifat keprotokoleran yang
diperlakukan secara khusus, menunjukkan bahwa sifat-sifat keprotokoleran umum
tetap berlaku sangat ketat.
Maka beruntunglah kita di DDI ini, adanya kita masih memiliki (lengkap) pigur-pigur
kelas Abu Bakar, Umar dan Utsman di antara kita. Kepada mereka-lah kami “mappesonakan”
DDI ini. Kami yang generasi Ali, Ibnu Abbas, Usamah, Amr, Zaid dan
seudara-saudara kami yang junior kalian ini, akan senantiasa berada pada “husni
dhannikum”,,,, wa nahnu daaiman tahta amrekum. Wassalam!
BACA JUGA:
- DUKUNGGURUTTA AMBO DALLE SEBAGAI PAHLAWAN NASIONAL 2020
- GURUTTA AMBODALLE DAN NAMA-NAMA ASHABUL KAHFI
- PROTOKOLER GURUTTA AMBO DALLE
- ANREGURUTTA KH. AMBO DALLE MAHA GURU YANG KARISMATIK:
- GURUTTA AMBO DALLE BERJUANG DENGAN LIDAHNYA:
- MENGENANG 12TAHUN WAFATNYA GURUTTA AMBO DALLE
- PENA DAN KAPUR SANG PAHLAWAN SEJATI:
- GURUTTA AMBO DALLE PEJUANG KHARISMATIK, VISIONER
- GURUTTA AMBO DALLE PERLU DIAKUI NEGARA SEBAGAI PAHLAWAN NASIONAL
- KEPAHLAWANAN GURUTTA AMBO DALLE SEPERTI JEND. SUDIRMAN
- GURUTTA AMBO DALLE: PEJUANG MENDIDIK PEJUANG?
- GURUTTA AMBO DALLE PAHLAWAN MULTI TALENTA
- AGKH. ABD RAHMAN AMBO DALLE PEJUANG MELAWAN KEBODOHAN
- AGKH. ABD RAHMAN AMBO DALLE BERJASA TERHADAP KEUTUHAN NKRI
1 komentar:
AJOQQ menyediakan permainan poker,domino, bandarq, bandarpoker, aduq, sakong dan capsa :)
ayo segera bergabung bersama kami dan menangkan uang setiap harinya :)
AJOQQ juga menyediakan bonus rollingan sebanyak 0.3% dan bonus referal sebanyak 20% :)
Posting Komentar