Ummu Kultsum, Ibrahim Naji & Al-Atlal :
By: My Buku Kuning
SEPERTI awal bulan ini, 46 tahun yang lalu (3/2/1975), dunia hiburan Arab berduka atas wafatnya artis legendaris dan diva Arab yang paling berpengaruh dalam sejarah seni musik Arab Timur Tengah secara keseluruhan yang digelar "Kaukab Al-syarq" (bintang dari Timur) dan "Diva Musik Arab" sepanjang masa... Dia adalah Ummu Kultsum yang selamanya akan membuai pencintanya dengan suaranya yang dahsyat, lirik lagu dan nadanya yang memukau ke alam lain....!!!
Ummu Kultsum yang bernama asli Fatimah binti Ibrahim Sayyid Beltaghi, lahir di Provensi Daqahlia-Mesir pada 31 Desember 1889 menurut versi sebagian ahli sejarah, sedangkan versi lain yang tercantum dalam catatan sipil ditulis 4 Mei 1908. Ini disebabkan karena tidak ada catatan resmi yang menunjukkan kelahirannya atau akte kelahiran... Profil lengkap tentang Ummu Kultsum dapat dilihat di Wikipedia....
Adapun #MyBukuKuning kita disini hanya ingin mengenang salah satu lagu terpopuler Ummu Kultsum yang mengandung nilai sastra yang tinggi dan latar belakang kisah yang unik... Umumnya masyarakat, terutama Arab, pasti akan terhipnotis jika mendengarkan lagu "Al-Athlal" (reruntuhan) dinyanyikan oleh Ummu Kultsum, tapi tak banyak yang mengetahui bahwa lirik lagu itu bersumber dari peristiwa traumatis, kisah cinta yang kandas penulisnya, yaitu Ibrahim Naji, seorang dokter dan penyair besar Mesir tahun 40-an....
Ummu Kultsum sendiri ketika pertama kali mendapatkan sya'ir "Al-Athlal" itu ia langsung takjub dan segera mengumpulkan timnya, penyair muda Ahmad Ramy dan komposer jenius Riyadh Sumbathy, untuk menggubahnya menjadi lagu yang indah... Tapi setelah Ummu Kultsum mengetahui latar belakang sya'ir itu dibuat, maka dia tidak menyanyikannya dihadapan publik karena menjaga perasaan Ibrahim Naji... Nanti setelah 13 tahun kemudian (setelah Naji wafat), yaitu tahun 1966 lagu "Al-Athlal" resmi launching dan langsung "Hits",,, mengguncangkan hati jutaan fans diseluruh dunia dari generasi ke generasi hingga melegenda sampai hari ini.... Apakah rahasia dari kepopuleran sya'ir "Al-Athlal"?! Ia adalah lagu yang bersumber dari kisah romantis yang dahsyat...!!!
Alkisah! Adalah Ibrahim Naji seorang anak muda dari keluarga bourjois di Mesir jatuh cinta pada seorang gadis tetangganya umur 16 tahun,,, lama mereka menjalin kisah romantis hingga tiba waktu Ibrahim Naji dibawa oleh keluarganya melanjutkan pendidikan dokternya di London-Inggris. Setelah 6 tahun menimba ilmu di Inggris dia pulang ke Mesir,,, namun setelah tiba di rumahnya dia mengetahui kekasih pujaan hatinya sudah menikah dengan laki-laki lain,,, yang membuatnya patah hati dan tidak bisa move on dari cintanya selama bertahun-tahun...
Meskipun demikian, sebagai dokter muda dia memulai merintis karir sebagai dokter di Kementerian Komunikasi, lalu di Kementrian Kesehatan. Adapun Karirnya sebagai penyair dimulai sekitar tahun 1926, ketika Ibrahim Naji menerjemahkan puisi-puisinya Alfred de Musset, novelis dan penyair asal Perancis, dan kemudian diterbitkan di Koran mingguan. Lalu untuk pertama kalinya ia menerbitkan puisi-puisinya pada tahun 1934, ketika ia berusia 36, berjudul "al-Wara’ al-Ghamam" (di balik Awan).
Sepuluh tahun kemudian, tahun 1944, Ibrahim Naji menerbitkan puisi-puisinya yang yang populer "Layali al-Qahirah" (malam-malam kota Kairo), yang terakhir inilah kemudian menjadi kumpulan puisi yang disebut fenomenal oleh banyak kalangan.
Kisah berlanjut hingga pada suatu malam di musim dingin Ibrahim Naji duduk seorang diri di rumahnya,,, tiba-tiba dikejutkan suara ketukan pintu berulang-ulang,,, ia bangkit membuka pintu dan menjumpai seorang laki-laki berusia 40 tahun berdiri di hadapannya,,, laki-laki itu - dengan nada memohon - meminta Ibrahim membantu persalinan istrinya yang sedang dalam kondisi sulit melahirkan... Malam sudah larut,,, Ibrahim bergegas pergi mengikuti laki-laki itu membawa peralatan medis secukupnya.
Di rumah pasien itu, lampu menyala remang,,, suhu udara sedang dingin-dinginnya,,, Ibrahim Naji mengikuti masuk dengan langkah gugup,,, di dalam kamar - dengan pencahayaan yang remang-remang itu - terbaring perempuan hamil mengerang kesakitan. Dari suara erangan itu Ibrahim merasa tidak asing dengan suara itu di telinganya....
Langkah kaki Ibrahim semakin mendekat ke sisi ranjang,,, dan, betapa dia sangat terkejut,,, dihadapannya seorang perempuan hamil yang tiada lain adalah perempuan pada bertahun lampau pernah menjadi kekasihnya.... Dia kini melihatnya sebagai pasien biasa seorang istri dari orang lain,,, dan menjadi calon ibu bagi bayi orang lain,,, sebagai seorang dokter, Ibrahim harus profesional, bekerja dalam kapasitasnya sebagai dokter, bukan sebagai laki-laki yang dilupakan kekasihnya dulu,,, dia pisahkan antara perasaan dan profesi....
Proses persalinan berjalan lancar,,, bayi pun telah lahir dengan selamat,,, dan Ibrahim menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh ibu dari bayi dengan sebaik-baiknya, ia kerahkan segala upaya terbaiknya sebagai dokter untuk melayani dan merawat mantan kekasihnya. Dan Ibrahim Naji segera pulang ke rumahnya,,, di dalam perjalanan pulang ia melewati reruntuhan bangunan,,, kepalanya menunduk,,, di hatinya terpapar sesuatu yang tak dapat diungkapkan oleh kata-kata.
Ketika sampai rumah dia duduk menghadap ke jendela balcon,,, memandang seluas-luasnya langit kota Kairo yang masih diselimuti awan pagi,,,, terbayang olehnya satu masa saat senyumnya masih menjadi satu-satunya milik kekasihnya itu... Dia mengambil pulpen dan kertas,,, maka mulailah Ibrahim Naji menulis puisi "Al-Athlal" (reruntuhan hatinya),,, dia menulis puing-puing jiwanya.... Maka pada hari itu mantan kekasihnya melahirkan bayi,,, dan Ibrahim Naji melahirkan puisi...
Sepintas tentang lirik lagu "Al-Atlal" yang dinyanyikan oleh Ummu Kultsum, digubah oleh Ahmad Ramy dan Arrachment by Riyadh Sumbathy, sbb :
هل رأى الحب سكارى مثلنا،
(Apakah cinta pernah melihat ada yang semabuk kita?)
كم بنينا من خيالٍ حولنا
(Betapa banyak angan-angan telah dibangun di sekitar kita)
ومشينا فى طريق مقم،،،،
(Dan kita berjalan di bawah terang cahaya bulan)
تثب الفرحة فيه قبلنا.
(Kegembiraan melintas di hadapan kita)
وضحكنا ضحك طفلين معاً
(Kita tertawa seperti dua bocah yang bermain bersama)
وعدوّنا فسبقنا ظلنا
(Dan kita berlomba mengejar bayangan kita masing-masing)
وانتبهنا بعد ما زال الرحيق
(Kita sadar meski euphoria masih tersisa)
وأفقنا ليت أنّا لا نفيق
(lalu mengapa kita tak terjaga saja?)
يقظة طاحت بأحلام الكرى
(terjaga dari mimpi yang menakutkan)
وتولى الليل والليل صديق
(dan malam telah datang dan menjadi satu-satunya teman)
وإذا النور نذيرٌ طالعٌ
(ketika cahaya itu menandai terbitnya matahari)
وإذا الفجر مطلٌ كالحريق
(ketika fajar berlesatan seperti lidah api)
وإذا الدنيا كما نعرفها
(ketika dunia seperti yang kita tahu)
وإذا الأحباب كلٌّ في طريق
(ketika para pecinta menapaki jalannya)
LIRIK LENGKAP :
قصيدة الاطلال
يا فؤادي لا تسل اين الهوى ..
كان صرحاً من خيالٍ فهوى
اسقني واشرب على أطلاله ..
واروِ عني طالما الدمع روى
كيف ذاك الحب أمسى خبراً ..
وحديثاً من أحاديث الجوى
لست أنساك وقد أغريتني .. بفمٍ عذب المناداة رقيقْ
ويدٍ تمتد نحوي كيدٍ ..
من خلال الموج مدت لغريق ْ
وبريقاً يظمأ الساري له .. أين في عينيك ذياك البريق ْ
يا حبيباً زرت يوماً أيكه .. طائر الشوق أغني ألمي
لك إبطاء المدل المنعم .. وتجني القادر المحتكمٍ
وحنيني لك يكوي أضلعي ..
والثواني جمرات في دمي
أعطني حريتي أطلق يديَّ ..
إنني أعطيت ما استبقيت شيَّ
آه من قيدك أدمى معصمي ..
لم أبقيه وما أبقى عليَّ
ما احتفاظي بعهودٍ لم تصنها ..
وإلام الأسر والدنيا لديَّ
أين من عيني حبيبُ ساحرٌ .. في نبل وجلال وحياء
واثق الخطوة يمشي ملكاً .. ظالم الحسن شهي الكبرياء
عبق السحر كأنفاس الربى ..
ساهم الطرف كأحلام المساء
اين مني مجلس أنت به .. فتنةٌ تمت سناء وسنى
وأنا حبٌ وقلبٌ هائمُ .. وخيالٌ حائرٌ منك دنا
ومن الشوق رسولٌ بيننا .. ونديمُ قدم الكأس لنا
هل رأى الحب سكارى مثلنا ..
كم بنينا من خيالٍ حولنا
ومشينا فى طريق مقمرٍ .. تثب الفرحة فيه قبلنا
وضحكنا ضحك طفلين معاً ..
وعدوّنا فسبقنا ظلنا
وانتبهنا بعد ما زال الرحيق ..
وأفقنا ليت أنّا لا نفيق
يقظة طاحت بأحلام الكرى ..
وتولى الليل والليل صديق
وإذا النور نذيرٌ طالعٌ ..
وإذا الفجر مطلٌ كالحريق
وإذا الدنيا كما نعرفها .. وإذا الأحباب كلٌّ في طريق
أيها الساهر تغفو ..
تذكر العهد وتصحو
وإذا ما التأم جرح ..
جدّ بالتذكار جرحُ
فتعلّم كيف تنسى ..
وتعلّم كيف تمحو
يا حبيبي كل شيئٍ بقضاء ..
ما بأيدينا خلقنا تعساء
ربما تجمعنا أقدارنا ..
ذات يوم بعد ما عز اللقاء
فإذا أنكر خل خله .. وتلاقينا لقاء الغرباء
ومضى كل إلى غايته ..
لا تقل شئنا فإن الحظَّ شاء
#TAMAT: Trim's semua Komentar Like dan Share !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar