PELAJARAN ILMU SHARAF UNTUK PEMULA
Oleh: Med Hatta
Pengantar:
Bahasa Arab adalah salah
satu bahasa yang paling banyak digunakan dalam dunia pergaulan internasional.
Bahkan merupakan bahasa ibadah dan alat untuk memahami agama Islam. Oleh
karenanya penguasaan bahasa itu menjadi mutlak dibutuhkan oleh setiap orang
khusus kaum muslim.
Maka dari situlah penulis
membuat catatan kecil ini, berisi pengantar memahami Ilmu Sharaf dari berbagai
peristilahannya. Catatan ini sangat penting bagi para santri dan pengajar yang
ingin mendalami kaedah-kaedah bahasa arab terutama ilmu sharaf dan ilmu nahwu.
Disamping itu dilengkapi pula beberapa contoh perubahan-perubahan dari
kata-kata bahasa arab membuat materi ini lebih sederhana dan sangat mudah mencernanya.
|
Catatan kecil ini akan
bermanfaat jika dipraktekkan secara rutin dan berkesinambungan serta
dipraktekkan dalam mentashrif kata demi kata bahasa arab yang dijumpai di dalam
kamus. Dengan begitu Anda akan mulai mencitai ilmu sharaf dan mulai mampu mentashrif
kata-kata bahasa arab secara sederhana dalam berbagai bentuk dan timbangannya.
Fungsi Kamus
dan Penyusunannya
Setiap orang yang
mempelajari bahasa Arab mesti memiliki kemampuan menggunakan kamus
Arab-Indonesia. Dengan kamus ini kita akan memiliki perbendaharaan kata bahasa
Arab sebagai modal untuk memahami ilmu sharaf dan ilmu nahwu serta ilmu
keislaman lainnya. Di lingkungan pesantren jenis kamus Arab-Indonesia yang
paling banyak digunakan para santi pemula adalah Kamus Mahmud Yunus dan Kamus Al
Munawwir. Kedua kamus ini disusun dengan metoda yang sama.
Penyusunan bab-bab di
dalam kamus tersebut diurutkan berdasarkan urutan huruf hijaiyyah.
Bab pertama dimulai
dengan kata-kata yang berawalan huruf “أ” (hamzah atau alif), selanjutnya huruf “ب” (ba), dan
seterusnya,
Yang dijadikan kata dasar
adalah “فعل ثلاثي مجرد” (fi’il tsulatsi mujarrad)
atau kata kerja dengan tiga huruf dasar.
Cara
Menggunakan Kamus Arab Indonesia
Perlu diketahui bahwa
mayoritas kata kerja dasar dalam bahasa Arab tersusun dari 3 (tiga) huruf.
Sehingga ketika kita mendapati kata dengan huruf penyusunnya lebih dari tiga
huruf maka kemungkinan besar kata tersebut sudah mendapatkan huruf imbuhan
(tambahan). Untuk dapat menemukan arti kata dimaksud di dalam kamus maka harus
diketahui terlebih dahulu huruf-huruf aslinya dengan cara memisahkan
huruf-huruf tambahannya. Kata-kata yang akan dicarikan maknanya di dalam kamus
terdiri dari beberapa keadaan:
ü Dengan jumlah huruf kurang dari 3 (tiga) buah. Ini bisa langsung dicari maknanya pada bab huruf pertamanya, seperti kata “مَنْ” (man) dapat dicari pada bab huruf “م” (mim).
ü Dengan jumlah huruf 3 (tiga) buah dan huruf pertamanya bukan salah satu dari huruf “أ – ن – ي - ت” (alif – nun – ya – ta). Ini bisa langsung dicari maknanya pada bab huruf pertamanya, seperti kata “بَعُدَ” (ba’uda) dapat dicari pada bab huruf “ب” (ba).
ü Dengan jumlah huruf 3 (tiga) buah dan huruf pertamanya salah satu dari huruf-huruf “أ – ن – ي - ت” (alif – nun – ya – ta). Ada kemungkinan bisa langsung ditemukan pada bab huruf pertamanya seperti kata “أَكَلَ” (akala), “نَبَغَ” (nabaga), “يُسْرٌ” (yusrun), “تَبِعَ” (taba’a), dan sebagainya. Jika kata yang dimaksud tidak ditemukan pada kelompok bab huruf pertamanya itu maka kemungkinan bisa ditemukan pada bab huruf “و” (wawu), dengan cara kita ganti huruf pertamanya dengan huruf “و”Contoh:
Ø Kata “يَضَعُ” (yadha’u)
dapat ditemukan setelah huruf pertamanya diganti dengan huruf “و” (wawu)
menjadi “وضع” (wadha’a). Di dalam kamus bab
huruf “و” (wawu) tertulis “وَضَعَ-يَضَعُ-وَضْعًا” (wadha’a –
yadha’u – wadh’an) yang artinya meletakkan.
Ø Kata “يَجِدُ” (yajidu)
dapat ditemukan setelah huruf pertamanya diganti dengan huruf “و” (wawu)
menjadi “وجد” (wajada). Di dalam kamus bab huruf
“و” (wawu) tertulis “وَجَدَ-يَجِدُ-وَجْدًا-وُجْدًا-وُجُوْدًا” (wajada –
yajidu – wujudan – wujdan – wajdan), artinya mendapat.
ü Dengan jumlah huruf lebih dari 3 (tiga) buah. Kata-kata seperti ini baru dapat dicari maknanya di dalam kamus setelah terlebih dahulu ditentukan kata dasarnya dengan cara memisahkan huruf-huruf tambahan dari huruf-huruf aslinya. Contoh:
Ø Kata “مُسْتَقْبَلٌ”
(mustaqbalun) dapat dicari pada kelompok kata قـبـل pada bab
huruf ق, bukan pada bab huruf م.
Ø Kata “يَرْجِعُ”
(yarji’u) dapat dicari pada kelompok kata “رجـع”
(raja’a) pada bab huruf “ر” (ra), bukan
pada bab huruf “ي” (ya).
Ø Kata “اِسْتِرْجَاعٌ”
(istirjaa’un) dapat dicari pada kelompok kata “رجـع”
(raja’a) pada bab
huruf “ر” (ra), bukan pada bab huruf “أ” (hamzah atau
alif).
Jumlah huruf-huruf
tambahan itu ada 10 terkumpul dalam perkataan “سَأَلْتُمُوْنِيْهَاْ”
(saaltumuniha) yaitu huruf-huruf “س
– أ – ل – ت – م – و – ن – ي – هـ - ا” (sin – alif – lam – ta – mim –
wawu – nun – ya – ha - hamzah).
Contoh:
1) Kata “مُسْتَقِيْمٌ” (mustaqimun) tersusun dari 6 (enam) huruf, yaitu 3 (tiga) huruf asli dan 3 (tiga) huruf tambahan. Ketiga huruf tambahan itu adalah “مُسْتَ” (musta), maka huruf-huruf aslinya adalah “قيم” (qimun). Untuk mencari arti kata seperti ini dalam kamus maka terlebih dahulu huruf “ي” (ya) atau huruf “و” (wawu) yang ada di tengah harus diganti dengan huruf “ا” (hamzah). Jadi carilah pada kelompok kata “قَامَ” (qaama).
2) Kata مُنْقَلِبٌ tersusun dari 5 (lima) huruf, yaitu 3 (tiga) huruf asli dan 2 (dua) huruf tambahan. Kedua huruf tambahan itu adalah مُنْ , sehingga huruf-huruf aslinya adalah قلب. Untuk mencari arti kata seperti ini dalam kamus maka carilah pada kelompok kata قلب
Definisi Ilmu
Sharaf
Ilmu sharaf adalah ilmu
untuk menganalisa sebuah kata bahasa Arab ketika dalam
bentuk single (tunggal). Pembahasannya meliputi pembentukan kata
serta aturan perubahannya menjadi kata-kata baru yang merupakan turunan dari
sebuah kata bahasa Arab. Dalam ilmu tata bahasa Indonesia disebut morfologi.
Definisi Umum
Ilmu Sharaf:
SHARAF menurut
bahasa adalah berubah atau mengubah. Mengubah dari bentuk aslinya kepada bentuk
yang lain.
Menurut istilah, sharaf
adalah berubahnya bentuk asal pertama yang berupa fi’il madhi, menjadi fi’il
mudhari, menjadi mashdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il amr, fi’il nahi,
isim zaman, isim makan sampai isim alat.
Maksud dan tujuan dari
perubahan ini adalah agar memperoleh makna atau arti yang berbeda. Dari
perubahan satu bentuk ke bentuk lainnya di dalam ilmu sharaf dinamakaan
shighat.
Dari hal ini, ilmu yang
mempelajari berbagaii macam bentuk perubahan kata, asal usul kata atau
keadaannya dinamakan dengan ILMU SHARAF.
Perbedaan yang mendasar
antara sharaf dan nahwu secara sederhananya adalah kalau sharaf untuk
membaca kitab atau tulisan yang gundul (tidak berharakat), sedangkan nahwu
untuk mengetahui makna dari kitab gundul tersebut. Sehingga antara nahwu dan
sharaf tidak boleh dipisahkan dalam penggunaannya.
Jenis
Tashrif
Tashrif itu ada dua
macam:
1. Tashrif Ishtilahi (تصريف اصطلاحي), yaitu perubahan kata yang didasarkan pada perbedaan bentuk kata-nya seperti merubah sebuah kata kerja bentuk lampau menjadi kata kerja bentuk sedang, kata kerja bentuk perintah, kata kerja bentuk larangan, dan seterusnya.
2. Tashrif Lughawi (تَصْرِيْفٌ لُغَوِيٌّ), yaitu perubahan yang didasarkan pada bentuk plural (banyak) dan jenis pelakunya seperti perubahan sebuah kata benda tunggal menjadi kata benda berjumlah dua, menjadi kata benda banyak, dan sebagainya.
Fungsi Ilmu
Sharaf bagi Santri Pemula
Untuk dapat memahami
fungsi ilmu sharaf bagi santri pemula perhatikanlah ilustrasi kasus berikut,
ketika kita mendapati sebuah kata bahasa Arab misal kata (مروي) atau
kata (مستقبلكم), muncullah
pertanyaan-pertanyaan:
§ Bagaimana cara membacanya?
§ Apa artinya?
§ Jika dicari dalam kamus bagaimanakah caranya?
Nah, untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu santri harus mempelajari ilmu sharaf.
Karena setelah seseorang mempelajari dan memahami kaidah-kaidah dalam ilmu
sharaf maka dia akan memiliki kecakapan-kecakapan tertentu, antara lain:
1) Mudah dan cepat mencari arti kata bahasa Arab di dalam kamus (Arab-Indonesia) sehingga penggunaan kamus menjadi optimal.
2) Mampu memperkirakan dan menentukan arti kata yang tidak didapatinya di dalam kamus sehingga ketergantungan terhadap kamus menjadi berkurang.
3) Mampu memberikan harakat (baris) dengan benar pada kata-kata bahasa Arab dalam tulisan arab gundul atau kitab kuning dan mampu menerjemah dengan baik.
Beberapa
Istilah Penting dalam Ilmu Sharaf
Supaya lebih mudah
memahami pelajaran ilmu sharaf maka terlebih dahulu santri harus
memahami beberapa istilah penting yang akan sering disebut di
tengah-tengah pembahasan ilmu sharaf. Istilah-istilah tersebut antara lain:
A. Wazan (وزن)
Wazan artinya timbangan,
pola atau formulasi kata yang umumnya dengan menggunakan variasi komposisi
huruf-huruf “ف - ع - ل” (fa – ‘a - la). Contoh:
§ Wazan dari kata “كتب” (kataba) adalah “فعل” (fa’ala)
§ Wazan dari kata “كاتب” (kaatibun) adalah “فاعل” (Faa,ilun)
§ Wazan dari kata “إنقطع” (inqatha’a) adalah “إنفعل” (infa’ala)
B. Mauzun (موزون)
Mauzun artinya kata yang
ditimbang atau yang dicocokkan dengan wazannya. Seperti contoh pada poin 1
kata“فَعَلَ” (fa’ala) disebut wazan sedangkan kata “كَتَبَ” (kataba) disebut
mauzun.
C. Huruf ‘illat (حروف
علة)
Huruf ‘Illat artinya
huruf sakit yaitu (أ – و – ي).
D. Tashrif (تصريف)
Tashrif artinya mengubah
bentuk dasar menjadi kata-kata turunan dengan mengikuti aturan dan pola
tertentu sehingga dihasilkan kata-kata baru dengan makna yang berbeda-beda.
E. Muqabalah (مقابلة)
Muqabalah arti bahasanya
adalah “saling berhadapan”. Yang dimaksud dengan muqabalah di sini adalah
memperhadapkan atau membandingkan kata-kata dengan wazannya. Contoh,
kata “مَنَعَ” (mana’a) dikatakan memiliki
wazan “فَعَلَ” (fa’ala), karena huruf “م” (mim)pada
kata “مَنَعَ” (mana’a) setara dengan
huruf “ف” (fa) pada wazan “فَعَلَ” (fa’ala);
huruf “ن” (nun) pada kata “مَنَعَ”
(mana’a) setara dengan huruf “ع” (‘ain) pada
wazan “فَعَلَ” (fa’ala); dan huruf “ع” (‘ain) pada
kata “مَنَعَ” (mana’a) setara dengan
huruf “ل”
(lam) pada wazan “فَعَلَ” (fa’ala).
Coba anda perhatikan:
Selanjutnya dikatakan
bahwa:
Ø Huruf pertama “م” (mim) pada kata “مَنَعَ” (mana’a) disebut “ف” (fa) “فعل” (fi’il)
Ø Huruf kedua “ن” (nun) pada kata “مَنَعَ” (mana’a) disebut “ع” (‘ain) “فعل” (fi’il), dan
Ø Huruf ketiga “ع” (‘ain) pada kata “مَنَعَ” (mana’a) disebut “ل” (lam) “فعل” (fi’il).
Begitulah, setiap “فعل” (fi’il) yang
asalnya tiga huruf atau “فعل
ثلاثي” (fi’il tsulatsi) maka huruf pertamanya disebut“ف” (fa) “فعل” (fi’il),
huruf keduanya disebut “ع” (‘ain) “فعل” (fi’il),
dan huruf ketiganya disebut “ل” (lam) “فعل” (fi’il).
Kalau “فعل
ثلاثي” (fi’il tsulatsi) itu bertambah hurufnya, seperti turunan
dari kata “مَنَعَ” (mana’a) menjadi “امْتَنَعَ” (imtana’a), “يَمْنَعُ” (yamtani’u),
atau “يَمْنَعُوْنَ” (yamna’una), maka huruf yang
bertambah itu tidak dihitung. Kita tetap mengatakan bahwa “م”
(mim) itu adalah “ف” (fa) “فعل” (fi’il), “ن”
(nun) itu “ع” (‘ain) “فعل” (fi’il),
dan “ع” (‘ain) ituadalah “ل” (lam) “فعل” (fi’il).
Selain dari huruf-huruf
itu dikatakan “زائدة” (za-idah/ huruf tambahan).
Huruf-huruf tambahan yang
menjadi imbuhan berjumlah sepuluh huruf, terhimpun dalam kalimat “سَأَلْـتُـمُوْنِـيْهَا”
(saaltumauuniiha) yaitu: “س
– أ – ل – ت – م – و – ن – ي – هـ - ا”.
Contoh :
· Kata “مَمْنُوْعٌ” (mamnu’un)tersusun dari lima huruf sehingga padanya terdapat dua huruf tambahan yaitu “م” (mim) pertama dan “و” (wa)
· Kata “أَسْتَغْفِرُ” (astagfiru) tersusun dari enam huruf sehingga padanya terdapat tiga huruf tambahan yaitu “أ – س - ت”, (alif – sin - ta).
Latihan :
1) Sebutkan fa fi’il, ‘ain fi’il, dan lam fi’il dari kata-kata berikut ini :
- خَلَق - جَعَلَ
- فَرَغَ
- أَمَلَ
- سَـعَـى
- قَوَى
2) Sebutkanlah huruf-huruf tambahan pada kata-kata berikut ini :
- مَمْنُوْعٌ
- مُحَاسِبٌ
- اسْتِقْلاَلٌ
- اِتِّبَاعٌ
- مَقَالَةٌ
- سَاجِدُوْنَ
3) Sebutkan fa fi’il, ‘ain fi’il, dan
lam fi’il dari kata-kata berikut ini :
- مَمْنُوْعٌ
- مُحَاسِبٌ
- اسْتِقْلاَلٌ
- اِتِّبَاعٌ
- مَقَالَةٌ
- سَاجِدُوْنَ
Kata Kerja
Dalam Tinjauan Ilmu Sharaf
Kata kerja dalam bahasa
Arab disebut fi’il (فِعْلٌ), yaitu
kata-kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau perbuatan yang dilakukan pada
waktu tertentu. Dalam bahasa Arab yang menjadi dasar pembentuk kata turunan
adalah kata kerja bentuk lampau atau disebut fi’il madhi (فِعْلٌ
مَاضٍ). Maksudnya, dari sebuah fi’il madhi bisa ditashrif (diubah)
menjadi kata-kata turunan yang berbeda-beda.
Fi’il
Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya (صِيْغَة) fi’il-fi’il
itu dapat dikelompokkan menjadi:
1. Fi’il Madhi (فِعْلٌ مَاضٍ) yaitu kata kerja bentuk lampau yang menunjukkan sebuah perbuatan sudah selesai dilakukan sebelum waktu pembicaraan seperti kata (كَتَبَ) artinya “sudah menulis”.
2. Fi’il Mudhari (فِعْلٌ مُضَارِعٌ) yaitu kata kerja bentuk sedang/akan datang yang menunjukkan bahwa sebuah perbuatan sedang dalam proses atau akan dilakukan pada masa setelah pembicaraan seperti kata (يَكْتُبُ) yang artinya “sedang/akan menulis”.
3. Fi’il Amar (فِعْلُ أَمْرٍ) yaitu kata kerja yang bentuk tuntutan pekerjaan yang harus dilakukan setelah waktu pembicaraan seperti kata (اُكْتُبْ ) yang artinya “tulislah!”.
4. Fi’il Nahyi (فِعْلُ نَهْيٍ) yaitu kata kerja bentuk larangan seperti kata (لاَ تَكْتُبْ) yang artinya “jangan tulis!”.
Fi’il
Berdasarkan Jumlah Huruf Penyusunnya
Berdasarkan jumlah huruf
penyusun sebuah fi’il, maka fi’il-fi’il itu bisa dikelompokkan
kedalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu:
1. Fi’il Tsulatsi (فِعْلٌ ثُلاَثِيٌّ), yaitu kata-katakerja yang huruf dasarnya berjumlah 3 (tiga) buah. Selanjutnya, jika dilihat dari ada atau tidaknya tambahan atas huruf-huruf dasarnya maka fi’il tsulatsi ini terbagi menjadi 2 (dua) macam:
Ø Fi’il Tsulatsi Mujarrad (فِعْلٌ
ثُلاَثِيٌّ مُجَرَّدٌ), yaitu fi’il tsulatsi yang belum mendapatkan huruf tambahan seperti kata “حَدُثَ” (baru) dan “حَدَثَ” (terjadi).
Ø Fi’il Tsulatsi Mazid (فِعْلٌ
ثُلاَثِيٌّ مَزِيْدٌ), yaitu fi’il tsulatsi yang sudah mendapatkan huruf tambahan
seperti,
A. “أَحْدَثَ” (mengadakan);
awalan “أَ”
B. “حَدَّثَ”
(memodernisasi); mentasydid/menggandakan huruf kedua
C. “حَادَثَ”
(bercakap-cakap); sisipan “اْ”
D. “تَحَدَّثَ” (berbicara);
awalan “تَـ” dan menggandakan huruf kedua
E. “اِسْتَحْدَثَ” (memulai);
awalan “اِسْتَـ”
2. Fi’il Ruba’i (فِعْلٌ رَبَاعِيٌّ), yaitu kata-kata kerja yang huruf dasarnya berjumlah 4 buah. Jika dilihat dari ada atau tidaknya tambahan atas huruf-huruf dasarnya maka fi’il ruba’i ini terbagi menjadi 2 (dua) macam:
Ø Fi’il Ruba’i Mujarrad (فِعْلٌ رُبَاعِيٌّ مُجَرَّدٌ), yaitu fi’il
ruba’i yang belum mendapatkan huruf tambahan seperti kata (دَخْرَجَ) artinya
“menggulingkan”.
Ø Fi’il Ruba’i Mazid (فِعْلٌ
رُبَاعِيٌّ مَزِيْدٌ), yaitu fi’il ruba’i yang sudah mendapatkan huruf tambahan
seperti kata (تَدَخْرَجَ) “terguling”.
Merupakan salah satu
keistimewaan dan kemudahan bahasa Arab adalah mayoritas kata kerja dalam bahasa
Arab berupa fi’il tsulatsi. Jumlahnya hampir mencapai 100% dari keseluruhan
kata kerja. Silahkan teliti di dalam kamus Arab-Indonesia yang Anda miliki!
Fi’il
Berdasarkan Jenis Huruf Penyusunnya
Berdasarkan jenis huruf
penyusunnya maka fi’il dapat dikelompokkan menjadi:
A.
Fi’il
Shahih (فِعْلٌ صَحِيْحٌ) yaitu
fi’il-fi’il yang tersusun dari huruf-huruf sehat bukan huruf-huruf illat.
Secara spesifik fi’il shahih ini bisa dikelompokkan menjadi:
§ Fi’il Salim (فِعْلٌ سَالِمٌ) yaitu fi’il shahih yang bebas dari
tadh’if (pendobelan huruf) dan hamzah seperti (كَتَبَ) artinya
“tulis”.
§ Fi’il Mudha’af (فِعْلٌ
مُضَعَّفٌ) yaitu fi’il shahih yang huruf kedua dan ketiganya sama seperti
(رَدَّ ) asalnya (رَدَدَ ) artinya
“tolak”
§ Fi’il Mahmuz (فِعْلٌ مَهْمُوْزٌ) yaitu fi’il shahih yang salah satu
huruf penyusunnya berupa huruf hamzah (إ\ أ \ ء). Dengan melihat letak huruf hamzah
dalam fi’il shahih mahmuz, maka fi’il mahmuz ini dibedakan menjadi:
a) Mahmuz Fa (مَهْمُوْزُ
الْفَاءِ) yaitu fi’il dengan huruf pertama berupa huruf hamzah seperti (أَكَلَ) artinya
“makan”.
b) Mahmuz ‘Ain (مَهْمُوْزُ
الْعَيْنِ) yaitu fi’il dengan huruf kedua berupa huruf hamzah seperti (سَأَلَ ) artinya
“bertanya”.
c) Mahmuz Lam (مَهْمُوْزُ اللَّامِ) yaitu fi’il dengan huruf pertama
berupa huruf hamzah seperti (نَشَأَ) artinya
“tumbuh”.
B.
Fi’il
Mu’tal (فِعْلٌ مُعْتَلٌّ) yaitu fi’il-fi’il yang sebagian
huruf penyusunnya berupa huruf ‘illat. Jika dilihat dari posisi huruf ‘illat
dalam sebuah fi’il maka fi’il mu’tal ini bisa dibedakan menjadi:
§ Fi’il Mitsal (مِثَالٌ) yaitu fi’il
yang huruf pertamanya berupa huruf ‘illat seperti kata (وَقَفَ) artinya
“diam, berdiri”.
§ Fi’il Ajwaf (أَجْوَفُ) yaitu fi’il
yang huruf keduanya berupa huruf ‘illat seperti kata (قَالَ) artinya
“berkata”.
§ Fi’il Naqish (نَاقِصٌ) yaitu fi’il
yang huruf ketiganya berupa huruf ‘illat seperti kata (دَعَى) artinya
“menyeru, berdoa”.
§ Fi’il Lafif Mafruq (لَفِيْفٌ
مَفْرُوْقٌ) yaitu yaitu fi’il yang huruf pertama dan ketiganya berupa
huruf ‘illat seperti kata (وَقَى ) artinya
“menjaga”.
§ Fi’il Lafif Maqrun (لَفِيْفٌ مَقْرُوْنٌ) yaitu fi’il yang huruf kedua dan
ketiganya berupa huruf ‘illat seperti kata (نَوَى ) artinya
“niat”
Nama
|
Keterangan
|
Contoh
|
|
Shahih
|
Salim
|
bebas tasydid dan hamzah
|
كَتَبَ
|
Mudha’af
|
bertasydid (dobel huruf)
|
رَدَّ
|
|
Mahmuz
|
berhamzah
|
أَكَلَ-سَأَلَ-نَشَأَ
|
|
Mu’tal
|
Mitsal
|
huruf kesatu ‘illat
|
وَقَفَ
|
Ajwaf
|
huruf kedua ‘illat
|
قَالَ
|
|
Naqish
|
huruf ketiga ‘illat
|
دَعَى
|
|
LafifMafruq
|
huruf kesatu dan tiga ‘illat
|
وَقَى
|
|
LafifMaqrun
|
huruf kedua dan tiga ‘illat
|
نَوَى
|
Latihan:
§ Masukkan kata-kata berikut ke dalam tabel sesuai dengan kelompoknya!
وَلَغَ - كَرُمَ – مَنَعَ – بَاعَ – وَحَى – مَدَى – كَادَ
- كَرِهَ – حَيِيَ - عَدَّ – حَوَى – رَدَّ - خَانَ - بَدَأَ – مَالَ – أَثِمَ –
جَاءَ – تَمَّ – تَابَ – عَقَدَ – شَأَمَ
– أَبَدَ – نَهَى – وَقَفَ – جَلَسَ – وَصَلَ
Salim
|
Mudha‘af
|
Mahmuz
|
Mistal
|
Ajwaf
|
Naqish
|
Lafif Maqrun
|
Lafif Mafruq
|
-
BERSAMBUNG -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar