*Serial: 99 Inspirasi Dahsyat Dari Perumpamaan-Live AlQuran (39) :
Bukit Thur Melayang Diatas Kepala Bani Israil
By: Med Hatta
"Dan (ingatlah) ketika Kami mengangkat gunung ke atas mereka, seakan-akan (gunung) itu naungan awan dan mereka yakin bahwa (gunung) itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami firmankan kepada mereka), "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya agar kamu menjadi orang-orang bertakwa."
وَإِذْ نَتَقْنَا ٱلْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَأَنَّهُۥ ظُلَّةٌ وَظَنُّوٓا۟ أَنَّهُۥ وَاقِعٌۢ بِهِمْ خُذُوا۟ مَآ ءَاتَيْنَٰكُم بِقُوَّةٍ وَٱذْكُرُوا۟ مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Terjemah Arti: "Dan (ingatlah) ketika Kami mengangkat gunung ke atas mereka, seakan-akan (gunung) itu naungan awan dan mereka yakin bahwa (gunung) itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami firmankan kepada mereka), "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya agar kamu menjadi orang-orang bertakwa." (QS. Al-A'raf: 171).
Gunung-gunung adalah makhluk dari makhluk-makhluk ciptaan Allah Yang Maha Agung. Allah SWT menyebutkan gunung di dalam alQuran lebih dari empat puluh tempat, di antaranya ada yang berbicara tentang karakteristik gunung, fungsi dan keistimewaan-kestiweaannya, semuanya mengajak pembaca untuk tadabbur dan kontemplasi tentang bagaimana pegunungan itu diciptakan, dan mengantarkan pada sesuatu keajaiban tentang kedahsyatan kuasa Allah dalam menciptakan deretan pegunungan yang kokoh dan ketepatan konstruksinya. Pada ayat yang lain membicarakan tentang kesudahan dan nasib akhir dari gunung-gunung itu setelah bumi ini digantikan dengan bumi lain dan langit yang berbeda di hari kiamat, dan bagaimana takdir dari gunung-gunung yang nampak kokoh ini akan berubah - dengan kebesaran dan kekuatan Allah SWT - menjadi onggokan debu yang sia-sia dan berhamburan.
Bukit Thur Di Angkat Ke Atas Kepala Bani Israil :
Di dalam buku ini kita telah mengkaji beberapa tema yang lain tentang gunung, seperti gunung berjalan laksana awan; gunung-gunung berhamburan seperti bulu dan masih ada tema lain tentang bahtera bag gunung yang kokoh di samudera setelah kajian ini (langsung). Dan untuk lebih mendekatkan kita pada tema sekarang maka penulis harus merujuk pada kisah yang sama dari surah Al-Baqarah, Allah berfirman :
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَٰقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ ٱلطُّورَ خُذُوا۟ مَآ ءَاتَيْنَٰكُم بِقُوَّةٍ وَٱذْكُرُوا۟ مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ؛ ثُمَّ تَوَلَّيْتُم مِّنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ ۖ فَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ لَكُنتُم مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
Terjemah Arti: "Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu dan kami angkat Gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), "Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa, Kemudian, setelah itu kamu berpaling. Maka sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, pasti kamu termasuk orang yang rugi." (QS. Al-Baqarah: 63-64).
Awal kisah dari ayat kajian dari surah Al-A'raf dan ayat dari surah Al-Baqarah yang terakhir ini adalah bermula setelah Allah SWT menyelamatkan Bani Israil dari kejaran Fir'aun dengan sebuah peristiwa mukjizat terbelahnya laut merah menjadi kanal raksasa yang menyeberangkan mereka dan menenggelamkan Fir'aun beserta tentara-tentaranya. Setelah peristiwa itu berlalu nabi Musa as beranjak pergi memenuhi perjanjian bersama Tuhannya selama 40 hari, dan mendapatkan kitab Taurat. Namun, sepulang Musa as membawa kitab Taurat yang berisi petunjuk dan syariat untuk umatnya, dia dibuat murka oleh bangsa Bani Israil yang mengambil sapi sebagai sembahan mereka selain Allah. Maka mereka diberi hukuman untuk saling bunuh-membunuh di antara mereka hingga Allah mengampuni mereka.
Kemudian setelah keadaan sudah menjadi tenang dan kondusif kembali maka nabi Musa as memulai membacakan kitab Taurat kepada mereka, menjelaskan hukum-hukum halal dan haram serta perintah-perintah taklif dari kitab Taurat. Namun, lagi-lagi, bangsa Bani Israil membuat ulah baru, yaitu mereka protes dan merasa keberatan menjalankan hukum-hukum itu serta menolak menerapkan syariat berdasarkan kitab Taurat, alasannya bahwa syariat baru yang dibawa Taurat itu terlalu saklek, susah dan memberatkan...!!!
Maka Allah SWT memerintahkan kepada bukit Thur Sinai agar melayang di atas kepala mereka seakan-akan gunung raksasa itu akan jatuh menimpa mereka. Pada riwayat lain Allah memerintahkan kepada malaikat Jibril untuk mengancam bangsa Bani Israil yang banyak bertingkah itu lalu malakat Jibril mengguncangkan bukit Thur Sinai hingga tercabut dari tempatnya dan mengangkatnya dengan ujung dari salah satu sayapnya dari 600 unit sayapnya yang lain. Kemudian gunung itu digerakannya hingga berada persis di atas kepala bangsa Bani Israil, sambil memberi ancaman: Apakah kalian mau menerima hukum kitab Taurat dan menegakkan syariat serta mengimani segala isinya dengan baik dan konsukuen,,, ataukah gunung ini segera jatuh menimpa kalian semuanya...!?
Maka bangsa Bani Israil serentak bersujud takut ditimpa gunung dan berjanji menerima kitab Taurat secara terpaksa dan ketakutan. Pada waktu bangsa Bani Israil itu bersujud mereka sujud dengan sebelah bagian wajahnya rapat ke tanah dan sebelah lainnya melihat ke gunung di atas langit khawatir gunung itu tiba-tiba jatuh menimpanya, atau mereka sujud miring. Dan hingga saat ini cara sujud orang Yahudi dipertahankannya tetap miring (sujud sebelah) untuk selalu mengenang peristiwa gunung terbang di udara pada masa lalu..
Mukjizat Gunung Terbang :
Sepakat para pakar bahwa peristiwa telah terangkatnya bukit Thur Sinai dari posisinya adalah nyata dan terjadi pada masa nabi Musa as. Dan itu terjadi karena murni mukjizat yang diluar daripada kebiasaan, serta tak ada yang dapat melakukannya kecuali hanya kekuasaan Allah semata. Maka ketika AlQuran menyebut pada surah Al-Baqarah bahwa Allah telah mengangkat bukit Thur Sinai, maka kita harus percaya bahwa bukit tersebut benar-benar telah diangkat di atas kepala Bani isral sebagai gertakan agar mereka menerima kitab Taurat.
Bukti atas peristiwa terangkatnya bukit Thur Sinai secara fakta adalah AlQuran telah mendemonstrasikan proses sebelum peristiwa pengangkatan bukit itu secara live pada surah Al-A'raf sebelumnya (surah Al-A'raf adalah Makki dan lebih awal turun dari surah Al-Baqarah yang diturunkan di Madinah), dengan sebuah kata kunci yang mengesankan sebuah aksi yang lebih dari hanya sekedar mengangkat saja, tapi ada proses yang terstruktur terlebih dahulu. Allah berfirman :
وَإِذْ نَتَقْنَا ٱلْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَأَنَّهُۥ ظُلَّةٌ وَظَنُّوٓا۟ أَنَّهُۥ وَاقِعٌۢ بِهِمْ
Terjemah Arti: "Dan (ingatlah) ketika Kami mengangkat gunung ke atas mereka, seakan-akan (gunung) itu naungan awan dan mereka yakin bahwa (gunung) itu akan jatuh menimpa mereka".
Kalimat "النتق" (Baca: an-natqu) pada ayat adalah memiliki makna: (mengguncang, menggoyang dan mencabut dari akarnya), karena pegunungan yang nampak tinggi/kokoh di atas permukaan bumi itu memiliki cakar yang menancap sangat dalam di bawah perut bumi, kedalamannya bisa mencapai 10-15 kali lipat dari ukuran badan gunung yang nampak di atas permukaan bumi. Gunung Everest, misalnya, puncak paling tinggi di dunia yang ketinggiannya mencapai 9 Km, dan cakarnya yang menancap di dalam perut bumi adalah 130 Km. Oleh sebab itu gunung disebut pasak bumi, Allah berfirman :
وَٱلْجِبَالَ أَوْتَادًا
Terjemah Arti: "dan gunung-gunung sebagai pasak" (QS. An-Naba: 7).
Oleh sebab itu, sebagai pasak gunung tak dapat hengkang dari tempatnya kecuali harus terlebih dahulu digoyang-digoyang, digerakkan kiri-kanan lalu dicabut dengan akar-akarnya, itulah makna "an-natqu" pada ayat kajian. Kemudian pada surah Al-Baqarah menceritakan peroses pengangkatan gunung dengan firman Allah "وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ ٱلطُّورَ", kata kuncinya "الرفع" (Baca: ar-raf'u), yaitu mengangkat. Jadi, prosesnya dimulai dari mengguncangkan, menggerak-gerakkan, mencabut dari akarnya, dan terakhir adalah peroses pengangkatannya yang diceritakan pada surah Al-Baqarah terakhir ini.
Kedua kata kunci yaitu: "an-natqu" (Al-A'raf) dan "ar-raf'u" (Al-Baqarah), benar-benar telah mengilustrasikan secara live peristiwa terbangnya bukit Thur Sinai di atas langit Al-Quds pada masa nabi Musa as, seakan-akan peristiwa itu ril dan nampak dipelupuk mata kita sekarang.
Karunia Allah Pada Bani Israil :
Sebagian pakar tafsir yang membaca ayat kajian dan ayat serupa dari surah Al-Baqarah menyebutkan bahwa mukjizat diangkatnya bukit Thur Sinai di atas langit Baitul Maqdis merupakan karunia yang kesepuluh bagi Bani Israil, Allah berfirman :
يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتِىَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّى فَضَّلْتُكُمْ عَلَى ٱلْعَٰلَمِينَ
Terjemah Arti: "Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu, dan Aku telah melebihkan kamu dari semua umat yang lain di alam ini (pada masa itu)." (QS. Al-Baqarah: 47).
Karunia apakah dari peristiwa melihat gunung terbang di atas kepala Bani Israil dan memaksa mereka menerima kitab Taurat karena ketakutan...? Tentu merupakan sebuah nikmat besar bagi bangsa Bani Israil karena Allah masih mau memaksakan mereka menerima petunjuk dari kitab Taurat. Sebagaimana seorang dokter menuliskan secarik resep untuk obat suntik buat anak anda, maka anak-anak pasti akan menangis tidak mau di suntik; apakah wujud kasih sayang anda kepada anak dengan tidak memberikan suntikan sesuai keinginannya,,, ataukah dengan memberikan suntikan tersebut agar sembuh? Maka pasti anda akan memilih anak sembuh dengan obat suntik meski terpaksa...
Demikian pula halnya dengan Allah SWT, Dia menakut-nakuti bangsa Bani Israil dengan mengangkat bukit Thur Sinai di atas kepala mereka sampai mau menerima kitab Taurat secara paksa dan ketakutan, maka itu adalah wujud dari kasih sayang Allah pada mereka.
Soal banyaknya mukjizat yang diperlihatkan langsung oleh Allah kepada bangsa Bani Israil adalah suatu indikator lemahnya keimanan mereka, sebagaimana (pula) banyaknya nabi dan rasul-rasul yang diutus Allah kepada kalangan bangsa Bani Israil tidak menjadi ukuran atas kemuliaan mereka terhadap bangsa-bangsa yang lain, melainkan karena tingginya tingkat kerusakan moral mereka. Misalnya Allah harus memperlihatkan mukjizat-Nya kepada Bani Israil dengan menerbangkan gunung di atas kepala mereka karena dengan cara menakut-nakuti seperti itulah yang dapat memaksa mereka menerima petunjuk Taurat. Seandainya mereka langsung bisa menerima ajaran kitab Tauran dengan penuh iman dan suka rela saat diajarkan oleh nabi Musa, maka tidak perlu ada mukjizat gunung terbang tersebut...
Apakah Agama Yahudi Yang Dianut Oleh Bangsa Bani Israil Merupakan Syariat Yang Berat ?
Ada beberapa kalangan pemerhati agama Yahudi menjelaskan bahwa sesungguhnya syariat Taurat kitab suci agama Yahudi itu merupakan syariat yang sangat berat, saklek dan susah sekali, berbeda dengan syariat agama-agama samawi lainnya. Statemen ini seakan-akan mendukung alasan bangsa Bani Israil atas penolakan mereka terhadap syariat kitab Taurat yang dibawa oleh nabi Musa as.
Padahal sebenarnya semua syariat yang diturunkan oleh Allah SWT di bumi ini, baik syariat nabi Adam as, atau nabi Nuh as, atau nabi Ibrahim as, atau nabi Musa as, atau syariat nabi Muhammad SAW sebagai agama penutup, semuanya perpedoman pada satu prinsip yang sama, yatu :
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ
Terjemah Arti: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" (QS. Al-Baqarah: 286).
Allah tak akan memerintahkan kepada seseorang suatu perintah kecuali bahwa yang bersangkutan pasti sanggup melaksanakannya. Oleh karena itu, kita menyimpulkan bahwa bangsa Bani Israil tidak ada alasan untuk tidak menerima syariat kitab Taurat, karena syariat Taurat tersebut - meski dikatakan berat - tapi ia sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan mereka. Mengenai adanya Bani Israil tidak menerima ajaran Taurat ketika pertama kali dibacakan oleh nabi Musa as itu tak lain karena karakter pembangkangan orang-orang Yahudi yang tidak mau menerima ketetapan yang akan mengatur hidupnya, atau ikatan yang akan membatasi keliaran mereka. Wallahu A'lam !
<<<===[38]•TERKAIT•[40]===>>>
KAJIAN SELANJUTNYA :
KAJIAN SEBELUMNYA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar