*Serial: 99 Inspirasi Dahsyat Dari Perumpamaan-Live AlQuran (66) :
Kesurupan Adalah Fenomena Semua Agama dan Bangsa Dunia
By: Med Hatta
Allah berfirman :
ٱلَّذِينَ يَأْكُلُونَ ٱلرِّبَوٰا۟ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِى يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيْطَٰنُ مِنَ ٱلْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْبَيْعُ مِثْلُ ٱلرِّبَوٰا۟ ۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلْبَيْعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰا۟ ۚ فَمَن جَآءَهُۥ مَوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Terjemah Arti: "Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah: 275).
Ayat kajian ini seakan-akan menginspirasi kita untuk mengetahui tentang berbagai "Modus operandi" (MO) setan dalam menjalankan aksi-aksinya untuk menyesatkan manusia seluas mungkin, sekaligus menjelaskan ciri fisik orang yang diperdayakan setan adalah kesurupan. Umunya para setan melakukan rencana-rencana penyesatannya terhadap manusia tersebut dengan memanfaatkan berbagai faktor strategis, seperti jalur kekuasan, harta, perempuan, dan yang paling populer adalah sektor sosial termasuk di dalamnya pada hukum jual beli dan riba. Salah satu contoh MO setan yang paling mudah dikenal ialah kepiawaian mereka menciptakan suasana yang damai menjadi permusuhan dengan membuat seseorang atau masyarakat korban kusurupan massal.
Karenanya, setan kecil yang merajut meminta kebebasan dirinya itu harus diuji. Maka dari atas puncak sebuah bukit tempat mereka, iblis senior menunjukkan kepada setan kecil anaknya itu sebuah pemukiman manusia yang hidup damai, tenteram dan sejahtera di lereng bukit persis berada di bawah mereka. Kata iblis senior: Hai anak setan kecilku, turunlah kamu ke desa di bawah sana itu, hancurkan mereka dengan kehebatanmu, dan kalau kamu berhasil membuat mereka bermusuhan dan saling bunuh-bunuhan maka kamu bisa merdeka! Lalu turun setan kecil ke desa yang menjadi obyek ujianya, ia memperhatikan suasana-suasana yang meliputi seluruh desa sambil memikirkan cara untuk menghancurkan desa yang damai itu menjadi medan peperangan yang seru!
Datang pemilik sapi keberatan, ia tidak menerima sapinya dibunuh yang menurutnya sudah diikat dengan benar, maka - dengan kesurupan - ia menghunus parangnya dan hanya sekali sabet pemilik sawah sudah tersungkur ke tanah tidak bernapas, dan anak-anak petani yang menyaksikan ayahnya tergeletak di tanah maka tanpa pikir panjang bag kesurupan pula mereka ramai memukul pemilik sapi dan semua yang membelanya sehingga terjadi perkelahian massal yang tak terhindarkan... Singkatnya, bermula dari situlah maka desa yang tadinya damai nan asri sudah berubah menjadi kubangan darah akibat perang massal antar keluarga, kampung, suku, etnik, ras dan agama yang berkepanjangan, seakan takkan kunjung selesai hingga satu atau kedua belah pihak sudah habis menjadi mayat.
Dari sisi lain, di puncak gunung, iblis senior bersama anak-anak setannya yang lain berdecek kagum menyaksikan kehebatan putra kebanggaannya, yang dengan hanya menggerakkan satu pasak saja sudah membuat satu bangsa menjadi kesurupan massal, dan saling bunuh membunuh serta hancur seketika. Tentu kisah ini baru ujian kecil dari anak setan ingusan, dan hanya menggerakkan satu pasak saja, tapi kehancuran yang diakibatkannya amat dahsyat.
Menyaksikan modus operandi anak setan manja yang sangat menghancurkan tersebut, menyadarkan kita akan bahaya laten dari modus-modus operandi setan iblis lainnya yang lebih besar dan amat menghancurkan yang mengancam tatanan kehidupan sosial, berbangsa dan beragama kita saat ini. Kita sekarang tidak lagi menghadapi setan dan iblis-iblis lokal saja, tetapi beberapa kelompok iblis (jin dan manusia) manca negara telah menyusun modus-modus operandi yang terukur dan terencana untuk menghancurkan bangsa dan agama kita. Mereka pasti tidak akan memakai "MO gerakan pasak" seperti anak setan, tetapi mereka terlebih dahulu akan menghancurkan sendi-sendi perekonomian umat dengan sistem "Ribawi". Dan dengan "merasuki" - terlebih dahulu - simbol tertinggi umat ini yaitu "ulama"; agar mengeluarkan fatwa bahwa riba itu halal seperti layaknya jual beli. Allah berfirman :
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْبَيْعُ مِثْلُ ٱلرِّبَوٰا۟ ۗ
Terjemah Arti: "Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba."
Para penganjur riba sepanjang masa - dulu dan sekarang - tak pernah berhenti memprovokasi orang-orang lain bahwa jual beli adalah sama hukumnya dengan riba, namun kitab suci AlQuran membalasnya dengan jelas dan sangat tegas. Allah berfirman :
وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلْبَيْعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰا۟ ۚ
Terjemah Arti: "Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba."
Yaitu, perbedaan antara keduanya amat jauh; perbedaan antara halal baik yang diberi ganjaran pahala pelakunya, dengan haram kotor yang dicela pelakunya. Perbedaan yang mencolok lainnya antara jual beli dengan riba, seperti :
- Jual beli adalah pertukaran barang dengan harga, sedangkan riba adalah penambahan harga ketika jangka waktu jatuh tempo dan pembayaran menunggak.
- Jual beli adalah pertukaran manfaat dengan persetujuan kedua belah pihak, sedangkan riba adalah pemanfaatan kebutuhan oleh orang kaya atas kebutuhan orang miskin dan ketidak mampuannya untuk memenuhinya.
- Keuntungan dalam jual beli adalah sebagai hasil usaha dan jerih payahnya dalam berdagang, adapun riba adalah diuntungkan oleh waktu, dan pada saat bersamaan tidak ada imbalan yang sah secara syariat, tidak ada unsur kerja keras atau usaha.
- Penjual dan pedagang mengalami untung atau rugi, adapun riba dan rentenir, keuntungannya pasti dan terjamin, dan itu dapat meningkat seiring waktu.
- Jual beli bersifat umum dan mencakup semua barang dagangan, tetapi riba saat ini terfokus dengan uang saja, dan membungakan uang dari tunai, dan itu berbeda dengan apa yang dimaksud dengan uang, yaitu harga penjualan.
- Jual beli memenuhi kebutuhan masyarakat, dan riba mengeksploitasinya, bahkan para pelaku riba dapat mengatur kebutuhan orang dan kemudian memanfaatkannya.
- Jual beli mengarah pada pengayaan dan pemulihan ekonomi, sedangkan riba mengarah pada kehancuran ekonomi umat.
- Riba menyebabkan pertikaian, kebencian, kedengkian dan perselisihan di antara orang-orang, dan tidak seperti itu dalam jual beli; Karena asas dalam jual beli adalah tukar-menukar antar konsumen, dan dalam jual beli itu diatur persamaan dan keadilan antara nilai dan barang dagangan sebanyak-banyaknya.
Serta masih banyak perbedaan mencolok lainnya antara jual beli dan riba, yang menunjukkan bahwa yang pertama adalah diperbolehkan (halal) dan baik, dan yang kedua adalah buruk (haram) dan dilarang. Allah berfirman :
فَمَن جَآءَهُۥ مَوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ ۖ
Terjemah Arti: "Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah."
Tidak ada perbedaan dari ulama umat tentang para mantan penganjur dan pelaku riba, apa bila setelah mengetahui hukumnya adalah haram lalu berhenti melakukannya atau bertobat maka Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang akan memaafkan hambanya yang selalu bertobat, dan ini juga berlaku untuk semua perbuatan haram dan dosa lainnya apabila pelaku melakukan tobat nasuha kepada Allah SWT niscaya diampuni dosanya, kecuali beberapa dosa besar yang tidak ada pengampunannya seperti dosa syirik. Allah berfirman :
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ
Terjemah Arti: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki." (QS. An-Nisa: 48).
Tentang ganjaran para penganjur atau pelaku dosa riba, menurut pakar tafsir terkemuka Indonesia, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, dalam Kitab "Tafsir Al-Mishbah" menyebutkan, orang yang mempersamakan jual-beli dengan riba akan kekal di neraka. Allah berfirman :
وَمَنْ عَادَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Terjemah Arti: "Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."
Prof. Quraish menjelaskan, bahwa siapa saja yang menghalalkan riba maka dia sama saja tidak percaya dengan Allah. Dan orang yang tidak percaya dengan Allah maka ia akan kekal di neraka. Maka sisa kesurupan saja bangsa sudah hancur...! Wallahul Musta'an !
KAJIAN SELANJUTNYA :
Detaktif Musa Menyingkap Kasus Pembunuhan Misterius
Bani Israil Ingin Melihat Tuhan
Ahli Kitab Mengenal Nabi Muhammad SAW
Perbandingan Puasa Ramadhan dan Puasa Umat Masa Lalu
Ten
KAJIAN SEBELUMNYA :
Ten
Ten
Bag Protokoler Setan Menggoda Seseorang
Koalisi Munafiq dan Yahudi Yang Gagal
Dunia Laksana Panggung Sandiwara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar