"Aku Adalah NU 💯" ?
By: Med Hatta
Nanti tahun 1955? NU memutuskan kembali ke khitthah 1926, yaitu kembali ke ormas murni, tidak lagi menjadi partai politik. Namun demi mendukung pengembangan organisasi terutama setelah berhasil menyebar sampai keluar pulau Jawa, maka PBNU masa itu memilih lebih dekat pada pemerintahan dari pada menjadi oposisi... Pada masa Presiden Soekarno NU mendukung penuh politik Nasakom (Nasionalis, Agama dan Komunis)...
Maka NU mendapatkan bagian keagamaannya, dan dari semenjak itulah menjadi tradisi kementerian agama di dalam kabinet adalah bagian NU, serta menterinya umumnya adalah jatah Ketum atau Sekjend PBNU dan/atau yang direkomendasikan oleh PBNU, mulai dari Idham Khalid, Wahid Hasyim, Saifuddin Zuhri, Abd. Wahab, dst....
Keuntungan secara organisasi sangat jelas bagi NU, terutama dalam mengembangkan organisasinya, karena satu kabinet di pemerintahan secara utuh diwarnai oleh NU, yaitu kementrian agama maka semua jajaran di kementrian itu, mulai menteri, kanwil, Kandepag, KUA dst di atur oleh NU, dan terkadang sampai pada pemilihan rektor PTAI milik Kemenag RI direkomendasikan oleh PBNU. Maka orang-orang yang mencari karir pun, terutama di bawah kemenag harus tidak jauh-jauh dari NU...!?
Kepemimpinan NU :
Mungkin karena kedekatannya dengan pemerintah (Orla-Orba) itu mempengaruhi proses regenerasi ditubuh NU berjalan lamban, atau kalau bukan justru NU lah yang mempengaruhi lambannya proses demokrasi di tubuh RI. Ini nampak dari sejak RI merdeka tahun 1945 (76 thn) yang lalu, baru 7 kali pergantian presiden... Dan lebih parah lagi di NU sejak berdiri tahun 1926 (95 thn) lalu, hingga hari ini baru mengenal 5 Ketum PBNU, mulai dari:
1. Hasan Gipo (1926-52)
2. Idham Khalid (1952-84)
3. Gusdur (1984-99)
4. Hasyim Musadi (1999-10)
5. Said Aqil Siraj (2010-petahanan).
Kantor Pusat PBNU :
Baru setelah NU menjadi salah satu partai politik, Kantor PBNU pindah ke ibukota Jakarta. Dan masih mengalami dua kali pindah lokasi Jakarta sebelum ke kantor parmanennya yang ada di Jln. Kramat Raya No. 126 Jakarta Pusat sekarang. Yang mengesankan, selama bertahun-tahun dari awal berdirinya sampai pada periode Gusdur tahun 90-an, pengurus NU sebelumnya seperti tak pernah berpikir memiliki sekretariat parmanen meskipun pengurus selalu duduk di parlemen dan kabinet pemerintahan. Adapun kantor/sekretariat pusat yang ada sekarang itu nanti setelah Gusdur menjadi Presiden...
Penutup :
Baca Juga: Milenialisasi Organisasi UN; NU For Kids Jaman Now !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar